Perang Dagang China Amerika Akankah Mengancam 45 Ribu Buruh Garmen?

Jakarta,KPonline – Duniatex Group, induk dari DDST akhirnya buka suara terkait masalah keuangan yang menimpa ketatnya likuiditas dan belitan utang sebesar Rp18,79 triliun.

Direktur AJ Capital Adisory Fransiscus Alip yang ditunjuk sebagai konsultan keuangan Duniatex, Jumat (9/8/2019) menjelaskan, persoalan itu bermula dari kesulitan keuangan DDST membayar bunga senilai US$13,4 juta atas pinjaman sindikasi dari 14 bank senilai total US$260 juta pada 10 Juli lalu.

Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menyatakan, perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas berpotensi meningkatkan risiko penjualan perusahaan tekstil dan garmen Indonesia yang berorientasi domestik. Alasannya, kenaikan tarif atas barang China ke AS menyebabkan eksportir China mengarahkan produk mereka ke Asia.

Hal ini akan mengintensifkan persaingan di pasar lokal dan berdampak pada produsen tekstil dan garmen Indonesia yang berfokus ke pasar domestik

Berdasarkan catatan Fitch Ratings, pada Juli 2019 lalu, PT Delta Merlin Dunia Tekstil mengatakan bahwa perusahaan ini menghadapi kesulitan keuangan karena persaingan dari masuknya kain buatan China ke pasar domestik.

Namun, merujuk data Bank Indonesia dan United States Office of Textiles and Apparel, Fitch Ratings belum melihat tanda-tanda tersebut untuk sektor tekstil dan garmen di Indonesia.

Jika produsen tekstil dan garmen berorientasi domestik mendapat ancaman dari perang dagang ini, hal sebaliknya terjadi pada produsen tekstil dan garmen beroreintasi ekspor.

Menurut Fitch Ratings, perusahaan-perusahaan ini justru mendulang keuntungan dari perang dagang ini. Sebut saja PT Pan Brothers Tbk (PBRX) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Maklum saja, penjualan ekspor memang mendominasi bisnis dua perusahaan ini.

Sementara Duniatex berkomitmen tak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 45 ribu karyawannya. “Sampai sekarang seluruh pabrik kami masih berproduksi dan pekerja masih bekerja seperti biasa, tidak ada pengurangan atau PHK,” kata Manajer Humas Duniatex Group Donalia S Erlina, di kutip dari Kontan, Jumat (9/8/2019).

Meski demikian, Erlina mengakui karena masalah keuangan tersebut, ada beberapa strategi yang dijalankan berkaitan dengan operasional. Pertama Duniatex Group akan mengurangi kapasitas produksi.

Kedua, Duniatex juga akan mengurangi beberapa benefit terkait lembur yang diterima pekerjanya. “Dengan kondisi tertekan dan kaitannya dengan ekonomi yang belum stabil secara finansial kami memang mesti mengurangi beberapa biaya,” lanjutnya