“Papah Sayang ya Dipertahanankan, Papah Nggak Sayang ya Dibuang”

cerita cinta

Semarang, KPonline – Saya menulis artikel ini nggak jauh-jauh dari kisah saya sendiri. Kisah ini terjadi kepada saya pada saat akan akan pengumuman perpanjangan kontrak kerja yang kedua.

Pada saat itu, saya merasa diintimidasi oleh atasan saya sendiri. Mereka tahu jika saya aktif di serikat pekerja.

Bacaan Lainnya

Bertepatan pada tanggal 28, saya lupa bulannya, seingat saya pada saat itu sedang gajian, diperbantuankan di carline lain. Berhubung saya ketika bel pulang kerja tidak ikut breafing di line, slip gaji saya diberikan keesokan harinya.

Tetapi slip gaji tersebut tidak diberikan langsung kepada saya. Melainkan diberikan kepada teman saya. Ketika atasan saya memberikan slip gaji ke teman saya, saya berada di samping teman saya.

Mengapa tidak diberikan ke saya secara langsung? Atau kalau tidak, bicara sepatah kata kek ke saya, misalnya seperti ini. “Ini lho slip gaji kamu.”

Tetapi atasan saya hanya diam seribu bahasa dan menyodorkan slip gaji itu ke teman saya. Itu awal saya merasa di bedakan dari yang lain.

* * *

Kisah selanjutnya, saya dipindah job. Dari job yang bisa muter-muter ngajakin ngobrol teman-teman di sana sini, sekarang berpindah job yang hanya menghadapi satu mesin.

“Sekarang kamu dipindah job kok jadi pendiam,” tanya seseorang kepada saya.

Terus saya menjawab. “Iya mas, gara-gara kemarin saya terciduk atasan saya.”

Pada saat saya ngobrol, ternyata atasan saya berada di depan mesin cutting. Saya menunjukkan wajah paling jelek. Kerja tidak usah cari muka, merawat muka satu aja biaya yang keluar tidak sedikit, apalagi punya muka banyak.

Bel pulang saya di minta OT atau over time. Tetapi saya tidak OT di pekerjaan yang hanya menghadapi satu mesin. Tetapi dipekerjakan di pekerjaan yang muter-muter. Pada saat bel masuk OT, baru home posision atasan saya langsung menghampiri saya dan berkata

“Trolly-mu mana?” Nadanya meninggi.

Saya jawab, “Itu.”

Dia justru membentak saya. “Ambil!” Ketusnya.

Suaranya lantang. Saya berfikir, apa salah saya. Mengapa dia memperlakukan ini kepada gadis imut yang polos ini?

* * *

Kisah selanjutnya terjadi pada saat saya masuk sift pagi, saya ijin ke toliet dan sekembalinya dari toilet langsung dihampirin atasan saya dan supervisior.

“Lepas sarung tanganmu,” katanya.

Saya tidak menjawab dan langsung membuka sarung tangan, dan atasan saya kembali bicara.

“Lihat kukumu.”

Lagi-lagi saya tidak menjawab, hanya mendengar instruksi dari dia saja. Dilihatlah kuku saya yang panjang.

“Besok dipotong,” katanya.

Saya hanya menjawab pertanyaan dengan singkat padat dan jelas: “Ya.”

Atasan saya bertanya lagi. “NIK sama nama panjang kamu siapa?”

Saya kasihkan saja ID Card-ku. Dia menuliskan di selembar kertas.

Begitulah, saya merasakan diperlakukan berbeda. Saya dinilai bukan dari kinerja. Ibarat kata, jika papah sayang dipertahankan, jika tidak ya dibuang. Papah adalah sebutan karyawan untuk atasan di perusahaan ini…

Pos terkait