Semangat Ibuku Adalah Semangatku

Cita-cita untuk berserikat sudah tumbuh saat dulu masih klas 2 SMEA. Hal itu dikarenakan karena apa yang terjadi dengan ibu saya yaitu ketika ibu saya yang sudah bekerja puluhan tahun lalu sakit dan setelah sembuh masuk kerja namun bukan diterima kembali untuk masuk bekerja akan tetapi justru di PHK yang diterima oleh Ibu.

Atas kejadian itu, akhirnya saya bersumpah takkan membiarkan apa yang terjadi dengan ibu saya terjadi terhadap pekerja-pekerja lain. Itulah awal mulanya, meski saya tidak tahu harus memulai dari mana, hingga pada akhirnya setelah lulus langsung mencari pekerjaan untuk menjalankan sumpah, meski pada waktu itu mempunyai kesempatan untuk masuk ke STAN.

Ketika sudah bekerja dan mencoba belajar memahami kondisi dunia ketenagakerjaan, akhirnya mulai memahami tentang serikat pekerja yang pada akhirnya bergabung dengan serikat pekerja.

Hingga dalam perjalanannya 8 kali saya pindah perusahaan sampai 7 kali di-PHK karena membangun gerakan serikat pekerja, dan di perusahaan terakhir ini saya mengundurkan diri karena ada mimpi yang harus diselesaikan, dengan meninggalkan semua kenyamanan yang saya dapatkan selama bekerja di perusahaan terakhir saya di PT. Enkei Indonesia.

Dalam gerakan serikat pekerja yang saya jalani dari awal hingga saat ini, saya tak pernah terlintas tentang gaji besar, fasilitas lengkap ataupun sifatnya materi kecuali satu yaitu, bahwa apa yang terjadi terhadap ibu saya waktu itu tidak terjadi terhadap pekerja pekerja lain yang saat ini masih bekerja.

Yang pasti semua perjalanan yang saya lakukan dan jalani hingga saat ini saya tak pernah berpikir ataupun berorientasi tentang materi, kedudukan maupun ketenaran, kecuali hanya ingin menolong meringankan bersama, belajar bersama, termasuk saat ini fokus konsentrasi membangun gerakan penguatan ekonomi sosial pekerja serikat pekerja, karena melihat fakta kondisi kehidupan ekonomi sosial pekerja yang sudah ter-PHK. Mayoritas banyak yang terpuruk setelah ter-PHK, meski dulunya pernah menjadi aktivis serikat pekerja sekalipun.

Dari dulu saya selalu meyakini bahwa tak ada ikhtiar yang sia-sia dari setiap perjalanan hidup dan perubahan.

Inilah, ibu saya yang sebenarnya mengantarkan saya dalam perjalanan gerakan kolektif saya hingga sampai saat ini.

Ditulis oleh Henut Hendro, S.E. (Direktur Inkopbumi FSPMI)