Parka, Mulai Mewabah Dan Digandrungi Kalangan Buruh

Jakarta, KPonline – Parka, sebuah jenis jaket tebal yang biasa digunakan di cuaca dingin dengan panjang selutut atau hampir selutut dilengkapi dengan tutup kepala (hoodie), sering dilapisi dengan bulu atau bulu palsu. Awalnya Parka dibuat dari kulit karibu (sejenis rusa). Mulanya dikenakan untuk berburu dan kayak di Kutub Utara yang dingin dan memerlukan lapisan yang hangat. Dahulu, untuk mempertahankan ketahanan air pada parka, jaket ini dilumuri minyak ikan.

Parka di desain untuk suhu di bawah -60 ° F (-50 ° C ~) dan awalnya juga dibuat dengan material sutra nilon dan ditambah dengan jenis bahan wol. Pada awal 1950 digunakan untuk penggunaan militer, terutama untuk awak penerbangan yang ditempatkan di daerah-daerah yang sangat dingin.

Bacaan Lainnya

Kemudian beberapa tahun-tahun selanjutnya, tepatnya tahun 1970-an material yang digunakan sedikit berubah menjadi poliester yang bisa membuat jaket tersebut lebih ringan dan hangat, bukan hanya itu bahan kulit terluar juga berubah menjadi nilon campuran.

Pada saat itu banyak tentara Amerika yang menggunakan jaket tersebut untuk keperluan perang di daerah yang sangat dingin. Jaket ini terbilang jaket yang paling murah pada saat itu. Dirancang untuk keadaan cuaca yang sangat ekstrim dan menguntungkan para tentara pada saat cuaca dingin karena kehangatannya.

Pada akhir tahun 1970 sampai pertengahan 1980-an di Inggris, jaket parka mencapai masa jayanya. Karena jaket ini terbilang murah, parka banyak digunakan oleh anak sekolah di Inggris, bahkan hampir tiap anak murid memiliki satu jaket parka.

Parka mulai kembali populer di akhir 1990-an dan awal 2000-an setelah banyak selebritis menggunakan jaket tersebut. Sekitar tahun 2004, parka menjadi fashion jaket yang sangat populer di scene indie dan mulai kembali marak dipakai oleh para remaja.

Desain yang kadang memanjang hingga lutut membuat jaket ini agak rumit digunakan. Namun disitulah kesan menariknya dari jaket parka ini.

Lalu, belakangan ini parka mulai mewabah di kalangan buruh. Di desain ulang menyesuaikan kebutuhan sehari hari buruh dengan mobilitas tinggi, baik aksi lapangan maupun dalam ruangan. Empat kantong saku besar di bagian depan dirasa cukup untuk membawa perlengkapan aksi. Parka model ini tidak menggunakan bahan yang tebal, tapi tetap stylish.

Bahkan, di sebuah Pengurus Unit Kerja (PUK) di Jakarta parka di rancang khusus untuk almamater jaket serikat pekerjanya. Dengan warna merah marun sebagai ciri khas, menempatkan logo logo kebanggaan mereka di bagian dada depan. Logo FSPMI di dada kiri, logo SPAMK di dada kanan. Ditambah logo KSPI dan bendera merah putih di bagian lengan kanan kiri. Serta tulisan FSPMI besar dibagian punggung menambah gagah siapa saja buruh yang mengenakan parka ini.

Perlunya sebuah inovasi dalam fashion di kalangan buruh, saat ini menjadi sebuah tantangan tersendiri. Karena semangat berorganisasi bisa makin tumbuh dan berkembang dari hal hal kecil seperti ini. Selain itu buruh juga harus menjadikan dirinya sebagai kelas terhormat, kelas yang layak menggunakan desain tingkat dunia.

Pos terkait