Refleksi di Hari Buku

Soft Launching buku Buku 'Pemerintah Gagal Menyejahterakan Buruh? Sebuah Sudut Pandang Dari Buruh Yang Melawan: Catatatn Kritis Perburuhan Tahun 2017' dilakukan bertepatan dengan HUT Media Pedjoeangan, awal Maret 2018.

Jakarta, KPonline – Membaca buku tak ubahnya seperti menyusuri jejak kehidupan. Menuliskannya berarti mengabadikan nafas peradaban. Memindai kenangan.

Sebagai penulis, tentu saja setiap tanggal 23 April memiliki arti yang khusus bagi saya. Hari dimana semesta merayakannya sebagai Hari Buku Sedunia. Bagaimanapun, kerja kreatif penulisan buku membutuhkan nafas panjang agar bisa bertahan.

Di Media Perdjoeangan yang merupakan salah satu pilar Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), saya mendorong agar tradisi menulis dan menerbitkan buku terus tumbuh. Bagaimana pun, menulis adalah tradisi aktivis.

Seperti bisa bisa kita lihat, selain menerbitkan koran cetak dan online, Media Perdjoeangan juga bergiat dalam hal penulisan buku.

Launching buku ‘Perempuan di Garis Depan’ yang disupervisi oleh tim Media Perdjoeangan.

Buku Baru

Terbaru adalah buku yang saya tulis bersama dengan Said Iqbal berjudul ‘Pemerintah Gagal Menyejahterakan Buruh?‘. Di dalamnya merangkum berbagai pandangan, pendapat, dan perlawanan yang dilakukan kaum buruh terhadap berbagai isu besar yang terjadi di negeri ini sepanjang tahun 2017.

Kehadiran sebuah buku bukan sekedar untuk merekam kenangan, tetapi juga meneguhkan semangat perlawanan.

Pemerintah Gagal Menyejahterakan Buruh? merupakan Gagasan Besar Serikat Buruh Jilid 2. Sebelumnya, Said Iqbal yang merupakan Presiden FSPMI dan KSPI sudah menerbitkan buku ‘Gagasan Besar Serikat Buruh‘ (jilid 1). Ini adalah kumpulan tulisan Said Iqbal sejak tahun 2007 hingga tahun 2014. Berisi tentang kegelisahan, harapan dan apa yang saya pikirkan untuk Indonesia yang lebih baik. Indonesia yang memberikan kesejahteraan bagi kaum buruh dan rakyatnya.

Memperkenalkan buku ‘SEPULTURA: Sebuah Cita-Cita Perjuangan’ di Mojokerto, Jawa Timur.

Pentingnya Dukungan Pembaca

Sebuah buku yang terlahir membutuhkan pihak lain agar tumbuh. Penulis bukan satu-satunya penentu. Sebab ketika sebuah manuskrip selesai ditulis, ia membutuhkan editor, designer, penerbit, hingga pembaca.

Tanpa pembaca, sebuah buku tidak akan berarti apa-apa. Terlebih lagi buku-buku mengenai perjuangan serikat pekerja sangat spesifik. Jika kemudian para pengurus dan aktivis serikat pekerja tidak memiliki perhatian terhadap hal ini, usaha untuk mendokumentasikan setiap jejak langkah perjuangan akan mati suri.

Karena itu, buku-buku yang diterbitkan dari sudut pandang serikat penting untuk dimiliki. Ia sebagai penanda bahwa kita pernah ada dan pernah berbuat sesuatu. Berjuang untuk kebaikan. Kalian adalah salah satunya.

‘Book Signing’ buku Cerita dari Bekasi.

Beberikut adalah daftar buku yang saya rekomendasikan untuk melengkapi rak buku anda, yang selalu tersedia di sekretariat serikat pekerja.

Selain ‘Pemerintah Gagal Menyejahterakan Buruh?‘ dan ‘Gagasan Besar Serikat Buruh‘, buku-buku yang lain adalah:

1. Cerita dari Bekasi

2. Memoar Gerakan Buruh Tangerang

3. SEPULTURA: Sebuah Cita-Cita Perjuangan

4. Diary Anggota FSPMI

5. Tak Hilang Ditelan Zaman

6. Bermartabat Karena Serikat

7. Perbudakan Modern di Badan Usaha Milik Negara

9. Sebuah Panduan Dalam Menyelesaikan Perselisihan PHK

10. Hak Dasar Pekerja

11. EE Gak Ada MatinyEE