Jakarta, KPonline – Presiden Jokowi memboyong keluarganya ikut kunjungan kerja ke Turki dan Jerman. Tak hanya Ibu Negara Iriana, Jokowi juga membawa ketiga anaknya, yakni Gibran Rakabuming, Kahiyang Ayu, dan Kaesang Pangarep. Menantu Jokowi yang merupakan istri dari Gibran, Selvi Ananda, juga ikut dalam rombongan. Begitu juga anak dari Gibran dan Selvi, Ethes, yang baru berusia satu tahun empat bulan.
Keputusan Presiden Jokowi yang memboyong istrinya, ketiga anaknya, menantu dan cucu saat kunjungan kerja ke Turki dan Jerman ini mendapat berbagai tanggapan dari berbagai pihak. Setidaknya ada 6 kritik yang disampaikan.
1. Fasilitas yang diberikan kepada Presiden Jokowi sebagai kepala negara, bukan kepala keluarga.
“Jokowi berhak liburan bersama keluarga ke luar negeri, tapi kurang pas kalau menggunakan pesawat kepresidenan. Keluarga dibawa seberoyotan (serombongan) menghadiri acara penting G-20 tentu tidak pas, kecuali mereka semua tim substansi yang akan jadi tema KTT,” kata politisi Partai Demokrat Andi Arief, seperti dilansir RMOL.co.
Andi Arief menambahkan, bila benar cucu presiden ikut dalam rombongan Presiden Jokowi, maka ini adalah kali pertama yang terjadi dalam sejarah dimana anak balita ikut KTT G-20. Berdasarkan pengalaman, KTT G-20, APEC dan sebagainya adalah kegiatan yang sangat besar. Biasanya delegasi resmi tidak punya waktu berleha-leha karena pada dasarnya sedang melakukan perang diplomatik.
Dia mengingatkan bahwa pesawat kepresidenan adalah salah satu fasilitas negara untuk memudahkan tugas Jokowi sebagai kepala negara, bukan sebagai kepala keluarga. Menurut Andi Arief, wajar saja bila Presiden Jokowi mendidik anak-anaknya untuk menghadiri acara-acara tertentu di dunia. Tetapi, melibatkan menantu dan cucu sudah tidak lazim.
2. Baru pertamakali terjadi. Bahkan Presiden Soeharto pun tidak pernah mengajak cucu.
“Saya nggak tahu apa alasannya, mungkin sekalian liburan atau bagaimana, tapi tentu menimbulkan pertanyaan. Sah-sah saja orang bertanya karena tentu di luar kebiasaan dilakukan presiden Jokowi,” ujar Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Kompleks Parlemen, sebagaimana dilansir detik.com, Kamis (6/7/2017).
Fadli lantas membandingkan kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden ke-2 Soeharto. “Setahu saya di zaman Pak Harto tidak ada sampai ke cucu, mungkin pernah kalau anak. Kalau bawa cucu setahu saya tak pernah,” jelas Fadli.
Politikus Gerindra ini enggan berkomentar apakah tindakan Jokowi melanggar etika sebagai pejabat negara. Menurut Fadli, harus ada aturan yang mengatur membawa anggota keluarga saat pejabat melakukan kunjungan resmi ke luar negeri.
“Nggak tahu, harus dikaji sejauh mana aturan pendampingan ke luar negeri karena kalau di DPR kan ada apakah boleh misalnya pejabat membawa sampai anak cucu, mantu, bukankah itu juga menggunakan fasilitas negara dan keperluannya apa kecuali sedang cuti,” tuturnya. Dia menambahkan. “Ini perlu menjadi catatan, apakah bisa dilakukan karena kan, kalau istri sebagai pendamping saya kira masih wajar. Kalau anak, cucu, sampai menantu kan bisa jadi pertanyaan juga,” tambahnya.
3. Presiden Jokowi tidak memberikan teladan kesederhanaan.
Deputi Sekjen Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Apung Widadi mengatakan, harusnya hanya istri Presiden yang dibawa dalam kunjungan ke luar negeri. Sebab, Ibu Negaralah yang mendampingi berbagai kegiatan Kepala Negara. Adapun keluarga lain, seperti anak, menantu, dan cucu, tidak ikut mendampingi. Itulah sebabnya, apa yang dilakukan Jokowi merupakan pemborosan anggaran negara.
“Itu pemborosan keuangan negara. Ini bertolak belakang dengan citra Jokowi yang sederhana kemarin. Pencitraan Jokowi tepatnya,” kata Apung seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (7/7/2017). Lebih lanjut Apung menegaskan, bahwa Presiden tidak mampu memberikan teladan kesederhanaan.
4. Presiden ajak seluruh keluarga “jalan-jalan”, sementara rakyat diminta mengencangkan ikat pinggang dengan pencabutan subsidi bahan bakar minyak hingga listrik.
Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago, menilai Jokowi tidak memberikan contoh yang baik kepada rakyat. Padahal, selama ini rakyat diminta mengencangkan ikat pinggang dengan pencabutan subsidi bahan bakar minyak hingga listrik.
“Masyarakat semakin sulit, biaya hidup makin tinggi, cuma ikat pinggang enggak berlaku bagi pejabat negara. Jadi hanya berlaku bagi rakyat kecil,” ucap dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
5. Dari awal jangan menonjolkan kesederhanaan jika pada akhirnya memboyong keluarganya ke luar negeri dengan pesawat kepresidenan.
Wakil Ketua DPR Fahri Hanzah mengatakan seharusnya Presiden Jokowi dari awal tidak harus menonjolkan kesederhanaan jika pada akhirnya memboyong keluarganya ke luar negeri dengan pesawat kepresidenan. Ia mencontohkan, sebagai Wakil Ketua DPR, ia selalu menggunakan pesawat kelas bisnis. Sebab, jabatannya memang tinggi. Hal inilah yang seharusnya sejak awal dilakukan Jokowi.
Jokowi bertolak ke Turki dan Jerman
“Makanya dari awal enggak usah didramatisir, soal kesederhanaan. Seperti saya banyak keluar pakai kelas bisnis. Kan undang-undang mengatur, jadi saya pakai saja, saya segeran. Karena jabatan saya tinggi. Ditaruh di kelas bisnis supaya bisa istirahat,” ujarnya, seperti dikutip kumparan.com.
Jokowi, kata dia, seharusnya menggunakan saja fasilitas yang diberikan negara. “Fasilitas yang sudah ada dinikmati saja, enggak usah belagu mencari citra,” tuturnya.
=====
Sumber foto: Yudhistira Amran/kumparan. Kaesang, kakaknya Kahiyang Ayu, Gibran Rakabuming Raka, serta keponakannya Jan Ethes dan kakak iparnya, Selvi Ananda, ikut dalam kunjungan ini.