KPonline – Tidak banyak yang tahu, tanggal 23 September 2015 yang lalu, Jamkeswatch genap berusia satu tahun. Jika diibaratkan manusia, ia masih sangat belia. Meskipun demikian, dalam usia semuda itu, sudah hal yang dilakukan. Bahkan mampu memberikan warna. Kehadirannya mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan. Khususnya masyarakat yang selama ini merasakan manfaat atas kehadirannya.
Semua ini, apalagi kalau bukan keajaiban?
Sesuai namanya, Jamkeswatch mendedikasikan dirinya sebagai lembaga pengawas jaminan kesehatan nasional. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pelaksanaan jaminan kesehatan di negeri ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Selain mengkritisi kebijakan, Jamkeswatch juga melakukan advokasi terhadap masyarakat yang kesulitan memiliki akses terhadap jaminan kesehatan. Semua kerja-kerja itu dilakukan oleh para relawan, dalam arti yang sebenar-benarnya.Mereka bukan orang-orang bayaran yang bekerja atas niat untuk mendapatkan imbalan. Mereka bekerja karena kecintaannya terhadap kemanusiaan. Percaya bahwa Tuhan akan membalas semua kebaikan, dengan cara-Nya.
Sering, ketika tengah malam, ada telpon bedering. Ternyata dari masyarakat yang meminta bantuan karena kesulitan mengaskes layanan kesehatan di rumah sakit. Sebagai bentuk tanggungjawab, ia bergegas untuk memberikan pertolongan.
Mayoritas berprofesi sebagai pekerja/buruh, dengan melakukan kerja-kerja sosial di tengah-tengah masyarakat, membuat relawan Jamkeswatch memiliki banyak pengalaman. Bukti bahwa gerakan serikat pekerja tidak hanya berkutat pada isu perburuhan.
Satu tahun kehadiran Jamkeswatch ditandai dengan pelaksanaan Workshop I Jamkeswatch pada tanggal 18 – 20 September 2015 di Training Center FSPMI, Cisarua. Mengambil tema, “Peningkatan Kompetensi dan Pemahaman Jaminan Kesehatan Nasional”, workshop ini sekaligus dimaksudkan untuk melakukan konsolidasi terhadap Jamkeswatch yang kini tersebar di berbagai daerah.
Dalam kesempatan ini juga, para aktivis Jamkeswatch juga membuat sebuah perayaan sederhana. Potong tumpeng, dan sebentuk ucapan selamat. Ini sebagai bentuk rasa syukur bahwa Jamkeswatch bisa melangkah sejauh ini.
Jamkeswatch membuktikan masih banyak orang-orang yang menjiwai apa yang disebut sebagai solidaritas lintas tanpa batas. Orang-orang yang percaya, bahwa hidup di dunia haruslah tolong-menolong. Sebagaimana yang diperintahkan agama, “Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat kepada manusia yang lainnya.” (*)