Puasa di Pabrik

Bogor, KPonline – Siang yang menyengat dan panas terik sinar mentari yang membakar kulit, tak menyurutkan langkah dan gerak dari ratusan bahkan ribuan buruh kerah biru. Mereka terus bekerja untuk memutar roda perekonomian negeri ini.

Mereka tetap bergelut dengan mesin-mesin produksi meskipun bulan ini adalah bulan Ramadhan. Mereka tetap berpuasa dan juga harus tetap bekerja. Alangkah mulianya mereka yang berpuasa dan juga bekerja.

Apakah dengan  berpuasa target produksi akan diturunkan oleh perusahaan? Tidak! Mesin-mesin produksi tetap berjalan seperti biasanya. Sang Empunya perusahaan tidak akan pernah rela jika produktivitas menurun. Mereka akan merasa merugi dan tidak akan ada belas kasihan untuk kaum buruh.

Produksi harus berjalan sesuai rencana produksi yang sudah disetujui oleh pihak customer. Tak ada keringanan dan tak akan pernah ada pengecualian. Produksi harus berjalan!

Lelah dan peluh kaum buruh kerah biru akan terus menetes dan mengucur. Dan jarum jam pun terus berputar seperti putaran revolusi bumi terhadap matahari. Semakin sore, tubuh lelah semakin lemah menandakan sudah diambang batas kemampuan yang tersisa.

Hingga akhirnya, bel pulang pun berbunyi tanda kepenatan dan kelelahan akan berakhir. Tapi kenyataan berkata lain…

Sang Mandor berkeliling membawa form lembur, seraya menghardik dan agak membentak. “Sore ini lembur seperti biasanya. Tanpa terkecuali.”

Buruh tak mampu berkata apa-apa. Diam membisu tanpa bisa melawan. Sore ini harus kerja lembur. Seperti biasanya.

Detik berganti menit. Menit berganti jam.

Seiring adzan berkumandang, para buruh mempersiapkan takjil untuk berbuka puasa. Hanya ada teh manis hangat dan sepotong roti seribuan yang terhidang. Sambil melepas lelah mereka berbuka puasa sambil berucap.

“Alhamdulillah. Puasa hari ini sudah kita tuntaskan dengan sempurna.”

Penulis : Rinto Dwi Wahana