Surabaya, KPonline ,- Ludruk adalah seni tradisional Jawa Timur yang bila dipelajari dari sisi sejarah ,lahir di Jombang pada awal 1900 an lalu berkembang hingga, Mojokerto,Malang, Sidoarjo dan Surabaya.
Khususnya di Surabaya dan Sidoarjo ,seni ini sudah diambang punah,tidak hanya karena lambatnya regenerasi para pemain juga hilangnya generasi penonton Ludruk itu sendiri.
Adalah grub Ludruk The Luntas Indonesia ,sebuah grub seni Ludruk yang seluruh anggotanya adalah nom noman (anak muda) yang hadir dari berbagai kalangan dari Mahasiswa,Pekerja,Pelajar,Foto model,Penyiar,hingga artis di stasiun televisi lokal.
Luntas Sendiri kependekan dari Ludrukan Nom noman Tjap Arek Suroboyo , asal muasal kata Ludrukan sendiri adalah karena grup ini dianggap berbeda dengan Ludruk ludruk yang ada,kata itu diambil sebagai jalan tengah atas kritikan kritikan yang mengarah pada mereka.
Grup ini dipimpin oleh Erland Setiawan atau yang populer dengan panggilan Cak Robetz Bayoned,dengan tangan dinginnya The Luntas Indonesia berdiri pada 2016 yang lalu di Taman Hiburan Remaja Surabaya ,mereka beberapa kali pentas di tempat ini yang kemudian secara Roadshow keliling dari warkop ,mall hingga tempat tempat berkumpulnya anak muda.
Ketika pentas ,The Luntas selalu menampilkan sesuatu yang fresh mulai dari kostum ,poster acara,lawakan hingga pengembangan Lakon lakon tanpa melupakan lakon yang menjadi pakem pakem ludruk seperti Sarib Tambak Oso ,Pendekar Gunung Gangsir , Sawunggaling,Tumpeng Maut dan lain lain .
Karena penampilan baru wajah Ludruk ini akhirnya berhasil menarik kaum milenial untuk menonton seni ini dimana disetiap pementasannya selalu dipenuhi oleh penonton.
Dalam perjalanan nya mereka pernah menggandeng Seniman seniman senior seperti Cak Topan,Cak Jadi Galajapo,Seniman muda seperti Seket Astakula dan Indra Suarmarabahaya.
Meskipun dianggap tidak pakem namun grub ini terbukti mendapatkan restu dari Tokoh Ludruk Surabaya Cak Kartolo yang ternyata menjadi Pembina dari The Luntas.
Bila di lihat dari pentas ke pentas ternyata mereka lebih mementingkan Edukasi tentang Ludruk dibandingkan mengkomersialkannya,tak jarang mereka tampil tanpa bayaran meskipun pernah meniketkan,karena kebutuhan untuk setting panggung dan properti membutuhkan biaya yang tidak sedikit pada akhirnya uang tiket hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pada setiap kesempatan pendiri The Luntas ,Cak Robetz selalu mengatakan bahwa The Luntas adalah generasi baru ludruk bukan generasi penerus ,dalam artian ingin menampilkan Ludruk yang sesuai dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitas Ludruk itu sendiri.
Pada tanggal 21 Januari 2022 mendatang ,The Luntas Indonesia memasuki usianya yang ke 6 tahun ,rencananya mereka akan merayakannya dengan pentas gratis di Warung Mbah Cokro yang berada di Jalan Prapen no 22, Panjang jiwo Surabaya.
(Khoirul Anam)