Sejarah Terus Berulang, Saat Buruh Suarakan Kemanusiaan di Jalanan Ibu Kota

Sejarah Terus Berulang, Saat Buruh Suarakan Kemanusiaan di Jalanan Ibu Kota

Purwakarta, KPonline-Besok, Jumat (20/6), sejarah kembali mencatat langkah solidaritas kaum buruh. Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) bersama Partai Buruh akan turun ke jalan menuju Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta. Namun kali ini, bukan tentang upah, bukan soal kerja layak, melainkan tentang suara hati nurani, yaitu kemanusiaan. Mereka menggugat diamnya dunia atas tragedi yang tengah mengoyak Timur Tengah.

Perang antara Iran dan Israel yang kembali memanas telah merenggut banyak nyawa. Iran, demi mempertahankan kedaulatannya, melancarkan balasan atas serangan yang dilakukan Israel. Dalam kekacauan ini, korban jiwa berjatuhan tak pandang usia, tak kenal batas. Dan seperti luka yang tak kunjung sembuh, invasi Israel atas Palestina terus berlangsung, meninggalkan puing-puing harapan di atas tanah Palestina yang diliputi debu dan darah.

FSPMI melalui aksi damainya nanti, mendesak PBB untuk bertindak. Mereka menyerukan penghentian perang antara Iran dan Israel serta menuntut tindakan tegas terhadap Israel atas dugaan kejahatan genosida terhadap rakyat Palestina. Bagi mereka, kemanusiaan tak boleh tunduk pada politik, dan keadilan tak boleh berhenti di ruang diplomasi yang dingin.

Ini bukan pertama kalinya FSPMI turun ke jalan demi nilai yang lebih besar dari kepentingan sektor ketenagakerjaan. Dalam berbagai kesempatan, sejarah mencatat bagaimana buruh menjadi corong suara keadilan, dari isu nasional hingga internasional. Kini, mereka kembali membuktikan bahwa suara buruh bukan hanya tentang perut, tapi juga tentang nurani dan kemanusiaan.

Sejarah memang terus berulang. Ketika dunia bungkam, jalanan menjadi tempat bersuara. Dan di tengah hiruk pikuk Jakarta, suara buruh FSPMI esok hari akan menjadi gema yang mengingatkan bahwa di atas segala perbedaan, kemanusiaan adalah panggilan tertinggi.