Surabaya,KPonline – Selalu menarik bila membahas momen Hari Buruh Sedunia terutama di Jawa Timur, beragam cara dilakukan oleh elemen elemen Serikat Buruh untuk memperingatinya ,padahal lokasi untuk melakukan aksi sangat terbatas bila dibandingkan dengan antusiasme buruh.
Pada tahun 2013 sempat terjadi gesekan antar SP/SB maupun dengan Mahasiswa,namun semakin kesini ternyata semakin baik karena adanya komunikasi yang terus terjalin, akhirnya banyak hal yang menunjukkan sikap kedewasaan misalnya bergantian untuk melakukan orasi,tidak menutup akses ke lokasi dan lainnya.
Begitu pun tahun ini, sejak beberapa hari terakhir menjelang hari H,muncul kekhawatiran akan terjadinya gesekan kembali, lantaran banyak agenda dari masing SP/SB ,ada yang melakukan Istigosah, Aksi teatrikal yang melibatkan 1300 buruh,serta ada juga yang menggelar panggung dangdut ,ditambah lagi 2018 adalah tahun politik yang tentunya akan semakin membuat potensi gesekan semakin besar.
Namun hari ini kekhawatiran itu tidak terjadi,justru mereka mau mengatur waktu dan bergantian tempat agar apa yang menjadi tuntutan bisa tersampaikan dengan baik melalui cara dan aksi yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Bagi FSPMI Jawa Timur momen Mayday jelas diperingati dengan melakukan aksi untuk menyuarakan harapan buruh, sebelumnya FSPMI Jawa Timur juga telah melakukan aksi Pra Mayday sehingga konsep tuntutan sudah bisa didengar oleh Pemerintah Provinsi mengingat apabila disampaikan hanya di saat Mayday tentu tidak akan ada diskusi intensif agar tuntutan bisa dipenuhi .
Maka tepat pada hari ini 1 Mei 2018 puluhan ribu buruh FSPMI dari berbagai Kab/Kota di Jawa Timur, khususnya daerah Ring 1 (Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kab. Mojokerto dan Kab. Pasuruan) turut datang ke Kota Pahlawan yang menjadi Tema May Day kali ini mengusung semangat NEGARA KESEJAHTERAAN (WELFARE STATE ) – HENTIKAN KERAKUSAN KORPORASI.
Dari Federasi Serika Pekerja Indonesia (FSPMI) Jawa Timur sedikitnya mengerahkan anggotanya sebanyak 15.000 (lima belas ribu) orang. Perkiraan total massa aksi dari seluruh serikat pekerja/serikat buruh di Jawa Timur ±30.000 (tiga puluh ribu) orang. Aksi demonstrasi dipusatkan di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan Surabaya dan di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur, Jalan Indrapura Surabaya.
Massa FSPMI sebelumya berkumpul di depan Kantor DPRD I Jatim ,pada pukul 10.00 wib di arahkan ke Kantor Pemprov Jatim yang berjarak kurang lebih 2 Km untuk menyampaikan tuntutan mengingat sebelumnya santer terdengar bahwa Pemprov menyatakan tidak mau di geser ke depan kantor DPRD I.
Secara Nasional tuntutan yang disuarakan FSPMI Jatim adalah lain TRITURA (tiga tuntutan buruh dan rakyat), yaitu :
1. Turunkan harga beras, listrik, bbm serta bangun ketahanan pangan dan ketahanan energy.
2. Tolak Upah Murah, dengan mencabut Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan serta merevisi komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang semula 60 item direvisi menjad 84 item.
3. Tolak Tenaga Kerja Asing Unskilled dengan mencabut Pepres No 20 Tahun 2018 ttg Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
Sedangkan tuntutan Lokal Jawa Timur sendiri yaitu :
1. Hilangkan disparitas upah di Jawa Timur dengan merevisi Pergub No. 75 Tahun 2017 tentang UMK di Jawa Timur Tahun 2018.
2. Tetapkan Upah Minimum Sektoral Kab./Kota (UMSK) untuk Kab. Mojokerto dan Kab. Gresik.
3. Buat Juknis/SOP Pengawas Ketenagakerjaan di Jawa Timur.
4. Jalan Perda Jatim No. 8 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Ketenagakerjaan.
5. Tindak dengan tegas Pemberi Kerja/Perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya kepada BPJS Kesehaatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
6. Implementasikan Putusan MK No. 70/2011 dan MK No. 82/2012 yang memberikan hak konstitusional pekerja/buruh mendaftarkan dirinya sendiri kepada BPJS atas tanggungan pemberi kerja.
7. Integrasikan Jamkesda Jawa Timur ke dalam program JKN BPJS Kesehatan.
8. Iuran JKN BPJS Kesehatan pekerja/buruh korban PHK ditanggung Pemerintah Daerah Kab./Kota atau Pemerintah Provinsi melalui APBD.
9. Segera bentuk Badan Pengawas Rumah Sakit (BPRS) untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit di era JKN BPJS Kesehatan.
Buruh Jatim khususnya Mojokerto kali ini mendapatkan Kado Mayday ,“Kado yang pertama adalah dari hasil sidang paripurna DPRD, sepakat mencoret usulan upah klaster di Mojokerto. Kado yang kedua adalah kembalinya upah sektoral di bumi Majapahit. Gubernur telah menandatangani upah sektoral Mojokerto pada 30 April kemarin, ” seperti yang disampaikan oleh KC FDPMI Mojojerto Ardian Syafendra yang disambut tepukan gemuruh massa aksi.
Setelah beberapa saat massa kembali diarahkan ke kantor DPRD untuk melanjutkan agenda selanjutnya.
Sejak beberapa saat lalu FSPMI berencana untuk melakukan dua deklarasi politik,yang pertama deklarasi untuk mendukung Cagub Syaifullah Yusuf dan Deklarasi dukungan terhadap Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden pada 2019 ,namun untuk deklarasi dukungan kepada Gus Ipul harus dibatalkan mengingat munculnya larangan dari Bawaslu untuk melakukan nya.
Menanggapi hal ini Ketua DPW FSPMI Jawa Timur Pujianto menyatakan mengikuti himbauan Bawaslu meskipun harus kehilangan banyak biaya karena sudah banyak alat peraga yang di buat untuk menunjukan keseriusan FSPMI Jatim dalam mendukung Cagub no urut 2 tersebut.
Namun untuk Deklarasi Capres 2019,Tetap dilakukan bersama sama dengan member KSPI yang lain,dimana waktu deklarasi nya bersama an dengan FSPMI pusat yang dilaksanakan di Istora Jakarta.
Di akhir aksi FSPMI,ada satu hal lagi yang patut jadi catatan Mayday 2018 yakni adanya Tim Cyber Sampah dari PUK SP AMK PT SAI,sebanyak 50 orang yang merupakan anggota SAIPALA tersebut membersihkan sampah di lokasi aksi ,sebuah hal yang baru yang mampu memberikan nilai positif pada aksi buruh.
FSPMI secara tidak langsung menunjukkan kepada Pemerintah, bahwa sejatinya May Day bukanlah hari libur, bukan hari untuk bersenang-senang, tetapi May Day adalah hari perjuangan kaum buruh untuk menyuarakan perbaikan kesejahteraan rakyat secara umum dan buruh pada khususnya .
(Khoirul Anam/Jawa Timur)