Produsen Baja Terbesar Inggris Bangkrut, 25.000 Pekerja Terancam PHK

London,KPonline – British Steel, produsen baja terbesar di Inggris harus gulung tikar. Dilansir dari CNN.com, Kamis (23/5/2019), British Steel telah gagal memperpanjang umurnya di dunia bisnis baja.

Langkah ini terpaksa diambil akibat negosiasi dengan pemerintah Inggris gagal menghasilkan kesepakatan. British Steel gagal dapat suntikan dana bantuan dari pemerintah.

Bacaan Lainnya

Perusahaan tersebut tengah mencari dana sebesar 75 juta pound sterling atau sekitar Rp 1,3 triliun (Kurs: 16.151) Rp kepada pemerintah. Dana tersebut dibutuhkan untuk menutupi kerugiannya.

Hal ini akan menyebabkan 5.000 pekerja kehilangan pekerjaannya di British Steel. Selain itu, ini juga mengancam posisi 20.000 pekerja di perusahaan lain yang memasok baja dari British Steel.

British Steel merugi karena Uni Eropa membatasi pembelian baja darinya. Faktor utamanya tak lain adalah Brexit.

“Kegagalan memecahkan hubungan perdagangannya, yakni dalam hal perencanaan dan pengambilan keputusan akan membuat perusahaan ini dalam 5 bulan mengalami kehancuran di kompleksitasnya,” terang Asosiasi Perusahaan Baja Britania Raya dalam pernyataannya, Selasa (22/5/2019).

Padahal, tahun 2018 British Steel, telah diberikan pinjaman dana dari pemerintah sebesar 120 juta pound sterling atau sekitar Rp 2,1 triliun.

Namun, British Steel terus mengalami kesulitan dalam menarik pembeli. Hal ini memberikan dampak pada berbagai industri yang bergantung pada hasil produksi baja British Steel.

“Kegagalan untuk menemukan pembeli akan menghancurkan banyak bidang yang sangat bergantung pada industri ini,” kata Co-Executive Director of The British Chambers of Commerce Hannah Essex.

Serikat buruh dan pekerja umum Britania Raya atau GMB mengatakan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kembali semua keputusan ini sebagai langkah nasionalisasi dan menyelamatkan perusahaan.

“Tapi mereka tidak peduli atau mereka tidak mau melepas penutup mata mereka dari ideologinya untuk menyelamatkan para pekerja dan komunitas,” ujat Sekretaris GMS Tim Roache.

Melihat kondisi perang dagang AS-China, seluruh pabrik yang memproduksi baja di Eropa terus mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan oleh persaingan erat dengan China yang mematok harga sangat murah.

Pos terkait