Jalur Perjuangan Yang Baru Itu Bernama Politik

Spanduk yang dibuat FSPASI: 'Kami Pastikan Tidak Akan Pilih Jokowi'

Bogor, KPonline -Apa yang tersirat di benak kita, ketika kita mendengar kata “politik” ? Ya, akan terlintas dalam benak kita, kalau politik itu kejam, politik itu kotor, politik itu jahat dan politik itu busuk. Tidak salah, karena memang terlihat oleh kita sebagai rakyat awam, ya seperti itu.

Jawaban-jawaban kesemuanya itu mungkin saat ini masih dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia, termasuk kita, kaum buruh yang notabene menjadi penggerak roda ekonomi di negeri ini. Bagi sebagian kaum buruh ada juga yang beranggapan, kenapa kita harus mengenal dan memahami politik secara utuh. Secara tersirat, bagi kaum buruh, untuk mengurus hidup saja, kaum buruh harus bersusah payah, apalagi ditambah lagi dengan berkutat soal politik. Mumet ndasku!

Sebenarnya tanpa kita sadari, semua yang kita jalankan, bahkan segala yang kita nikmati setiap hari, merupakan produk-produk dari sebuah kebijakan politik, dari orang-orang yang bermain di dunia politik. Seperti misalnya, seorang Presiden di negara ini. Beliau berhasil mengeluarkan peraturan-peraturan yang mungkin tidak sejalan dengan rakyatnya, termasuk kita, kaum buruh. Yang sangat mungkin juga, para pemilih yang memilih dia disaat Pemilu.

Bacaan Lainnya

Contoh lain lagi, harga Bahan Bakar Minyak, kebijakan pemerintah menentukan harga BBM juga sudah dirundingkan dengan para anggota legislatif yang memang dipilih langsung oleh rakyat. Namun selama ini, ketika kita memgikuti pemilihan umum, sudah tepatkah pilihan kita? Sudah sesuai dengan harapan kitakah orang-orang yang kita sumbang lewat suara pada saat pemilihan umum? Ketika mereka menjabat sebagai anggota legislatif, kemanakah mereka ketika harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi? Ketika harga BBM naik ditengah malam, bersuarakah mereka di parlemen? Apakah Presiden yang kita pilih, apakah anggota legislatif yang kita coblos disaat pemilihan umum membela kaum buruh?

Pernahkah terbayang di pikiran kita, terlintas di hati, apabila kita mempunyai seorang teman yang menjadi Presiden di negeri ini? Atau kawan kita yang juga seorang buruh menjadi anggota legislatif?

Adakah keinginan dari kita, kaum buruh tentunya, untuk turut andil dan menjadi bagian dalam membuat tatanan atau kebijakan yang menyangkut hidup rakyat banyak, dan juga kaum buruh?

Ayo bangun kawan-kawan! Kita mulai melakukan perubahan pada pola pikir kita! Ayo ambil bagian dalam politik!

Stop anti politik. Karena bagaimanapun juga, mau tidak mau, suka tidak suka, kita sebagai kaum buruh, pasti dipaksa untuk menikmati hasil kebijakan dari para politikus. Perjuangan para buruh yang selama ini terlihat hanya di jalanan, dengan melalukan aksi, demonstrasi, dan pemogokan, kini harus ditambah lagi jalur perjuangannya melalui jalur politik. Dengan harapan, pada nantinya kita juga bisa memberikan masukan, ide dan gagasan dalam membuat peraturan dan menentukan kebijakan. Terutama mengenai kebijakan perburuhan atau aturan yang ada berhubungan langsung dengan hajat hidup rakyat.

Kalau dulu kita mengenal KLA (Konsep Lobi Aksi), maka kini ditambah lagi satu jalur perjuangan bagi kaum buruh yaitu melalui politik. Mari kita membuka hati kita, mari buka mata kita, untuk turut andil menjadi bagian dalam pesta demokrasi. Jangan gadaikan suara kita, hanya demi selembar uang 50rb saja. Lantas menikmati penderitaan tiada henti selama 5 tahun. Atau memang semurah itukah harga diri kita?

Mari kita bulatkan tekad untuk mendorong putra- putri kader-kader terbaik FSPMI dalam pesta demokrasi nanti.(Anom Suroto/RDW)

Pos terkait