WAU Paparkan Tentang UMP, Edy Rahmayadi : Kalau Upah Buruh Tinggi Bisa Tutup Perusahaan

 

Medan, KPonline – Barbagai macam cara buruh untuk menyampaikan keluh kesahnya terhadap kebijakan Pemerintah tentang penetapan upah tahun 2019. Mulai dari menyuarakan lewat Dewan Pengupahan Daerah perwakilan Buruh, menggelar aksi unjuk rasa, sampai dengan mengirimkan/menulis puisi tentang penolakan kebijakan upah yang dianggap tidak berpihak ke buruh tersebut.

Bacaan Lainnya

Dari pantauan koresponden Media Perdjoeangan di Kota Medan, awak Media melihat satu pergerakan salah satu aktivis Buruh yang cukup tersohor namanya dalam melakukan/menyampaikan ketidak nyamanan buruh terhadap kebijakan Upah murah kepada pemangku kebijakan.

Hal ini terekam oleh awak Media Perdjoeangan saat Willy Agus Utomo (WAU) yang merupakan Ketua Dewan Pimpinan Wilaya Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (DPW FSPMI) Provinsi Sumatera Utara, memberanikan diri berhadapan dengan Edy Rahmayadi (Gubernur Sumut) di sela-sela usai melaksanakan ibadah Sholat zhuhur di Masjid Agung yang terletak tepat disebelah Kantor Gubernur Sumatera Utara.

Sebelumya, WAU yang merupakan Caleg DPRD tingkat 2 Kab. Deli Serdang, dengan Nomor urut 6, Dapil 2 dari partai Gerindra ini sedang menggelar Aksi unjuk rasa Bela Upah bersama FSPMI didepan kantor Gubsu, tetapi dengan keterbatasan waktu/jam Sholat Dzuhur, rentetan tata tertib acara aksi harus dihentikan sejenak guna mempersilahkan para peserta aksi melakukan kewajibannya dalam beragama dan makan siang, walaupun belum juga ditemui para pemimpin yang berada didalam kantor orang nomor satu di Provinsi Sumatera utara.

Menemani WAU saat menjalankan kewajiban Sholat Zduhur di masjid Agung yang bersampingan dengan Kantor Gubernur, koresponden melihat ke agresipan WAU mendatangi Edy Rahmayadi yang merupakan Gubernur Sumatera Utara yang juga melaksanakan ibadah di tempat yang sama untuk menyampaikan tuntutan Buruh dan menjelaskan kepentingan Buruh dalam aksi hari ini disela-sela selesai Sholat zduhur, tepatnya dihalaman/parkiran alas kaki Masjid Agung.

Setelah mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, WAU memaparkan tentang kenapa buruh menolak kenaikan UMP SUMUT yang naik hanya 8,03% memakai kalkulasi pertumbuhan ekonomi dan implasi atau PP78 tahun 2015.

WAU terus saja mencoba memberi pemahaman, dan menyampaikan 8 tuntutan Buruh dalam aksi ini yang WAU anggap menjadi masalah besar bagi kehidupan buruh jika tidak diperhatikan dengan serius, tetapi tak disangka-sangka jawaban dari orang Nomor satu yang juga merupakan dukungan buruh ini sangat tidak melambangkan sosok pemimpin. Apakah karena pemahaman beliau yang kurang tentang hal ini atau juga ada hal lain.

“Kalau Upah Buruh Tinggi, Bisa tutup Perusahaan” begitu tanggapan beliau menjawab pemaparan terkait Upah yang disampaikan WAU siang itu.

WAU yang geram karena menerima tanggapan yang tak melambangkan moto “Bermartabat” yang beliau suara-suarakan dalam Pilkada itu, mengatakan Jawaban beliau sangat tidak memahami situasi dan kondisi kehidupan buruh. Dalam orasi setelah kembali ke kumpulan aksi unjuk rasa damai didepan kantor Gubernur.

“Kami menegaskan akan tetap akan melawan terhadap Upah murah, dimana UMP Sumut sudah sangat tertinggal jauh dari UMP Daerah lain dalam kurum waktu 8 tahun terakhir, kami akan siapkan aksi disetiap hari senin untuk membuka mata hati semua pemimpin, bahwa aksi buruh ini merupakan bentuk keresahan buruh terhadap praktek upah murahdi negri ini” tegas WAU dalam orasinya setelah tidak ditemukan oleh petinggi kantor gubernur untuk membicarakan UMP SUMUt di Aksi Bela Upah 29 Oktober 2018 lalu.

Pos terkait