Penjelasan Walikota Bekasi Saat Naik Mobil Komando

Bekasi, KPonline – Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, hari ini Selasa (29/10/2019) dari pagi hingga siang, buruh Bekasi melakukan aksi di depan kantor Pemerintah kota Bekasi. Dalam aksi kali ini ada beberapa tuntutan yang ditujukan untuk Walikota Bekasi Rahmat Effendy.

Saya kira semua orang pasti memerlukan upah atau pendapatan. Apalagi akhir tahun inilah penentuan kenaikan upah, tepatnya di bulan November hingga akhir Desember dan diberlakukan mulai 1 Januari tahun berikutnya seperti yang tercantum dalam undang-undang.

Aksi hari ini memang saya tidak berangkat bareng ikut konvoi dengan yang lain dari Omah Buruh, karena ada keperluan lain. Makanya saya lebih awal ke tempat aksi yang sudah dijadwalkan yaitu Kantor Pemerintah Kota Bekasi.

Sambil menunggu kawan lain yang start dari Omah Buruh, saya sarapan pagi disekitar kantor Pemkot Bekasi.Tanpa sengaja datanglah petugas-petugas setelah apel pagi yang rencananya akan mengawal aksi hari ini.

Lalu,mereka bareng sarapan yang juga memilih semeja dengan saya. Sambil menunggu sarapan, mulailah mereka ngobrol akan tugasnya hari ini.

Seperti biasa, dikala tuntutan dalam aksi buruh tentunya tidak sedikit yang berfikir sempit bahkan nyinyir. Didalam undang-undang pun kita dijamin berunjuk rasa menyampaikan pendapat di muka umum.

Tadi pagi sebelum aksi dimulai saya mendengar percakapan yang dilakukan oleh petugas yang akan menjaga ketertiban karena tugasnya juga diatur dalam undang-undang.

“Demo apalagi sih? Metal ya? Kurang apa gajinya. Perusahaan pada kabur mampus luh..!. Pada kerja dimana luh entar? Kalau mau kaya makanya jadi pengusaha, kalau kaya gitu mah pimpinannya aja yang enak. Kalau pada di PHK apa bisa pimpinannya nyariin kerjaan lagi?” cerocos petugas berseragam cokelat itu.

“Iya..ya..demo mulu, bikin kerjaan kita aja. Kita aja dibohongin mulu diem dan begini-gini aja,” tambah kawan petugas lain.

Sontak kuping saya pun panas mendengarnya. Saya duga obrolan mereka berdua mengeras karena saya memakai atribut Serikat Pekerja kami yaitu FSPMI.

Sebelum akhirnya saya sadar dan maklum. Obrolan mereka pun tentunya tidak didasarkan​ ilmu pengetahuan yang cukup, karena tanpa sengaja mereka berdiskusi dengan sentimen bukannya dengan argumen.

Sekali lagi saya berfikir ini maklum, pasti kalau saya ikut berargumen mereka akan semakin kalap mendengarnya, karena dasarnya sudah dengan sentimen.

Saya kira selebihnya dari aksi buruh siang tadi padahal mereka pun secara tidak langsung akan menikmatinya. Contoh, pasti dari mereka pun punya saudara, adik, keponakan, sepupu atau bahkan mungkin anak mereka yang bekerja dengan bayaran upah minimum.

Nah..aksi tadi adalah sebuah proses dimana suatu kebijakan tentang upah akan dilaksanakan menurut undang-undang. Kita tidak mau penentuan upah minimum itu ditetapkan dengan cara diulur-ulur seperti tahun sebelumnya.

Kita semua paham bahwa kebutuhan hidup itu naik bahkan tidak cukup satu kali dalam satu tahun, hanya kenaikan upah sajalah yang satu kali dalam satu tahun.

Pemahaman seperti inilah yang kaum nyinyir dan pencibir mesti pahami, ditambah lagi dari mana keluar angka nilai nominal upah untuk seorang lajang dalam kebutuhan satu bulan, belum lagi pekerja rata-rata berkeluarga. Semua sudah diatur dalam undang-undang.

Dalam aksi tadi saya memastikan dan mengawal agar berjalan sesuai aturannya.

Akhirnya perwakilan dari kami dipersilahkan masuk ke dalam kantor Walikota dan bertemu dengan Walikota Bekasi yang biasa dipanggil Bang Pepen. Bahkan Bang Pepen pun tidak segan untuk bertemu dengan ratusan peserta aksi hingga menaiki mobil komando.

Sepenggal dalam orasinya di mobil komando saya rasa Bang Pepen pun memberikan pelajaran buat semua masyarakat yang mungkin belum paham, makanya mereka mencibir atau nyinyir dalam ucapannya.

“Saya bangga dengan kalian (para peserta aksi), disaat kalian merasa membutuhkan produk hukum untuk kepastian kesejahteraan kalian, kalian datang ke Kota Bekasi,” kata Pepen.

Selanjutnya menjelang sore, aksi hari ini 29 Oktober 2019 pun selesai. Saya dan peserta aksi dari FSPMI pun berterimakasih kepada Walikota Bekasi.

Sesuai janjinya besok perwakilan dari kita (buruh) dipersilahkan membawa konsep dan langsung dibawa ke hadapan Wali Kota Bekasi.

Point yang terpenting selain pemahaman adalah apapun dan bagaimana pun saya akan hormat dan tetap selalu mengawalnya. (M.Ramdhoni)