SPD, Partai Berhaluan Buruh Yang Memenangkan Pemilu di Jerman

Purwakarta, KPonline – Olaf Scholz, politikus Partai Sosial Demokrat (SPD) memenangkan pemilihan umum Jerman pada 21 September 2021. Kemenangan SPD menandai kebangkitan partai-partai berhaluan buruh atau pekerja dibeberapa negara di Eropa.

SPD menang tipis dengan perolehan suara sebanyak 25,7 persen dari Partai Uni Demokratik Kristen (CDU) yang hanya meraih 24,1 persen suara. CDU itu sendiri merupakan partai berkuasa yang selama ini mengusung Kanselir Jerman Angela Merkel.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, dua partai lainnya The Greens dan Demokrat Bebas (FDP) hanya memperoleh 14,8 persen dan 11,5 persen suara.

SPD adalah partai tertua di Jerman. SPD juga mengklaim sebagai partai demokrasi tertua di dunia. SPD lahir saat buruh mulai memberontak terhadap bisnis yang mempekerjakan mereka.

Pada 23 Mei 1863, Ferdinand Lassalle, putra seorang saudagar yang kaya raya, menjadi kekuatan pendorong di belakang pendirian Asosiasi Pekerja Jerman (ADAV) di Leipzig. ADAV adalah cikal bakal dari SPD Jerman.

Selama pemerintahan kekaisaran Jerman 1871-1918, partai ini dengan cepat menjadi gerakan massa, dengan lebih dari 1 juta anggota. Dalam pemilihan, ia memperoleh sepertiga dari suara populer negara itu.

Ketika kanselir kekaisaran terakhir Jerman, Kaiser Wilhelm II turun tahta pada 9 November 1918, kedua cabang gerakan sosial demokrat secara bersamaan menyerukan pendirian republik baru.

Dari parlemen Reichstag Berlin, Sosial Demokrat Philipp Scheidemann memproklamasikan republik yang cukup demokratis, sementara Karl Liebknecht menyerukan politik sosialis-komunis.

Namun, Republik Weimar yang didirikan dan didukung oleh mayoritas Sosial Demokrat moderat dan mewakili fase pertama demokrasi di tanah Jerman, secara politik tidak stabil dan hanya bisa jalan dari 1918 hingga 1933.

Setelah itu, Jerman menghadapi krisis ekonomi. Hiperinflasi dan pengangguran membuat lembaga demokrasi tak lagi bisa menghalangi sosialis nasional di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. Hitler dikenal dengan kepemimpinannya yang diktator dan sadis.

Setelah era Hitler dan Perang Dunia Kedua, Kanselir Jerman dan ketua SPD Willy Brandt mengarahkan perhatiannya pada perdamaian dan rekonsiliasi dengan negara-negara sosialis di Eropa Timur pada 1969.

Brandt menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 1971 karena berlutut di Monumen Pahlawan Ghetto di Warsawa. Tindakan ini kemudian menjadi simbol permintaan maaf Jerman kepada bangsa Polandia atas kejahatan kediktatoran Nazi.

Kemudian, setelah Perang Dunia II, di bawah kepemimpinan Kurt Schumacher Partai Demokrat Sosial (SPD) Jerman mengubah dasar ideologinya menjadi pihak yang mewakili kepentingan kelas pekerja dan serikat pekerja dan secara bertahap berkembang dari sosialis kelas pekerja.

Hal ini tercermin adanya perbedaan antara Program Heidelberg tahun 1925, yang ingin melakukan transformasi dari sistem kapitalis swasta kepada kepemilikan sarana produksi ke pihak kepemilikan sosial atau negara” dengan Program Godesberg tahun 1959, yang bertujuan untuk memperluas dan pemilih dasar memindahkan posisi politik menuju sifat moderat.

Pada 1996, SPD sempat berkoalisi dengan Christian Democratic Union (CDU). Sejak saat itu, SPD mulai menetapkan kebijakan mereka tentang hak pilih perempuan, delapan jam kerja, dan dukungan untuk serikat pekerja.

Pada 1998, Jerman memilih untuk mengakhiri era Helmut Kohl, dan pemimpin karismatik SPD Gerhard Schröder membentuk koalisi dengan Joschka Fischer dan Partai Hijau. Helmut Kohl berasal dari CDU dan dianggap sebagai kanselir unifikasi Jerman.

Walaupun begitu, partai ini kembali mencapai titik terendah mereka setelah pengunduran diri ketua partai SPD Andrea Nahles pada 2019.

Namun, SPD kembali bangkit akibat ketenaran Scholz yang menjadi wakil kanselir Jerman, Angela Merkel.

Pos terkait