Ironi Nasib Honorer Jelang Lebaran

Jakarta, KPonline – Setelah sahur, sambil nunggu adzan Subuh, saya membaca status teman-teman di Facebook. Saat membaca statusnya pak Riyanto Agung Subekti atau yang biasa saya panggil pak Itong, saya tersentak.

Sederhana yang ia tulis. Bila PNS dapat THR, bila Guru PNS dapat Gaji 13 dan TPP, bila para buruh dapat THR dan uang lembur, maka para Honorer dapat “Melihat sambil ngeces dan domblong”.

Tulisan pak Itong yang merupakan tokoh honorer senior dari Jawa Timur adalah jeritan hati anak bangsa mewakili jutaan honorer yang telah mengabdi pada bangsa ini. Seperti pak Itong, mereka telah mengabdi puluhan tahun pada bangsa ini. Hanya saja sampai saat ini negara abai terhadap kesejahteraan para honorer.

Mereka para honorer yang mayoritasnya adalah para guru diberbagai daerah pelosok tidak sedikit yang hanya menerima honor 200-300 ribu perbulan. Sungguh tega pemerintah kita kepada mereka para honorer.

Rasa pilu saya juga tersentak sebulan lalu, ketika ada rekan aktivis guru honorer Jawa Tengah yang sudah saya kenal 2 tahun “diceraikan” oleh sang istri tercinta. Dalam gugatanya, disebutkan karena sang istri hanya mendapatkan uang bulanan dari suami Rp. 150.000/ bulan.

Salah satu aksi yang dilakukan para guru honorer untuk menuntut kesejahteraan.

Beberapa kali saya mengikuti konsolidasi gerakan para honorer di beberapa tempat dan kemudian membantu advokasinya pada Oktober 2015 dalam sebuah aksi di DPR dan Kemenpan bersama pengurus PB PGRI. Aksi itu membuahkan janji manis. Bahwa ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR yang diwakili Komisi II akan mengangkat para Honorer Kategori II yang berjumlah sekitar 440 ribu orang yang mayoritasnya adalah guru.

Kabar baik tersebut hanya bertahan 5 bulan. Februrai 2016, pemerintah kemudaian membatalkan keputusannya tersebut karena minimnya anggaran APBN.

Oleh karenanya, wahai pemerintah dan juga DPR perhatikanlah nasib mereka para honorer. Bagaimana kau akan perhatikan nasib kami para buruh swasta baik yang pekerja tetap, pekerja outsourcing dan juga kini magang serta para TKI, jika pegawaimu saja yang telah mengabdi kepada negara nasibnya engkau abaikan. Sungguh teganya dirimu, wahai para pejabat negara.

Wahai kawan kawan aktivis buruh, sudah selayaknya gaji dan THR yang kita dapatkan, sebagian bisa kita sisihkan untuk saudara-saudara kita para honorer dan rekan-rekan buruh yang ter PHK jelang lebaran ini.

Mereka juga punya tanggung jawab membahagiakan anak, istri, dan orangtuanya saat lebaran nanti.

Bagaimana perasaan kita jika nasib yang mereka alami juga menimpa kita wahai sahabat ?

Wahai sahabatku para honorer, maafkan kami yang abai kepada nasibmu. Juga para sahabatku rekan-rekan buruh yang ter PHK jelang lebaran ini.

Semoga Allah memuliakanmu wahai sahabat.