Dampak Psikologis Covid-19 Klaster Industri Terhadap Buruh

Bogor, KPonline – Ada banyak dampak negatif dari penyebaran wabah virus Covid-19. Tidak hanya secara umum wabah penyebaran Covid-19 berdampak terhadap masyarakat. Secara khusus, penyebaran wabah Covid-19, juga sangat berdampak terhadap dunia ketenagakerjaan.

Sudah ada jutaan buruh yang ter-PHK akibat dari melambatnya roda perekonomian. Perlambatan roda perekonomian ini, juga merupakan dampak langsung dari penyebaran wabah Covid-19. Diliburkannya dunia pendidikan, Work From Home (WFH) yang dengan kata lain sebenarnya diliburkannya pekerja/buruh, dan hampir semua sektor melambat geraknya, dan bahkan ada beberapa sektor yang tidak bergerak sama sekali.

Bacaan Lainnya

Dampak wabah penyebaran Covid-19 yang sangat memukul bagi kaum pekerja/kaum buruh yang sebenarnya adalah dampak psikologis. Ketika pikiran dan perasaan pekerja/buruh tersebut sudah terganggu akibat dari sebagai “terduga pembawa virus” atau sering disebut sebagai “suspect”, maka pada saat itu juga sebenarnya sudah mulai mengalami gangguan psikologis.

Seperti yang dialami oleh Asep, salah seorang buruh disebuah pabrik yang berada di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta. Dirinya menjadi tidak nyaman ketika dirinya diharuskan melakukan tes Swab, yang dilakukan didalam lingkungan pabrik dimana dirinya bekerja. “Ini bukan masalah kita tidak menjalankan protokol kesehatan, baik ditempat kerja maupun dirumah. Bukan juga, karena kita tidak mampu menjaga diri dalam pergaulan. Akan tetapi, aktivitas kita ditempat lingkungan kerja sehari-hari, yang mengharuskan kita berada ditempat kerja, untuk mencari nafkah. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, kita sebagai buruh pabrik/pekerja harus menerima konsekuensi atas semua ini,” ujar Asep kepada Media Perdjoeangan.

Buruh/pekerja memang sangat beresiko tertular dan rentan tertular virus Covid-19. Pun meski, bisa sembuh dengan sendirinya, dengan karantina mandiri dan konsumsi obat-obatan tertentu dan vitamin, tetap saja wabah penyebaran Covid-19 di klaster industri menjadi momok yang menakutkan, tidak hanya bagi buruh/pekerja, akan tetapi juga bagi pengusaha.

“Sampai dengan saat ini (Jumat, 25 September 2020) berdasarkan informasi yang saya terima, ada satu orang rekan kerja saya yang sudah terpapar positif Covid-19, dan sedang menjalankan karantina mandiri dirumah. Begitu pun dengan saya, yang telah berstatus ODP (Orang Dalam Pengawasan) dengan dugaan telah berketerkaitan erat dengan pasien positif Covid-19. Karena memang, kebetulan rekan kerja saya tersebut satu divisi dengan saya. Dan sekarang, saya sedang menjalani isolasi mandiri, dan menunggu hasil tes Swab dikeluarkan dari instansi terkait,” ujar Asep.

Kepada Media Perdjoeangan, Asep mengaku sedih selama 4 hari melakukan isolasi mandiri dirumah. Karena apapun aktivitas yang dilakukannya dirumah, harus terpisah dengan anggota keluarga yang lain. “Sedih juga rasanya. Karena baru selama 4 hari saja melakukan isolasi mandiri dirumah rasanya sudah seperti dipenjara. Makan, tidur, dan aktivitas yang lainnya harus pisah dengan anggota keluarga yang lainnya. Terlebih-lebih bagi si bungsu, yang biasanya setiap malam saya temani sebelum tidur, sekarang harus pisah dan menjaga jarak. Bahkan, pernah suatu kali, saya merasa emosional sekali. Marah. Bukan karena rengekan si bungsu, akan tetapi karena harus tetap menjaga jarak dengan anak saya. Biasanya setiap hari saya peluk, sekarang cuma bisa menatap dari jarak paling dekat 2 meter,” tutur Asep dengan penuh emosional.

Hal ini tentu saja, harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang cukup serius oleh pihak pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Resiko buruh/pekerja terpapar Covid-19 sangat tinggi, akan tetapi buruh/pekerja yang diharuskan tetap bekerja baik di pabrik maupun perusahaan yang lainnya, seperti harus bertaruh nyawa. Dengan resiko kematian, buruh/pekerja tidak mendapatkan kompensasi apapun, pun meski sebenarnya pihak pengusaha maupun pihak pemerintah mengetahui akan hal tersebut.

“Saya berpesan kepada rekan-rekan pekerja, buruh-buruh pabrik, agar tetap waspada dan terus meningkatkan kesadaran akan bahaya wabah penyebaran Covid-19. Agar supaya, tidak mengalami dampak psikologis yang saat ini saya rasakan. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan keselamatan. Dan jangan lupa untuk selalu berdoa kepada Allah SWT. Dan doakan juga, agar hasil tes Swab saya yang dikeluarkan pihak rumah sakit nanti negatif,” pesan Asep. (RDW)

Pos terkait