Bukan Provokator

Presiden FSPMI yang juga Presiden KSPI, Said Iqbal, menyerukan agar memilih Capres pro buruh dalam Pemilu 2019.

Jakarta, KPonline – Aksi buruh terjadi di berbagai kota, seperti gelombang, tak pernah berhenti. Kritiknya terhadap penguasa dan pengusaha hitam membuat panas telinga. Selain membuat konsep dan melakukan loby, turun ke jalan adalah salah satu strategi yang utama.

Dia selalu mengajak kaum buruh untuk menguatkan politik partisipatif melalui parlemen jalanan. Tidak menabukan aksi, meskipun atas sikapnya itu tak jarang membuatnya dihujat sana-sini. Bahkan ada yang menyebutnya provokator. Suka bikin gaduh, mau menang sendiri, dan mengganggu iklim investasi.

Bacaan Lainnya

Tetapi kawan-kawan dekatnya mengatakan itu adalah sebentuk ketegasan. Keteguhan memegang prinsip dan keseriusan dalam perjuangan. Para anggotanya — dia dikenal sebagai Presiden buruh — beranggapan bahwa memang seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memiliki ketegasan dan keberanian, serta yang lebih penting: berpihak pada yang di pimpin.

“Terserah kamu. Jika kamu tidak bergerak, maka kamu sendiri yang akan merasakan kenaikan upah yang kecil,” katanya satu ketika. Kemudian dia melanjutkan, tugasnya sebagai pemimpin adalah mengarahkan. Menunjukkan rute. Jalan mana yang akan ditempuh untuk menuju pada kemenangan.

Kelebihannya, dia selalu memimpin setiap aksi. Kecuali jika sedang bertugas di luar negeri, ada agenda lain yang memang tidak bisa ditinggalkan. Jika tidak karena itu, dapat dipastikan dia berada di jalanan. Ikut berpanas-panasan, berhujan-hujanan.

Dia adalah Said Iqbal. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang juga menjadi Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI).

Jika kita telusuri di internet, ada banyak tulisan yang mengulas tentang diri Said Iqbal. Beberapa diantaranya: Membongkar kedok Said Iqbal, tuduhan Said Iqbal memperkaya diri sendiri dari iuran serikat buruh yang mencapai 20 Milliar per tahun, Said Iqbal provokator, dan sebagainya.

Said Iqbal memang memimpin serikat pekerja yang relatif kuat dari sisi iuran. Di FSPMI. Iuran yang masuk ke DPP, mencapai 20 milyar per tahun. Relatif besar untuk ukuran serikat pekerja di Indonesia. Tetapi uang sebanyak itu bukan untuk Said Iqbal. Itu adalah uang organisasi, yang digunakan untuk menghidupkan organisasi. Dari iuran anggota itulah serikat pekerja mampu membangun gedung untuk sekretariat, melakukan pengembangan wilayah, mengadakan pendidikan, advokasi, termasuk melakukan aksi-aksi.

Tentu saja, keuangan FSPMI diaudit oleh akuntan independen. Ini sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu.

Said Iqbal dan para pemimpin buruh yang lain bukanlah provokator. Dia hanya melakukan apa yang menjadi tugasnya sebagai pemimpin buruh. (*)

Pos terkait