Polisi Refresif Terhadap Buruh, Bukti Berpihak Kepada Pengusaha?

Aparat kepolisian dengan membabi buta melakukan penjarahan dan perusakan sepeda motor buruh

Purwakarta, KPonline – Aksi refresif yang dilakukan oleh aparat kepolisian saat mengamankan para buruh yang sedang menggelar aksi mogok kerja di depan pabrik PT Indofood Sukses Makmur, Kota Bukit Indah, Purwakarta,Jawa Barat, Rabu (02/07/2014), tak lagi mengedepankan sisi kemanusiaan. Dalam insiden bentrok tersebut. Beberapa Oknum kepolisian juga melakukan aksi penyekapan dan penganiayaan secara tak manusiawi. Hal ini jelas menunjukkan jika polisi terindikasi  menjadi peliharaan para pengusaha.

Salah seorang korban penyekapan, Iwan Susanto (30) menuturkan, dirinya sempat disekap dan dianiaya oleh beberapa oknum kepolisian. Saat disekap, beberapa kali dirinya merasakan tindak kekerasan secara membabi buta. Kekerasan fisik yang dialaminya antara lain seperti luka tendangan dibagian kaki serta luka memar di dada akibat pukulan keras dengan telapak tangan.

Bacaan Lainnya

“Saya ditendang dan dianiaya setiap saya berbicara seolah-olah saya seorang kriminal kelas berat,” tutur Iwan.

Setelah puas melakukan penganiayaan, selanjutnya Iwan juga mengungkapkan jika dirinya sempat dibuang di tengah jalan dengan kondisi yang mengenaskan pada Kamis (03/07/2014) pagi. Korban pun ditemukan oleh tukang ojek setempat setelah berteriak meminta pertolongan.

“Saya ditemukan oleh tukang ojek setelah berteriak minta tolong,” ungkapnya.

Atas kejadian tersebut, korban sempat mengalami trauma. Namun, setelah menjalani pengobatan selama sehari, akhirnya korban melaporkan perkara ini ke lembaga pemerintahan terkait seperti Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) dan Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS) bersama dengan para korban lainnya.

“Semoga Allah memberi saya kesempatan untuk melihat kematian para penganiaya saya,” harap Iwan.

Sementara itu, seorang buruh pabrik dari PT Karya Yasantara Cakti, Dedi Suhadiman (34), ditangkap paksa didalam pabrik saat terjadi insiden bentrokan antara karyawan PT Indofood Sukses Makmur yang sedang melakukan aksi mogok kerja dengan aparat kepolisian di depanPabrik Indofood, Kota Bukit Indah, Purwakarta, Jawa Barat, Rabu (02/07/2014).

Aksi mogok kerja yang awalnya dilakukan dengan damai oleh para karyawan dan buruh Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) yang juga turut serta sebagai bentuk solidaritas, akhirnya berakhir dengan kericuhan. Saat bentrokan, aparat kepolisian dengan gelap mata langsung melakukan penangkapan secara refresif. Hal itu (penangkapan) dilakukan oleh aparat kepolisian yang mengenakan pakaian preman.

Kendati demikian, aksi aparat kepolisian itu langsung mendapatkan perlawanan dari dari buruh lainnya serta beberapa securiti pabrik. Akibat penangkapan tersebut, ketegangan sempat terjadi antara karyawan PT Karya Yasantara Cakti dengan aparat kepolisian. Sejumlah polisi bahkan mencoba masuk dan menodongkan senjata gas air mata ke arah karyawan yang melakukan protes. Ketegangan mereda setelah terjadi dialog antara pengurus serikat pekerja dengan pihakkepolisian.

Setelah berhasil ditangkap, Dedi kemudian dibawa oleh polisi menuju Pos Polisi (Pospol) Kawasan Industri Kota Bukit Indah. Selama perjalanan menuju Pospol, Dedi mengakui jika dirinya selalu dipukuli dibagian dada bahkan kepalanya pun di pukul menggunakan gagang senjata api oleh salah seorang oknum polisi. Akibat tindak kekerasan tersebut, Dedi mengalami luka serius dibagian kepala dan luka memar dibagian dada.

“Saya dipukuli saat dibawa ke Pospol, bahkan kepala saya digetok dengan gagang pistol” UngkapDedi.

Tindak kekerasan yang dilakukan polisi tidak hanya berhenti disitu. Saat berada di Pospol beberapa oknum polisi juga sempat melakukan tendangan kepada Dedi dan korban lain yang tengah diamankan didalam Pospol, sebelum akhirnya para korban dibawa ke Kantor Kepolisian Resort Purwakarta (PolresPurwakarta).

“Kami ditendang dan dicaci maki saat di POSPOL. Padahal saya sudah terluka dan berdarah-darah” tuturnya.

Tiba di Kantor Polres Purwakarta, Dedi dan korban lainnya masih mendapatkan perlakuan yang sama. Saat dilakukan pemeriksaan, Dedi mengaku ditendang dan dipukul oleh polisi. Bahkan Polisi memaksa Korban mengakui tindak pidana yang dituduhkan padanya.

“Saya dipukul dan ditendang, dipaksa mengakui kalo saya melakukan pelemparan. Padahal saya tidak melakukan perbuatan itu.”

Hal yang lebih tidak beradab, Polisi bahkan tidak memberikan makanan untuk berbuka puasa. Padahal, kala itu para korban sedang menjalankan ibadah puasa. Hingga akhirnya, para korban terpaksa membeli makanan sekedarnya dari saku sendiri. Itupun makanannya dimakan bersama-sama dengan Polisi yang bertugas. Polisi juga meminta dibelikan rokok pada korban, dari uang korban sendiri. Sementara korban hanya mendapatkan sebatang rokok.

“Saya disuruh beli rokok pake duit saya sendiri, tapi rokoknya yang menghisap malah polisi, bukan saya. Saya hanya dikasih sebatang aja,” ungkapnya.

Setelah tidak bisa membuktikan bahwa Dedi bersalah, Polisi akhirnya membebaskan Dedi dengan status wajib lapor pada Kamis (03/07/2014) malam. Korban selanjutnya mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Siloam, Purwakarta. Sebelum akhirnya dibawa pulang oleh keluarga korban.

“Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk hidup bebas. Tapi saya masih mengkhawatirkan rekan-rekan yang masih ditahan.” Tandasnya. *Fer*

Pos terkait