PGRI Dan Pemilu (Bagian 3)

PGRI Dan Pemilu (Bagian 3)

Orde reformasi ditandai dengan tumbangnya pemerintahan rezim Orde Baru, tahun 1998. Sifat reformasi yang kembali ke alam demokrasi sesuai Pancasila dan Undang Undang 45 membuat PGRI mempercepat kongresnya empat bulan dari yang seharusnya. Kongres XVlll diselenggarakan di Lembang Bandung tahun 1999. Kongres XVlll di Lembang terpilih M Surya sebagai ketua Umum dan Sulaiman HB Ismaya sebagai sekretaris jendral PB PGRI masa bakti 1999 – 2003.

Baca Juga :
PGRI Dan Pemilu (Bagian 1)

PGRI Dan Pemilu (Bagian 2)

Kongres XVlll, memutuskan PGRI kembali ke jati dirinya seperti saat PGRI di lahirkan,yaitu PGRI sebagai organisasi perjuangan, profesi dan ketenaga kerjaan. Keputusan ini sangat tepat dan sesuai dengan semangat reformasi, sehingga masyarakat, termasuk anggota PGRI, bebas mengeluarkan pendapat dan pandangan masing-masing. Dengan kembalinya PGRI kepada jatidiri semula maka PGRI bebas juga menetukan pilihan politiknya, bukan hanya bernaung di bawah golkar tetapi bebas memilih partai politik yang saat itu tumbuh bak jamur di musim hujan, dimana jumlah partai politik mencapai 40 buah. Saking semangat nya menyambut era reformasi dan kebebasan ada sebagian pengurus PGRI yang mendirikan partai politik yang diberi nama Partai Mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mendaftar sebagai partai peserta pemilu.

Bacaan Lainnya

Dengan kembalinya PGRI sebagai organisasi serikat pekerja disamping organisasi perjuangan dan profesi, serta bebasnya pilihan politik bagi PGRI dan anggautanya, Kemudian PB PGRI mendaftarkan lagi PGRI sebagai Organisasi Serikat Pekerja di Depnaker (SK Menaker N0. Kep 370/M/BW/1999) tanggal 10 Agustus 1999. Kelak kemudian hari PGRI bersama beberapa federasi serikat bebas lainnya tahun 2003 mendirikan dan membentuk KSPI ( Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia )

Tahun 1999 pemilu pertama dilaksanakan di masa orde reformasi dengan peserta multy partai menghasilkan partai pemenang partai Golkar dan terpilih lah Presiden pertama di masa orde reformasi yaitu Kiai Haji Abdurahman Wahid dengan wakil Presiden Megawati Soekarno Putri. Gonjangan politik yang belum stabil di masa awal reformasi mengakibatkan turunnya Gusdur panggilan akrab Abdurahman Wahid sebagai Presiden tahun 2001 dan digantikan oleh wakilnya yaitu Megawati Soekarno Putri bersama wakil presiden terpilih Hamzah Haz.

PGRI masa reformasi bersama ketua umum M Surya dalam pemerintahan era Gusdur ,Megawati dan Hamzah Haz relatif tidak ada persoalan yang berarti,Pemerintahan fokus membenahi ekonomi,sosial dan politik pasca reformasi. PGRI bersama jajarannya konsolidasi kepada pengurus pengurus provinsi dan Kabupaten/ kota seluruh Indonesia. Karena imbas dari era reformasi dalam kebebasan ada satu dua pengurus provinsi PGRI yang ikut ikutan reformasi dengan menyebut dirinya pengurus PGRI reformasi. Kuat dan solidnya kepemimpinan M Surya dalam kancah politik yang bebas membuat PGRI dapat mengatasi masalah masalah internal dan eksternal. Di zaman kebebasan ini lah muncul organisasi organisasi sempalan yang mengatas namakan organisasi guru bukan organisasi guru PGRI.

Tahun 2003 Kongres PGRI masa bakti XlX dilaksanakan di Semarang terpilih sebagai ketua umum M Surya untuk periode kedua dengan sekretaris jendral Kusrin Wardoyo dan terakhir digantikan oleh Sumardi Thaher setelah pergantian antar waktu karena sekretaris jendral terpilih Wafat. Kongres PGRI selalu dirancang dilaksanakan satu tahun sebelum pelaksanaan pemilu, ini terkandung maksud agar pengaruh politik tidak mempengaruhi proses pergantian pengurus PB PGRI dalam kongres. Sedangkan pelaksanaan Pemilu kedua di era reformasi diselenggarakan tahun 2004 , M Surya dan beberapa tokoh pengurus PGRI ramai ramai mendaftar sebagai peserta pemilu menjadi calon anggauta senator DPD RI. Ada pengurus yang berhasil menjadi anggauta DPD RI dan berkantor di gedung DPD RI senayan seperti M Surya dan Sumardi Thaher.

Disamping urusan pemilu legislatif di tahun 2004 untuk pemilihan DPRD,DPR RI dan DPD RI yang lebih penting lagi adalah pemilihan presiden secara langsung, Karena pemilu untuk legislatif dipisah dengan pemilihan presiden. Pemilihan presiden secara langsung yang pertama kali ini di ikuti oleh lima pasangan Capres dan cawapres, yaitu adalah Hamzah Haz-Agum Gumelar, Amien Rais-Siswono Yudohusodo, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi, Wiranto-Salahuddin Wahid dan Soesilo Bambang Yudhoyono-Yusuf Kalla. Kelima pasangan itu menjadi peserta pemilu presiden 2004 berdasarkan Keputusan KPU nomor 36/2004.

Dengan alasan karena pengurus baru saja konsolidasi di masa era reformasi sekaligus juga baru pertama kali pelakanaan pemilihan presiden secara langsung maka di ambil Keputusan bersama, bahwa PB PGRI untuk mencoba mendekat keseluruh lima pasangan calon presiden dan menawarkan programnya.

Kecenderungan politik PGRI saat itu tidak jelas berpihak kemana? Sebelum pelaksanaan pemilihan presiden belum terlihat kemana arah kemauan politik pemerintah dan PGRI.Hanya saja Gedung PB PGRI sempat mendapat kan dana rehab di tahun terakhir pemerintahan Megawati – Hamzah Haz menjelang pemilihan presiden .

Kelincahan kepemimpinan M Surya dalam mengelola PGRI dan arah politiknya perlu diacungi jempol, sebagai orang yang matang dalam dunia pendidikan dan pergerakan M Surya dapat mendekat ke semua calon Presiden dan memberikan program program PGRI kepada Calon Presiden.
Pertemuan Tawangmangu Solo yang diprakarsai oleh pengusaha muda sekaligus anggauta dewan penasehat PB PGRI Setiawan Jhodi antara PB PGRI dan pengurus provinsi dengan Soesilo Bambang Yudhono merupakan pertemuan yang perlu dicatat sebagai bagian kompromi politik. Dalam pertemuan di udara dingin nan sejuk puncak Gunung Lawu Tawangmangu,Karanganyar,Solo M Surya meski tidak secara nyata menyatakan dukungan kepada calon presiden, M Surya menyatakan bahwa teman teman menyandarkan harapannya kepada Soesilo Bambang Yudhoyono yang saat itu maju calon presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Dalam pertemuan tersebut M Surya atas nama ketua umum PB PGRI memberikan 5 harapan kepada calon Presiden.Pertama,harapan presiden terpilih segera mengesahkan Undang Undang Guru, Kedua,realisasi pelaksanaan amandemen UUD 45 dan UU sisdiknas yang menetapkan 20% APBN atau APBD dianggarkan untuk pendidikan,Ketiga,Presiden terpilih diharapkan bisa menyelesaikan mutu,distribusi,kesejahteraan serta manajemen Guru, Keempat, Guru diharapkan mendapatkan pengaturan gaji tersendiri, Kelima, Harapan terakhir agar pemerintah memprioritaskan masalah Pendidikan.

Karena tidak ada yang mendapatkan 50 % plus 1 dalam perolehan suara pemilihan presiden,maka pemilihan presiden dilakukan dua putaran. Putaran kedua bertarung dua pasangan calon presiden yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri – Hasyim Muzadi. Megawati Soekarno Putri sebagai petahana kalah oleh Soesilo Bambang Yudhoyono dalam pemilihan presiden putaran kedua.

Di awal pemerintahan SBY terjadi insiden kecil saat HUT PGRI ke 60 dan HGN tahun 2005 di stadion Manahan Solo, Minggu 17 Nopember 2005, yaitu apa yang dikenal dengan tragedi “Puisi Kandang Ayam” . puisi ini berisi sindiran tentang keadaan dunia pendidikan di indonesia,puisi dibacakan oleh penasehat PB PGRI Winarno Surachmat didepan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menhadiri HUT PGRI mewakili presiden yang berhalangan hadir. Dalam peringatan hari ulang tahun yang sakral ini diawali dengan adanya aksi unjuk rasa protes dari daerah daerah yang hadir, tuntutan aksi ini adalah pengesahan undang undang guru yang dijanjikan oleh Presiden di hari Ulang tahun guru 25 Nopember 2005.

Tahun 2008 diselenggarakan kongres PGRI masa bakti XX bulan Juli di Palembang, dalam kongres terpilih Sulistiyo dan Syahiri Hermawan menjadi ketua umum dan sekreatris jendral PB PGRI periode 2008-2013. hadir dalam pembukaan kongres sekaligus memberi pengarahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.

Terpilih nya Sulistiyo sebagai ketua umum PB PGRI mengisyaratkan akan banyak perubahan dalam tubuh PGRI, hal ini disebabkan sosok Sulistiyo yang muda,cerdas dan berjiwa pembaharu. Sulistiyo yang saat itu menjabat Rektor IKIP PGRI semarang dan sekreatis umum pengurus provinsi PGRI Jawa Tengah diharapkan membawa organisasi tua PGRI menuju organisasi guru modern.

Kedekatan hubungan antara ketua umum PB PGRI dengan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono bisa terlihat saat acara peresmian gedung baru IKIP PGRI di Semarang,9 Juni 2009. Saat memberikan sambutan Secara implisit, Rektor IKIP PGRI Semarang yang juga Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, Sulistiyo menyampaikan dukungannya kepada Susilo Bambang Yudhoyono untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai berpihak pada pendidikan dan guru. Sulistiyo memberi dukungan melalui puisi yang disampaikan didepan Presiden dan hadirin yang memadati gedung baru. Bait puisi sebagai berikut,

Kota Semarang sering banjir
Warga mengeluh tidak menggerutu
Bapak presiden berkenan hadir
Tanda peduli pendidikan dan guru
Datang ke Semarang bertemu guru
Wajah ceria penuh senyumnya
Pemimpin yang memuliakan guru
pasti sehat tinggi derajatnya
IKIP PGRI Semarang kampus guru
Kampus pendidikan baru gedungnya
Orang yang senang mensejahterakan guru
Pasti menang banyak pendukungnya
Tidak semua ular berbisa
Ular biru tidak terkalahkan
Prioritaskan pendidikan pasti bisa
Jangan ragu terus LANJUTKAN

Setahun kemudian tahun 2009 dilaksanakan pemilihan umum dan pemilihan Presiden.Dalam pemilihan umum untuk memilih calon legislatif DPRD,DPRRI dan DPD RI,tidak ketinggalan para tokoh senior pengurus PGRI maju menjadi calon legislatif melalui jalur independent yaitu anggauta DPD RI. Tercatat saat itu pengurus PGRI yang mendaftar calon DPD RI seperti, M Surya Jabar, Sulistiyo Jateng, Aidil Fitri Sumsel dan M Dahri Kalsel.

Sedangkan pemilihan presiden tahun 2009 secara langsung diselenggarakan dengan tiga pasangan calon yaitu Soesilo Bambang Yudhoyono – Boediono. Yusuf Kalla – Wiranto dan Megawati Soekarno Putri – Prabowo Subiyanto. Dalam pemilihan yang berlangsung satu putaran ini petahana Soesilo Bambang Yudhoyono – Budiono memenangkan pemilihan presiden dan dilantik menjadi Presiden RI ke 6.

Sebagai petahana SBY begitu sering orang menyebutnya,sudah banyak yang memprediksi akan kemenangan dalam pilpres yang diikuti tiga pasangan calon ini,begitu juga feeling para tokoh pengurus PGRI untuk meramalkan bahwa SBY akan memenangkan pemilihan presiden untuk yang kedua kalinya. Atas pertimbangan itu semua dalam rakorpimnas di Semarang di sela sela peresmian gedung baru IKIP PGRI Semarang ,peseta rapimnas menyampaikan dukungan Politik kepada petahana. Terpilihnya kembali SBY pada periode kedua di tahun 2009,membuat kerjasama memuliakan guru dan masalah pendidikan antara SBY dengan PGRI saling menguntungkan dan tidak berubah hingga masa bakti SBY berakhir di tahun 2014.

Kedekatan itu bisa dilihat sepanjang dua periode masa kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi Presiden, dalam peringatan HUT PGRI 10 kali, hanya satu kali SBY tidak menghadiri peringatan HUT PGRI. Sejarah mencatat juga di era kepemimpinannya lah penetapan Guru sebagai jabatan profesional, lahirnya Undang Undang Guru dan Dosen serta berlakunya anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD. Lahirnya tunjangan sertifaksi guru. Di anggkatnya 1 juta guru honorer dan guru bantu, adanya dirjen khusus menangani Guru yang salah satu direkturnya salah satu pengurus PGRI terjadi saat kepemimpinan SBY.

Didi Suprijadi, SH, MH
Ketua Umum PB PGRI

Pos terkait