Fanpage Presiden Joko Widodo Tulis Status tentang Jalan Kaki, Saat yang Sama Longmarch Buruh Dimulai

Foto diambil dari Fanpage Joko Widodo.

Jakarta, KPonline – Longmarch buruh Surabaya – Jakarta untuk menyuarakan isu kerakyatan dan isu ketenagakerjaan diawali pada hari ini, Minggu (5/8/2018). Longmarch akan dilakukan secara estafet, bermula dari Surabaya, Jawa Timur, dan akan berakhir di Jakarta, Jum`at (10/8/2018).

Memang tidak semua kota akan dilalui dengan berjalan kaki. Sebab tidak mungkin Surabaya – Jakarta hanya ditempuh dalam waktu 5 hari dengan berjalan kaki. Tetapi di kota-kota industri, peserta longmarch akan menempunhya denan berjalan kaki.

Bicara tentang jalan kaki, ada hal yang menarik. Selang sehari sebelum longmarch dilakukan, Fanpage Presiden Joko Widodo menulis tentang jalan kaki. Entah karena kebetulan atau bukan, ini seperti sebuah pengakuan, bahwa jalan kaki memang baik untuk dilakukan.

Secara lengkap, berikut status di dalam Fanpage tersebut:

Saya membaca sebuah berita bahwa masyarakat kita ini malas berjalan kaki. Jangankan berjalan jauh, agak dekat saja malas. Mau ke mal, cari parkirnya yang paling dekat pintu agar jalannya dekat. Iya kan? Iya, ini fakta 😀.

Saya sendiri selalu berusaha untuk selalu berjalan kaki, terutama jika sedang melakukan kunjungan ke daerah, entah masuk ke desa, ke sawah, atau di tepi pantai. Jalan kaki itu menyehatkan. Dan mengasyikkan.

Mumpung di negeri kita akan digelar pesta olahraga Asian Games 2018, yang akan dihadiri 16.000 atlet dari 45 negara, disusul Asian Paragames, mari kita kumandangkan: biasakan jalan kaki yang sehat untuk masyarakat.

Menanggapi status itu, aktvis Dandhy Dwi Laksono menulis dalam akun facebooknya. “Petani Kendeng sudah sering jalan kaki Rembang-Semarang (118 km), Pati-Semarang (83 km) keliling dusun, bawa obor, atau jalan kaki mengusung lesung ke depan Istana untuk menolak pabrik semen demi mempertahankan sawah hijau seperti yang ada di foto pencitraan ini.”

Dalam Longmarch, Buruh Suarakan Ini

Saat fanpage facebook Presiden Joko Widodo menulis soal kaki, yang kemudian ditimpali oleh Dandhy, saya makin mempercayai bahwa berjalan kaki memiliki filosofi tersendiri. Tentu ada banyak tujuan ketika orang memutuskan untuk berjalan kaki. Termasuk yang dilakukan oleh buruh. Sesuatu yang disebutnya sebagai ikhtiar untuk menyampaikan aspirasi, menautkan energi di kota-kota yang dilewati — sebagaimana yang dilakukan petani Kendeng.

Bagi buruh, jalan kaki seperti ini bukan yang pertama kali. Ada banyak momentum, dimana para buruh menggunakan longmarch sebagai cara untuk menyampaikan tuntutan. Bahkan dalam setiap aksi, hampir selalu didahului dengan longmarch.

Di Jakarta, dulu para buruh terbiasa melakukan longmarch Bundaran Indonesia – Istana Negara. Karena dilarang, sekarang longmarch hanya bisa dilakukan dari Patung Kuda. Padahal, mestinya, jika jalan kaki itu baik, tidak perlu ada larangan untuk memulai longmarch dari HI saat berdemonstrasi. Seperti hari ini, yang jalanan di Jakarta bisa digunakan dengan leluasa untuk poco-poco bersama.

Dalam konteks itu, saya percaya longmarch Surabaya – Jakarta akan menyehatkan. Bukan saja untuk badan. Tetapi pikiran menjadi tercerahkan, bahwa masih ada berbagai permasalahan yang harus diperbaiki. Sebab, dalam longmarch, buruh akan menyuarakan isu yang terkait dengan masyarakat dan buruh. Isu-isu tersebut adalah turunkan harga sembako, listrik, dan BBM; hapus pemagangan dan outsourcing, tolak TKA China Unskilled, sehat hak rakyat, semua jenis penyakit harus ditanggung BPJS Kesehatan termasuk katarak, persallinan, dan rehabilisatasi medis; tolak upah murah dan cabut PP 78/2015, lindungi ojek online dan akui sepeda motor sebagai angkutan umum; serta angkat guru honor dan tenaga honor sebagai PNS.