Kanker Payudara Merenggut Nyawa

Malam itu adalah malam yang sangat mendebarkan bagi Larisa. Dia sedang dirumah sakit mengantarkan sahabatnya yang sedang sekarat. Dia sangat takut hal buruk akan menimpa sahabatnya ini. Membayangkan saja Larisa sudah tidak kuat. Jantungnya makin berdebar menunggu dokter yang masih memeriksa sahabatnya di IGD. Mereka sudah bersahabat selama dua puluh tahun dan hari ini dia sangat ketakutan akan kehilangan sahabatnya ini.

“Keluarga Nona Melani?” dokter memanggil saat keluar dari ruang UGD.

Bacaan Lainnya

“Saya dokter” Larisa tersentak kaget dan penuh kecemasan

“Ikut dengan saya” dokter melanjutkan sambil berjalan dan di ikuti oleh Larisa dibelakang.
Melani tinggal di Batam bersama adiknya, tetapi adiknya belum terlalu paham berurusan dirumah sakit. Sehingga Larisa selalu turun tangan setiap Melani dirawat ataupun sekedar kontrol kerumah sakit.

“Silahkan duduk” dokter mempersilahkan Larisa duduk.
“Apakah anda tahu kalau Nona Melani menderita breast cancer?”
“Ya dok, saya tahu. Sepuluh tahun yang lalu saat pertama dia mengetahui ketika melakukan medical tahunan dari perusahaan dia bercerita sama saya. Lalu saya sarankan ke dokter untuk periksa. Setelah beberapa kali saya bujuk akhirnya dia mau periksa kedokter dan terdapat benjolan yang cukup besar dipayudaranya. Lalu diadakan Tindakan operasi untuk mengangkat benjolan tersebut. Itu sudah sepuluh tahun yang lalu dok”. Larisa menjelaskan Panjang lebar sama dokter.

“Apakah semenjak operasi teman anda melakukan pemeriksaan rutin atau kontrol yang teratur dengan dokter?”

“Setahu saya tidak ada dok, bahkan medical tahunan dari perusahaan saja tidak lagi di jalaninya”

Larisa menjelaskan sambil mengingat betapa susahnya dia membujuk Melani untuk tetap melanjutkan pemeriksaan kesehatanya ke dokter dan juga melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan yang diselenggarakan perusahaan. Melani tetap saja menolak dan berdalih dia sudah tidak apa-apa.

Melani selalu mengkonsumsi obat-obatan herbal pencegah kanker. Berbagai macam herbal yang dia konsumsi. Dia juga memperhatikan makanannya semenjak ia selesai operasi. Lebih memilih makanan sehat dan tidak lagi mengkonsumsi makanan siap saji. Dia lebih banyak memakan sayuran dan buah-buahan.

Pada suatu hari, kami mendengar berita duka tiba-tiba datang dari salah satu kolega yang juga bekerja diperusahaan yang sama. Namanya Ana. Dan ternyata dia meninggal karena kanker payudara yang sudah stadium empat. Cerita yang beredar dia tidak mengetahui kalua dia menderita penyakit yang sangat berbahaya tersebut. Dia hanya tahu selama ini dia ada kista Ovarium dirahimnya. Dan Kista inilah yang rutin dia periksa ke dokter dan meminum obat dari dokter dan juga herbal untuk memperlambat perkembangan kista dirahimnya tersebut.

Ana juga terlenal dengan orang yang sangat menjaga kesehatanya semenjak dia mengetahui ada kista ovarium. Setiap hari dia dikantin memakan makanan yang dibawa dari rumah. Tentunya makanan sehat yang dimasak sendiri. Sayuran dan buah-buahan selalu ada. Tapi nasib berkata lain, ternyata nyawanya direnggut oleh kanker payudara yang sangat terlambat diketahuinya.

Payudaranya tiba-tiba mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Dan terjadi perubahan kulit disekitar payudaranya seperti merah dan agak kasar bersisik. Setelah diperiksa ternyata sudah stadium empat. Ana menjalankan kemoterapi beberapa kali untuk membunuh sel kanker yang sudah menjalar ditubuhnya. Dan hanya beberapa bulan saja dia menjalani pengobatan, akhirnya dia pergi untuk selamanya.

Tidak berapa lama kepergian Ana, Larisa membujuk Melani Kembali agar dia kedokter untuk memastikan kesehatannya. Larisa takut Melani akan seperti Ana. Dia tidak mau kehilangan sahabatnya untuk selamanya.

“Melani, apa tidak sebaiknya kamu periksa lagi kedokter perkembangan kesehatan mu? Setidaknya kalau memang payudara mu baik-baik saja dan tidak lagi ada benjolan yang membahayakan, kita bisa lebih lega setelah melihat hasil pemeriksaan medis. Lebih baik mencegah sebelum terlambat Mel”. Larisa terus membujuk.

“Larisa, aku tahu kamu sahabatku yang paling baik. Kamu sangat mengkhawatirkan aku. Tapi tenanglah aku baik-baik saja” Melani mencoba menenangkan Larisa. Tapi sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Sesuatu hal yang ditutupnya rapat-rapat.

Makin hari badan Melani makin kurus. Kekhawatiran Larisa makin besar, sehingga dia memutuskan untuk berkonsultasi kedokter untuk megetahui beberapa informasi tentang kanker payudara. Dokter menjelaskan beberapa hal dasar untuk mengetahui kanker payudara semenjak dini. Karena kalau diketahui semenjak dini, maka kemungkinan akan bisa dicegah dan diselamatkan dengan tindakan medis.

Beberapa penjelasan dokter yang dicatat oleh larisa disaat berkonsultasi untuk dia pelajari. Dokter menjelaskan dengan rinci jenis-jenis kanker payudara. Ada empat jenis kanker payudara yang perlu kita ketahui sehingga bisa ditangani dengan benar.
1. Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ (DCIS) tumbuh di saluran air susu tetapi tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. DCIS termasuk kanker stadium awal yang mudah diobati. Namun, DCIS bisa menyebar ke jaringan di sekitarnya jika tidak segera ditangani.
2. Lobular carcinoma in situ
Lobular carcinoma in situ (LCIS) adalah kanker yang tumbuh di kelenjar penghasil air susu. Sama seperti ductal carcinoma in situ, jenis kanker ini tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Akan tetapi, LCIS di salah satu payudara dapat meningkatkan risiko terbentuknya kanker di kedua payudara.
3. Invasive ductal carcinoma
Invasive ductal carcinoma (IDC) tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. IDC terjadi pada 70–80% kasus kanker payudara.
4. Invasive lobular carcinoma
Invasive lobular carcinoma (ILC) adalah kanker yang awalnya tumbuh di kelenjar air susu, tapi kemudian menyebar ke jaringan di sekitarnya. Kanker jenis ini juga bisa menyebar melalui darah dan saluran getah bening menuju ke bagian tubuh lain. ILC terjadi pada 10% kasus kanker payudara.

Dokter juga menjelaskan cara mengobati dan mencegah kanker payudara. Kanker payudara bisa diobati dengan beberapa cara tergantung pada kondisi penderita dan jenis kanker payudara itu sendiri. Upaya pengobatan itu meliputi terapi radiasi, terapi hormone, kemoterapi, dan prosedur bedah.

Kanker payudara dapat dicegah dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dengan meraba payudara sendiri yang dilakukan sebaiknya seminggu setelah haid. Atau juga memeriksakan ketenaga medis. Dan jika berisiko terserang kanker payudara, pemeriksaan harus dilakukan secara rutin.

Semua penjelasan dokter dicatat dan di ingat oleh Larisa. Oleh karena itu Larisa selalu membujuk Melani untuk periksa kedokter. Tapi entah apa yang ada dikepala Melani, sehingga dia kekeh tidak mau periksa. Sampai-sampai Larisa kehabisan akal. Dan pernah juga Larisa meminta atasan nya untuk memperingatkan agar Melani melakukan medical check up tahunan. Perusahaan sudah memiliki standard yang bagus. Semua karyawan mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap tahun dan gratis. Jika terdeteksi penyakit berbahaya maka akan ditindaki lebih lanjut.

Seperti kasus Ana, perusahaan memanggilnya ketika hasil medical tahunannya keluar dan dinyatakan ada kelainan dipayudaranya. Perusahaan langsung mengarahkan Ana untuk berobat lebih lanjut ke dokter specialis. Dan dipantau hasil dan kelanjutannya. Namun, karyawan yang hampir tiga ribu, tentu tidak semua terkontrol siapa saja yang tidak mengambil jatah medical check up tahunan nya.

Teguran dari atasanya pun diabaikan Melani. Dan setelah beberapa kali diingatkan manajernya dia tidak juga peduli, akhirnya manajernya pun sudah lupa. Larisa sahabatnya sudah kehabisan akal. Dia hanya bisa memperhatikan dan menanyakan kesehatan sahabatnya berulang kali dan dijawab dengan senyum dan kata yang sama bahwa dia baik=baik saja.

Tapi badan Melani yang semakin kurus menandakan dia tidak sedang baik-baik saja. Walaupun dia sudah membuktikan bahwa dia tetap bertahan hidup selama sepuluh tahun setelah pengangkatan benjolan di payudaranya yang pertama kali.

“Saya salut sama teman anda dia bisa bertahan sampai sepuluh tahun dengan keadaan ini. Banyak kasus yang saya tangani, jika kanker payudara yang di derita sudah stadium tiga atau empat maka tidak akan bertahan lama”. Dokter menjelaskan lagi pada Larisa yang sudah bercerita banyak sama dokter.

“Kami akan mencoba melakukan kemoterapi terhadap teman anda. Tetapi terapi ini tentu saja beresiko, selain menghentikan sel kanker kemoterapi juga bisa berdampak pada sel-sel dalam tubuh dan memberi efek samping yang sangat berat. Tapi kita memang sudah harus mengambil tindakan ini. Teman anda akan segera dipindahkan ke ruang ICU” jelas dokter.
Saat itu Larisa menjadi sangat kacau dan juga cemas. Tidak terbendung lagi air matanya dan ia menumpahkan sambil berkata dengan suara yang sudah parau.

“Dokter tolong lakukan yang terbaik untuk teman saya, saya tidak mau kehilangan dia”
Larisa langsung menghubungi keluarga Melani dikampung dan juga adiknya yang ada di Batam. Keadaan Covid membuat pergerakan keluarganya yang dikampung sangat sulit, sehingga keluarganya hanya bisa berdo’a dari jauh untuk kesembuhan Melani. Adiknya pun tidak bisa menjaga Melani bersamaan karena penunggu pasien hanya boleh satu orang saja.
Seminggu telah berlalu, Melani masih belum menunjukan hasil yang baik. Kemoterapi sudah dijalankan, namun hasilnya belum juga ada. Melani terbaring di ICU tidak sadarkan diri.

Pada malam hari disaat Larisa dirumah, dia mendapatkan telpon dari adik Melani bahwa kakaknya telah pergi untuk selamanya. Larisa tak kuasa menahan tangis dan rasa sedih yang teramat dalam atas kepergian sahabat terbaiknya. Setelah sepuluh tahun dia melawan kanker sendiri dalam diam, akhirnya penderitaannya didunia telah berakhir. Dan surga telah menantinya. Semoga ia damai alam yang abadi.

Larisa langsung kerumah sakit untuk mengurus segala sesuatunya. Hingga pagi hari Larisa masih dirumah sakit dan ia sudah ijin untuk tidak bekerja pada hari itu. Ia ingin mengurus sahabatnya untuk yang terakhir kalinya. Melani beragama Kristen dari suku Batak, dan jenazahnya akan dipulangkan ke Medan.

Larisa beserta perwakilan dari perusahan dan beberapa pengurus serikat yang ada diperusahaan nya bekerja turut membantu dalam pengurusan pemulangan jezah Melani. Dua orang adik melani turut menemani jenazah pulang ke Medan. Larisa tidak bisa ikut ke Medan dengan pertimbangan banyak hal. Hatinya sedih sekali ketika ia mengantarkan kebandara dan melihat peti jenazah digeret menaiki pesawat.

“Selamat tinggal Melani, kamu sudah terbebas dari rasa sakit. Walaupun masih sangat disesalkan kenapa kamu tidak mau berobat dan periksa sedari awal, tapi nasi sudah menjadi bubur, mungkin ini sudah menjadi jalan Tuhan. Semoga kamu damai disisiNya”.

Hanya do’a yang mengalir dari mulut Larisa, sambil mengenang persahabatannya yang sudah duapuluh tahun bersama dan berakhir dengan seperti ini. Larisa berjanji akan selalu mengingatkan dan mengedukasi anak-anak operator yang bekerja, teman dan juga saudara perempuanya yang lain agar peduli dan mawas diri terhadap kanker payudara yang bisa merenggut nyawa.

Setidaknya, jika diketahui semenjak dini akan lebih besar peluang untuk selamat. Buat pembaca cerpen ini dihimbau untuk sama-sama saling mengingatkan kepada sesama perempuan agar peduli terhadap kanker payudara. Bulan ini adalah bulan Oktober, October is Breast Cancer Awareness Month. Mari peduli sesama sehingga tidak adalagi Melani yang lain.

Maryam EteDivisi Sastra Media Perdjoeangan nasional

Pos terkait