Ini Harapan Sri Mulyani Terkait Kedatangan Raja Arab di Indonesia

Menteri Keuangan, Sri Mulyani.

Jakarta, KPonline – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Alsaud beserta 1.500 rombongan, termasuk 10 menteri dan 25 pangeran, akan meningkatkan investasi dalam negeri.

Sri Mulyani berharap, investasi dari kunjungan Raja Salman menjadi stimulus penggerak roda perekonomian nasional.

Bacaan Lainnya

“Presiden dan seluruh menteri telah melakukan koordinasi untuk memanfaatkan (rencana kedatangan Raja Salman),” ujar Sri Mulyani.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, rencana kedatangan Raja Salman ke Indonesia, salah satunya untuk menyepakati kerja sama energi sektor hulu, yakni investasi pada pembangunan kilang di Cilacap.

“Ada proyek lain yang akan ditandatangani kurang lebih sebesar US$1 miliar. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap, investasi Arab Saudi tembus mencapai US$25 miliar,” kata Pramono.

Dalam investasi di kilang Cilacap tersebut, kerja sama antara kedua negara akan diwakilkan oleh PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco. Kedua perusahaan akan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) di mana Pertamina memegang sekitar 55 persen saham. Sementara, sisanya 45 persen dipegang oleh Saudi Aramco.

Tak hanya meneken kerja sama yang telah disetujui, Pramono berharap, kedatangan Raja Salman akan mampu menghasilkan berbagai kerja sama baru, sehingga aliran investasi dari Arab Saudi bertambah deras ke dalam negeri.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Arab Saudi di Indonesia pada 2016 lalu terbilang belum cukup besar dan masih berada di deretan bawah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Selama 2016 lalu, investasi Arab Saudi ke Indonesia hanya sebesar US$900 ribu melalui 44 proyek di Indonesia. Jumlah ini jauh tertinggal bila dibandingkan dengan Singapura yang memimpin negara penanam modal dengan realisasi investasi mencapai US$9,17 miliar.

Posisi realisasi investasi Arab Saudi tersebut berada di urutan ke-57, di bawah Afrika Selatan, yang menanamkan modalnya sebesar US$1 juta dan Mali yang mampu menginvestasikan US$1,1 juta.

Pos terkait