Berhimpun, Bergerak Bersama Merawat Kampung Halaman

Jakarta, KPonline – “Apa impian kalian setelah di wisuda?” Pertanyaan ini saya sampaikan kepada peserta dialog interaktif yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jawilan (Himaja) dan Gerakan Mahasiswa Kopo (GMK), beberapa waktu yang lalu.

Baik Himaja maupun GMK merupakan organisasi mahasiswa yang berbasis di kecamatan Jawilan dan Kopo. Kedua kecamatan ini terletak di Kabupaten Serang, Banten.

Anggotanya dari berbagai kampus yang berbeda, bahkan untuk mereka yang sedang menempuh study di luar Banten. Semacam rumah, organisasi ini tempat untuk kembali. Di mana pun mereka menuntut ilmu, ketika pulang ke kampung halaman, ada tempat untuk bertemu dan berkumpul.

Pertemuan pertama saya dengan organisasi mahasiswa ini adalah ketika saya diminta menjadi salah salah satu narasumber dalam Kuliah Singkat Hukum Perburuhan, bulan September lalu. Ini adalah forum diskusi yang mempertemukan kaum buruh dari berbagai serikat dengan mahasiswa.

Sebuah forum yang menarik. Bagaimana pun, setelah meninggalkan bangku kuliah, para mahasiswa ini akan memasuki dunia kerja. Menjadi buruh.

Kembali ke soal pertanyaan yang saya lontarkan. Apa mimpi setiap mahasiswa setelah di wisuda? Sebagian besar dari mereka menjawab, bekerja.

Jika memang kerja adalah tujuan yang hendak digapai setelah lulus kuliah nanti, maka gerakan mahasiswa tidak boleh mengambil jarak dari dunia kerja — dari kehidupan masyarakat.

Kalau kita bercita-cita menjadi guru, gerakan mahasiswa tidak boleh abai dengan nasib para guru. Dimana saat ini, sebagai contoh, guru honorer meneriakkan soal upah yang rendah dan perekrutan PNS yang diskriminatif.

Jangan anggap persoalan yang dihadapi para guru bukan persoalan mahasiswa. Sebab jika tidak ikut berjuang, bisa jadi ketika nanti mereka jadi guru hanya bergaji 300 ribu karena ketidakjelasan status.

Mereka yang lulus kuliah bermimpi bekerja di pabrik, jangan acuh tak acuh terhadap perjuangan buruh. Sebab bisa jadi, setelah lulus nanti hanya akan bekerja dengan sistem magang atau bahkan outsourcing.

Gerakan mahasiswa tidak boleh berjarak dengan rakyat. Ia harus peka dengan persoalan di sekitarnya.

Tepatlah jika tema besar yang diangkat dalam forum ini: berhimpun, bergerak bersama merawat kampung halaman.

Bagaimana ini bisa diwujudkan? Kita bisa belajar dari angkatan 08, 28, 45, hingga 98. Gerakan mahasiswa memiliki perpesktif dan kedekatan dengan rakyat.

Mereka membentuk kelompok study, termasuk membangun media propaganda.

Menyampaikan pikiran baik lisan maupun tulisan adalah tradisi yang harus dilestarikan. Kelompok-kelompok diskusi harus dimunculkan.

Sebab dengan berdialektika, kita bisa mengasah gagasan. Menemukan metode untuk melakukan perubahan. Gerakan tanpa gagasan, seperti rombongan bebek yang melintas di jalan.