Buruh Outsourcing Tanggapi Pernyataan Dirut dan Manajer Komunikasi PLN terkait Kematian Nenek Suriyah

Bekasi, KPonline – Saya merasa perlu untuk menanggapi perkataan Dirut PLN dan Manager Komunikasi PLN di berita mengenai meninggalnya seorang nenek di bawah tiang listrik yang bertegangan pada hari rabu tanggal 27 September 2017.

Adapun berita yang saya maksud adalah link-nya sebagai berikut: http://www.viva.co.id/berita/metro/961017-nenek-suriyah-meninggal-di-tiang-listrik-pln-salahkan-pohon

Dalam link berita online tersebut tertulis: Sofyan menuturkan, dugaan sementara kabel listrik itu terkelupas akibat tertimpa ranting pohon yang tumbang saat cuaca buruk. “Biasanya karena pohon, kena angin terus korsleting. Ketiban kena tiang, banyak kemungkinannya,” katanya.

Juga disampaikan, “Selain itu petugas PLN juga sudah mengamankan Jaringan TR (kabel tiang listrik) dari pohon dengan cara dilakukan pemangkasan pohon). Akibat jatuhnya ranting pohon jambu yang menyebabkan terkelupasnya kabel tiang listrik dilaporkan oleh warga sekitar bahwa terdapat salah seorang warga jadi korban yang bernama Suriyah,” kata Dini. (Manager Komunikasi PLN, Dini Sulistyowati)

Perkataan Dirut PLN mungkin saja benar dan perkataan Manajer Komunikasi mungkin juga benar namun agak aneh karena seberapa besar, kuat dan tajam ranting pohon jambu bisa menyebabkan terkelupasnya kabel? Sedangkan seorang petugas teknik berpengalaman saja harus menggunakan cutter yang tajam atau menggunakan tang potong dengan tenaga yang cukup kuat untuk bisa melukai kabel listrik di tiang listrik PLN.

Namun bisa dianggap wajar kalau seorang Dirut yang bukan seorang teknik atau Manager Komunikasi yang entah sebatas apa pengetahuannya mengenai masalah kelistrikan yang menjadi permasalahan saat itu. Namun yang menjadi masalah adalah siapa yang memberikan informasi dan data apa saja yang disampaikannya kepada Dirut dan Manager Komunikasi terkait pohon tersebut karena antara Dirut dan Manajer Komunikasi tentu saja tidak melihat langsung naik ke atas tiang untuk mengetahui kebenaran dari kabel yang terkelupas oleh ranting pohon.

Yang dikhawatirkan adalah kejadian ini justru dimanfaatkan untuk dijadikan senjata PLN dalam menakuti-nakuti masyarakat agar mau menebang pohon milik masyarakat yang memang faktanya masyarakat sulit menerima pohon miliknya untuk ditebang atau dipangkas.

Menyalahkan pohon bisa jadi juga mengarah kepada menyalahkan pemilik pohon yang dikhawatirkan pemilik pohon juga sebagai pihak yang tersalahkan karena tidak memperhatikan pohon miliknya yang menggangu kabel PLN. Apalagi sampai menghiraukan dengan menyembunyikan penyebab teknis lainnya yang sangat berpeluang menyebabkan tiang listrik mengandung setrum.

Beberapa penyebab yang pernah terjadi adalah kondisi kabel pada titik sambung, ada isolasi kabel yang hancur karena rusak oleh hujan dan panas dan ada yang tidak menggunakan isolasi sehingga kawat kabel terlihat jelas. Evaluasi isolasi kabel perlu diganti dengan yang lebih tahan lama terhadap panas dan hujan. Sedangkan titik sambung yang tidak menggunakan isolasi banyak penyebabnya.

Titik sambung yang tidak berisolasi bisa disebabkan saat pekerjaan penyambungan baru atau perbaikan namun isolasinya tidak dipakai karena kesalahan petugas atau juga karena petugas tidak mendapatkannya dari PLN, sehingga petugas yantek atau penyambungan juga menghadapi resiko yang lebih berbahaya saat melakukan pekerjaannya. Potongan kabel dari pemutusan sambungan karena tunggakan juga banyak terjadi yang di mana kabel dipotong secara asal, bergelantung ke bawah tiang yang bisa terjangkau anak kecil hingga ujung kabel bekas potongannya yang tidak berisolasi menyentuh badan tiang.

Kelalaian dengan kondisi titik sambung kabel terjadi bisa dilakukan oleh pihak yang bukan petugas resmi dari PLN. Seringnya adalah dilakukan oleh orang-orang yang pernah bekerja di PLN yang dianggap masyarakat bisa menyelesaikan masalah kelistrikan di rumah masyarakat yang membutuhkan kemampuannya untuk memperbaiki listrik.

Sehingga inilah salah satu dampak yang sangat buruk dari sistem kerja outsourcing karena para tenaga outsourcing ini saat sudah tidak bekerja lagi untuk PLN mereka justru memanfaatkan kemampuannya saat bekerja untuk PLN dan memiliki pengetahuan seluk-beluk kelistrikan di PLN justru digunakan untuk merugikan PLN dan masyarakat.

Hal lain yang perlu dievaluasi terkait kejadian yang menewaskan nenek Suriyah ini adalah masalah lambatnya kedatangan petugas ke lokasi kejadian atau untuk mengevakuasi tubuh korban. Dari video dan gambar yang beredar, kejadian semenjak air hujan masih menggenang sampai sudah surut namun petugas dari PLN belum tampak. Yang kelihatan diantaranya adalah orang yang seperti berpakaian satpol PP, dan orang yang berpakaian seperti pemadam kebakaran pun terlihat tidak dapat mengevakuasi tubuh nenek Suriyah yang tergeletak di antara 2 tiang besi padahal biasanya di luar negeri petugas pemadam kebakaran memiliki kemampuan yang beragam dalam membantu permasalah masyarakat.

Evaluasi kelambatan kedatangan petugas PLN ke lokasi kejadian adalah disebabkan sulitnya berkomunikasi dengan call centre. Contohnya saja yang sering terjadi adalah terkadang call centre PLN sulit dihubungi. Tidak hanya itu, saat petugas call centre sudah tersambung dengan masyarakat, petugas call centre kesulitan tanggap menerima laporan dari masyarakat karena petugas call centre tidak memahami lokasi kejadian yang disampaikan oleh masyarakat.

Belum lagi mahalnnya biasa pulsa yang harus dikeluarkan masyarakat untuk menghubungi call centre PLN dengan pesawat HP karena menghubungi PLN dengan HP harus menanggung biaya pulsa yang berbeda provider seluler ditambah waktu bicara yang panjang dengan petugas call centre sampai dengan petugas call centre mendapatkan informasi masalah dan lokasi kejadian.

Lambatnya petugas call centre memahami lokasi kejadian adalah karena terpusatnya penerimaan laporan, bukan orang yang pernah ke lapangan yang mengetahui dan memahami wilayah kerjanya masing-masing namun adalah petugas call centre belum pernah tahu keberadaan lokasi di setiap pelaporan dari masyarakat seperti halnya masyarakat Bekasi untuk menghubungi PLN dengan HP harus menggunakan kode wilayah 022 yang jelas berada di Bandung.

Apalagi lagi jika permasalah yang terjadi berada di daerah perbatasan wilayah kerja. Misalnya antara PLN Bekasi dengan PLN DKI yang sering terjadi di daerah Pondok Gede yang berada di Wilayah Pemda Bekasi namun pelayanan listriknya masuk wilayah kerja DKI yang mana akan terjadi lempar tanggung jawab batas wilayah kerja, sedangkan masyarakat tidak memahami masalah antara wilayah kerja PLN dan batas wilayah pemda.

Penulis: Deddy Chandra, PUK SPEE FSPMI PT MAHIZA KARYA MANDIRI (MKM) OS PLN BEKASI