Expedisi FSPMI Ke Bencana Longsor Ponorogo

Sidoarjo , KPonline. Minggu pagi, tanggal 16 April, kami hendak mengadakan bakti sosial korban longsor Ponorogo. Selepas Subuh saat lampu jalan masih menyala, saya segera meluncur ke titik yang telah di tentukan untuk berkumpul.

Ternyata di tempat tersebut sudah menunggu dua kawan. Pak Cukup bendahara PUK kami dan salah seorang pengurus lainya. Selang beberapa menit salah seorang lagi datang. Tepat jam 06.00 kami berangkat.

Bacaan Lainnya

Jarak Sidoarjo – Ponorogo menurut Google Map sekitar 170 km. Pukul 12.00 kami baru sampai di kota Reog tersebut.

Masuk kecamatan Pulung, nuansa akibat bencana sudah terasa. Di beberapa tempat berdiri posko penerimaan bantuan. Jalanan lumayan ramai hilir mudik komunitas – komunitas mengantarkan bantuan sosial. Ada komunitas klub motor mulai cc kecil hingga Harley Davidson. Komunitas murid sekolah, partai politik, dan ormas – ormas lainya.

Kami singgah dulu di rumah teman smp dari salah seorang anggota rombongan kami. Namanya Darsono yang jaraknya sekitar dua kilometer dari Banaran yang menjadi tempat terjadinya longsor. Di rumah itu kami berkoordinasi tentang kegiatan kami. Setelah dirasa cukup kami berangkat.

Sebentar kemudian kami sampai di Banaran. Di satu desa sebelum Banaran suasana sudah ramai. Posko bantuan banyak berdiri. Terlihat di berbagai posko, menumpuk sembako, beras, mi instan, juga pakaian bekas. Di desa ini banyak berdiri posko yang penuh logistik bantuan . Termasuk juga ada dapur umum yang bertuliskan Kemensos RI.

Di Banaran, mobil kami tak boleh masuk oleh petugas karena memang jalanan di tempat itu ramai seperti tempat wisata. Rombongan kami berjalan sepanjang 2,5 km menuju perkampungan Banaran. Di jalan yang mendaki kami mengamati tanah pegunungan di Banaran cukup mengerikan. Di belakang deretan rumah berdiri tanah gunung dengan kemiringan yang lumayan curam. Pegunungan masih banyak diliputi pohon – pohon. Sehingga sumber air mengalir deras. Struktur tanah adalah tanah yang subur dan gembur. Berbeda dengan kondisi tanah yang ada di pegunungan Mojokerto yang ditopang tanah cadas.

Semakin ke atas kami makin jelas melihat gundukan tanah yang longsor menimpa rumah – rumah warga. Menurut Darsono sekitar 34an rumah yang tertimbun. Dengan korban warga yang hilang kurang lebih 28 orang. Korban tidak di evakuasi lagi setelah ada longsor susulan yang makin sangat menyulitkan pencarian. Karena puluhan meter material menimpa lagi lokasi evakuasi yang sebenarnya sudah hampir menemui titik terang.

Perjalanan kami hampir sampai ujung. Kami singgah di rumah Pak Samani salah seorang pengurus masjid juga pengurus paguyuban anak yatim di Banaran. Menurut Samani ada 19 anak yang kehilangan orang tua mereka akibat longsor. Anak – anak selamat karena saat kejadian mereka sedang bersekolah. Karena kejadian longsor terjadi sekitar pukul 07.00 pagi. Longsor terjadi sangat cepat. Hanya dalam hitungan detik material longsor sudah menimbun perkampungan. Terang Samani.

Di Banaran kami berniat menyerahkan bantuan langsung kepada yang terdampak. Yaitu berupa uang hasil urunan dari anggota kami PUK FSPMI PT Parin. Oleh Pak Samani kami diajak ke tempat anak – anak yatim yang bisa kami temui di sana karena yang lainya tinggal mengungsi di kerabatnya yang ada di desa lain. Hanya enam orang anak yatim yang bisa kami sapa. Kami berikan amplop berisi sejumlah uang kepada mereka. Selebihnya kami serahkan ke Pak Samani agar di distribusukan sendiri. Terlihat dari wajah mereka yang polos. Seakan masih bingung harus bagaimana ke depanya. Selain itu kami juga amat salut kepada warga Banaran yang terlihat dari aura solidaritas di antara mereka. Terutama dalam menghadapi permasalahan bersama.

Penulis: Suhadi

Pos terkait