Safrudin : PHK Bukan Akhir Dari Kehidupan

Deliserdang,KPonline- Pada umumnya banyak dari masyarakat yang sangat ketakutan atas terjadinya Pemtusan Hubungan Kerja (PHK), ketakutan itu tercipta karena semakin melonjaknya kebutuhan hidup dan susahnya mencari pekerjaan setelah berhenti di satu perusahaan di Republik ini.

Tidak bisa dipungkiri, selain terobsosi atas janji naik jabatan hal itulah yang menjadikan buruh semakin seakan ditindas ditempat ia bekerja, mulai dari tidak melawan saat dihilangkan hak-haknya sebagai pekerja, sampai dengan harus bersaing dengan kawan-kawan sesama (sikut-sikutan,saling menjatukan satu sama lain, cari muka) agar tetap dipertahankan ditempat kerjanya.

Bacaan Lainnya

Berbeda dengan Safrudin yang tidak pernah takut atas PHK atau melanjutkan kehidupan ini setelah berhenti bekerja.

Lelaki 29 tahun yang memiliki 2 orang anak ini adalah mantan buruh dari perusahaan pengolahan kayu dan perusahaan pengolahan mie instan di Kab. Deliserdang.

Sudah bolak balik di PHK udin nama panggilannya tidak pernah menyerah untuk menjalani kehidupan, bahkan saat bekerja, tak jarang dia mengutarakan hak-haknya sebagai pekerja ke pihak perusahaan untuk agar di sesuaikan. Hal itu juga yang membuat udin harus berhenti bekerja.

“Gila, saya bekerja sesuai permintaan target, bahkan harus lembur untuk menyelesaikan target, tetapi seperti tidak dianggap, banyak hal-hal yang tak masuk akal menurut saya, kita seperti diperbudak untuk memperkaya sipemilik perusahaan, dan dibuang begitu saja jika kita memiliki satu kesalahan, belum lagi hak-hak yang kita terima tidak sesuai dengan kebutuhan kita” tuturnya.

Udin yang juga personil satu band dikotanya memilih melawan dan terPHK.

Tetapi PHK tersebut tidak membuat dia putus asa dan tidak berhenti untuk mencari nafkah guna melanjutkan kehidupannya, dengan modal yang ia raih dari kerja sebagai kuli di negri jiran Malasya selama 1 tahun setelah terPHK dari perusahaan, ia mencoba membuka usaha sebagai penjual kopi.

Alhasil kehidupan udin kini berangsur-angsur membaik bahkan menjadi orang yang lebih tenang menjalani kehidupan ini.

Bermodalkan gerobak dan alat-alat seadanya, udin mulai berjualan puku 18:00 wib di emperan salah satu toko perabot di kota Tanjung Morawa.

“Buka jam enam sore, memakai pelataran toko yang sudah tutup, alhamdulillah lancar” Ucapnya.

Udin bukanlah satu-satunya buruh yang mampu bangkit setelah berhenti bekerja, mungkin masih banyak lagi dari sisi seorang mantan buruh yang sukses menjalani kehidupan setelah berhenti bekerja. Hal ini sebagai satu tuturan ke optimisan seorang buruh, bahwa layaknya menjalani hidup haruslah berjuang menciptakan kehidupan yang benar-benar hidup tanpa mempunyai rasa takut dalam menghujudkannya.

Udin juga bekerja menjadi seorang penjual kopi yang tenang bekerja dan tenang berusaha, sama halnya jika kita bekerja disatu perusahaan haruslah menciptakan ketenangan kita sebagai pekerja yaitu hak-hak yang sesuai dan ketenangan kita dalam berusaha menciptakan kesenangan yaitu kesejahteraan yang hakiki tanpa menghilangkan hak dan kewajiban kita sebagai pekerja.

Pos terkait