Setelah Mahfud MD Bicara

Kelompok buruh yang tergabung dalam FSPASI (Federasi serikat pekerja aneka sektor Indonesia) menyuarakan penolakan untuk kembali memilih Joko Widodo dalam pemilihan presiden 2019 mendatang. (KOMPAS.com/Ihsanuddin).

Jakarta, KPonline – Setelah Mahfud MD bicara, kita jadi tahu drama yang terjadi di belakang terpilihnya Ma’ruf Amin sebagai Calon Wakil Presiden yang akan mendampingi Joko Widodo atau Jokowi. Ini sekaligus memberikan gambaran, bahwa apa yang kita saksikan di permukaan bukanlah sebagaimana yang kelihatan.

Seperti yang dicerita Mahfud MD, pasca polemik terkait Cawapres itu terjadi, Jokowi kemudian mengundangnya ke istana. Dalam kesempatan itu, terungkap apa yang sebenarnya terjadi.

Bacaan Lainnya

“Pak Jokowi menjelaskan peristiwanya dihadapkan pada situasi serba sulit. Klir Pak Jokowi mengatakan, ‘sampai kemarin sore memang sudah saya perintahkan mengerucut satu Pak Mahfud dibuatkan ini [seragam]. Tapi, tiba-tiba sore masing-masing partai mengajukan calon sendiri-sendiri yang berbeda. Kemudian saya tidak bisa menolak, saya bukan ketua partai, sementara koalisi harus ditandatangani’,” tutur Mahfud menirukan kembali apa yang dikatakan Jokowi kepada dirinya.

Namun demikian, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partai koalisi tak pernah mengumumkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD yang bakal mendampingi Presiden Joko Widodo dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pernyataan itu disampaikan Hasto menyikapi pernyataan Mahfud MD, pernah dihubungi sejumlah pihak seperti Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PPP Romahurmuziy mengenai namanya final menjadi cawapres Jokowi.

Namun demikian, cerita Mahfud MD seolah-olah mengkonfirmasi dugaan banyak orang, bahwa ada yang mengendalikan Joko Widodo. Ini sekaligus mengingatkan pernyataan Megawati beberapa tahun yang lalu, bahwa Jokowi adalah petugas partai.

Bahkan, terbaru, Ketua Umum PDI Perjuangan ini mengatakan soal petugas partai pada hari Minggu (7/1/2018), saat mengumumkan enam pasang calon kepala daerah di Pilkada 2018.

“Ketika saya jadikan Pak Jokowi [sebagai presiden], orang seperti tidak mau tahu Pak Jokowi itu jadi oleh siapa. [Mereka] lupa saya punya tandatangan Pak Jokowi [kalau] dia adalah petugas partai,” ujar Megawati seperti dilansir tirto.id (9/1/2018).

Tidak heran jika kemudian Rocky Gerung mengatakan, tindakan Jokowi yang batal menjadikan Mahfud sebagai cawapres di saat-saat terakhir deklarasi merupakan tindakan tidak berintegritas.

“Anda bayangkan seorang presiden pada saat terakhir tidak bisa mempertahankan integritasnya. Dia mengatakan pada Pak Mahfud tadi, ‘saya ditekan segala macam’, pemimpin macam apa yang di ujung ketika harus memutuskan saya menyerah karena ditekan maka dia ganti pilihan. Dia tidak otentik memutuskan itu.”

Lebih lanjut dia mengatakan, bagaimana kita percaya pada pemimpin dalam situasi yang mungkin lebih berbahaya dia bisa tangguh menghadapi? Dalam duel internasional misalnya, dalam negosiasi, kalau dari awal watak presiden itu immoral?” papar Rocky.

 

Pos terkait