Riau, KPonline–Dunia maya kembali dihebohkan oleh sebuah video viral di TikTok yang menampilkan seorang karyawan PT Timah, Dwi Citra Weny, yang dengan arogan menghina para tenaga honorer yang sedang mengantri layanan kesehatan menggunakan BPJS. Video tersebut sontak menuai kecaman dari berbagai pihak, DPW FSPMI Riau angkat bicara terkait video viral yang menuntut pertanggungjawaban atas pernyataan yang dianggap merendahkan kaum pekerja.
Dalam video yang beredar luas, Dwi Citra Weny, yang juga hanya seorang karyawan biasa di perusahaan BUMN, terlihat mencibir para pengguna BPJS seolah-olah layanan kesehatan tersebut hanya pantas untuk golongan tertentu. Ucapannya yang dinilai tidak berempati terhadap pekerja honorer langsung menuai gelombang protes, khususnya dari komunitas buruh dan pekerja sektor informal yang selama ini mengandalkan BPJS sebagai akses utama layanan kesehatan mereka.
Ketua DPW FSPMI Riau, Satria Putra dalam pernyataan resminya, mengutuk keras tindakan Dwi Citra Weny dan meminta PT Timah untuk segera memberikan sanksi tegas agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
“Kami menilai perbuatan ini sangat tidak pantas, mengingat BPJS adalah hak semua pekerja dan bagian dari jaminan sosial yang sudah seharusnya dihormati. Tidak seharusnya ada karyawan BUMN yang merasa lebih tinggi derajatnya dan merendahkan sesama pekerja. Kami menuntut PT Timah untuk memberikan sanksi tegas agar menjadi pelajaran bagi karyawan lainnya serta bagi para pembuat konten agar lebih berhati-hati dalam berbicara di media sosial,”* ujar salah satu aktivis buruh di Riau.
Setelah videonya viral dan dihujani kecaman dari berbagai kalangan, Dwi Citra Weny akhirnya mengunggah video permintaan maaf. Namun, banyak netizen yang menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup untuk menghapus efek negatif dari ucapannya.
PT Timah sebagai perusahaan tempat Dwi bekerja kini didesak untuk memberikan tindakan tegas, termasuk teguran keras atau bahkan sanksi administratif, sebagai bentuk tanggung jawab atas perilaku karyawan mereka di ruang publik.
Kasus ini menjadi pengingat bagi seluruh pekerja, terutama mereka yang bekerja di institusi negara, bahwa etika dalam bermedia sosial harus dijaga. Jangan sampai ambisi ingin viral justru berujung pada penghinaan terhadap sesama dan mencoreng nama baik institusi tempat bekerja.
Publik berharap perusahaan-perusahaan besar, khususnya BUMN, memiliki kebijakan yang lebih tegas dalam menangani karyawan yang mencoreng citra perusahaan melalui unggahan yang tidak pantas. Semoga kasus ini menjadi pelajaran bagi semua agar lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan lebih menghargai perjuangan sesama pekerja.
Penulis: Heri
Foto: diambil dari akun tiktok
inilah. com