Ananda Habib, Pasien dari Bengkulu yang Butuh Uluran Tangan Kita

Jakarta, KPonline – Sudah jatuh tertimpa tangga begitu kira gambaran dari keluarga nenek Rahmaini (65 tahun) warga dari Bengkulu ini. Rahmaini dan suaminya hanya bekerja serabutan dan hidup di garis rata rata kerja sehari hanya cukup buat makan hari itu juga.

Awalnya ada sebuah keluarga datang membawa bayi entah dari mana itu keluarga tiba tiba datang ke rumah nenek Rahmaini itu dan meminta untuk mengendong seorang bayi dan kemudian pamit untuk beli sesuatu ke warung. Tanpa pikir panjang Rahmaini menerima dan mengendongnya namun belum sempat menanyakan nama orang tua bayi tersebut.

Bacaan Lainnya

Orang tua bayi berlalu pergi pamit untuk beli sesuatu akan tetapi di tunggu tunggu tak kunjung kembali ke rumah Rahmaini. Sehari dua hari berganti bulan dan tahun dan sampai detik ini pun orang tua bayi tak kunjung menampakkan dirinya.

Pasrah dan ikhlas, akhirnya sang nenek merawat bayi tersebut hingga saat ini sang bayi berusia 9 tahun dan di beri nama Habib oleh keluarga nenek Rahmaini.

Menurut penuturan keluarga nenek Rahmaini, pada saat masih berusia bayi si Habib ini saat di asuh Rahmaini pernah jatuh dari tempat tidur, akan tetapi karena kurangnya pengetahuan dan keterbatasan sang nenek hanya di rawat ala kadanya di rumah karena dianggap jatuhnya tidak ada luka. Seiring dengan perkembangan Habib ini yang menjadi pertanyaan besar ?? Si habib susah untuk duduk, susah untuk bicara dan susah untuk jalan.

“Hidup dengan kondisi miskin dan keterbatasan kemampuan, jangankan untuk berobat buat makan sehari hari saja gali lobang tutup lobang.” kata nenek Rahmaini.

Beruntung ada orang yang masih peduli dengan keadaan nenek ini, Al Hidayah sebutannya relawan independen yang peduli dengan kesehatan sering membantu orang orang yang tidak mampu dan kendala di rumah sakit daerah Bengkulu. Al Hidayah ini lantas membikinkan kartu BPJS KIS APBD di Bengkulu untuk keluarga nenek Rahmaini.

Setelah kartu BPJSnya jadi kemudian dengan ijin keluarga si Habib ini dibawa ke RSUD untuk berobat serta menanyakan apa dan kenapa serta kendala apa sehingga perkembangan Habib ini tidak normal seperti yang lain. Akhirnya nenek Rahmaini memutuskan membawa ke RSUD Bengkulu dan benar adanya Habib di vonis ada pembekuan pembuluh darah di kepala sebelah kiri dan saraf kejepit di kepala belakang sebelah kanan.
Dan dilakukan operasi akan tetapi tak kunjung sembuh.

Setelah kartu BPJS jadi kembali lagi Habib di bawa ke RSUD Bengkulu oleh Rahmaini, atas arahan dokter di RSUD Bengkulu untuk di lakukan operasi di RSCM Jakarta mengingat RSUD Bengkulu keterbatasan alat.

Hal ini membuat bingung dan kalut nenek Rahmaini untuk membawa Habib ke RSCM di Jakarta.

“Apabila sampai di bawa ke Jakarta biaya dari mana lagi saya,” ujar Rahmaini.

Dengan sikap ramah, relawan Al Hidayah menenangkan nenek Rahmaini dan meyakinkan bahwa akan ada jalan keluar untuk ini. Dengan keterbatasan pengalaman yang ia punya, relawan Al Hidayah akhirnya ke kantor dinkes Bengkulu mengutarakan apa maksudnya dan akhirnya dinkes Bengkulu bersedia memfasilitasi keberangkatan Habib untuk berobat ke Jakarta dan dengan biaya seadanya yang bersumber dari BAZNAS. Akan tetapi Al Hidayah setelah mendapat restu, masih memikirkan bagaimana biaya hidupnya nenek Rahmaini dan Habib saat di Jakarta harus tinggal di mana, koordinasi dengan siapa di Jakarta ?

Akhirnya relawan Al Hidayah pernah ingat dan mengenal Jamkeswatch yang kebetulan sering komunikasi saat terkendala advokasi di lapangan. Teh Ine sebutannya relawan jamkeswatch Bandung yang sering advokasi pasien di lapangan daerah Bandung. Begitu Al hidayah komunikasi dengan Teh Ine mengutarakan apa maksudnya akhirnya Teh Ine meneruskan ke direktur advokasi dan relawan Jamkeswatch Daryus dan di tanggapi dengan serius. Serta di teruskan ke DPN dan mereka merespon agar Jamkeswatch DKI bisa mengawal dan mengadvokasi pasien atas nama Habib tersebut untuk dirujuk ke RSCM.

Daryus langsung memerintahkan Jamkeswatch DKI Jakarta agar mengawal dan memastikan pengobatan dan perawatan di RSCM.

Dan sejak hari selasa (9/10) pasca kedatangan habib hingga hari ini relawan Jamkeswatch DKI Jakarta ontime mengawal dan saat ini pasien masih menunggu hasil dari cek lab untuk di lakukan tindakan selanjutnya.

Keluarga Habib yang mengawal hingga ke RSCM mengucapakan banyak terimakasih kepada DPD Jamkeswatch DKI Jakarta beserta stafnya yang mengawal bergantian. Mereka adalah Cece Muhtamar, Ridwan, Dayak, roby, Ilham, dan juga Daryus selaku direktur advokasi dan relawan Jamkeswatch nasional.

“Terimakasih kalian telah membantu semuanya, smoga Allah SWT yang menggantikan sebagai amal ibadahnya kelak.” ucap nenek Rahmaini.

Sementara ini pasien tinggal di mess rumah adat Bengkulu di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur sambil menunggu tindakan selanjutnya.

“Selain melakukan advokasi dan pengawalan di RSCM, Jamkeswatch DKI juga akan menggalang dana kemanusiaan untuk membantu meringankan keluarga selama di Jakarta. Bantuan bisa disalurkan melalui kami relawan Jamkeswatch.” ungkap Daryus.

(Omp/jim).

Pos terkait