CLBK, Buruh Kembali Bertemu Anies – Sandi

Jakarta, KPonline – Sepertinya cinta lama bersemi kembali. Anak muda zaman now menyebutnya CLBK.

Belum genap sebulan melakukan cabut mandat terhadap Anies – Sandi, elemen buruh Jakarta kembali bertemu dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, Rabu (29/11/2017).

Dalam pertemuan tersebut juga hadir perwakilan guru honorer, yang menjadi bagian dari Koalisi Buruh Jakarta (KBJ). Poros utama kaum buruh yang memberikan dukungan terhadap Anies – Sandi dalam Pilkada yang lalu.

Selain meminta agar UMP DKI Jakarta tahun 2018 direvisi, Pemprov DKI juga diminta untuk menyelesaikan permasalahan honorer.

Apakah pertemuan ini sebagai pertanda bahwa buruh telah rujuk kembali dengan Anies – Sandi? Bisa jadi akan ada yang menyindir seperti ini. Mengingat beberapa waktu lalu para buruh menggelar aksi cabut mandat.

Tetapi apapun itu, yang harus disadari oleh semua pihak adalah, Anies – Sandi adalah Gubernur dan Wakil Gubernur yang sah di DKI Jakarta. Mereka berdua adalah pemimpin yang terpilih secara demokratis di DKI Jakarta untuk periode 5 tahun yang akan datang.

Pimpinan KSPI terlihat sedang berbincang dengan Anies Baswedan.

Diakui atau tidak, Anies Baswedan adalah Gubernurnya. Sedangkan Sandiaga Uno adalah Wakil Gubernur.

Kewajiban untuk berbuat yang terbaik baik masyarakat DKI melekat kepadanya. Dengan ataupun tanpa dukungan elemen buruh.

Dalam kaitan dengan itu, kehadiran elemen buruh ke Balaikota adalah dalam rangka memastikan itu. Mengawal dan mendesak agar kebijakan yang dibuat berpihak kepada rakyat.

Maka, ini bukan CLBK. Ini adalah panggilan sejarah. Tersebab tuntutan agar pemimpin mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat harus dilakukan. Apalagi yang dibahas dalam pertemuan ini adalah terkait dengan kemaslahatan umat, bukan bagi-bagi hibah.

Para buruh meminta agar UMP 2018 direvisi. Juga mengingatkan agar segala janji dipenuhi. Hal lain, para buruh menuntut agar Anies – Sandi berkomitmen terhadap upah minimum sektoral.

Apakah tidak terkesan menjilat ludah sendiri? Sama sekali tidak.

Hal ini justru menunjukkan sikap dewasa kaum buruh dalam berpolitik. Mereka menentang kebijakan yang merugikan. Tetapi disaat yang bersamaan tidak gampang patah arang. Gerakan tak boleh berhenti. Api perlawanan tak boleh padam.