Mulyana: Kekuatan Massa Aksi Ada di Anggota

Bogor,KPonline, – “Perjuangan kaum buruh di Indonesia, khususnya di FSPMI semakin hari semakin menurun. Tidak seperti sebelum masa-masa pada 2012 hingga 2014. Militansinya mulai menurun, bahkan menurun drastis pasca aksi 30 Oktober 2015. Mau bagaimana?” ujar Mulyana pada saat sesi materi Perjuangan FSPMI pada Refreshing Course PC SPL-FSPMI Bogor.

Mulyana pun menyinggung mengenai instruksi organisasi dari DPP FSPMI, yang dimana pengerahan massa aksi mulai tidak maksimal beberapa tahun belakangan ini. “Instruksi organisasi jelas, agar supaya pengerahan massa aksi selalu maksimal dalam setiap aksi. Tapi kenapa beberapa tahun kebelakang semakin sedikit yang hadir. Tidak hanya aksi di daerah, aksi ditingkat nasional pun mulai menurun” lanjutnya.

“Hindari juga kata-kata PUK “senior” dan PUK “junior” dalam serikat pekerja, karena akan memunculkan jurang pemisah. Karena tidak boleh ada bahasa senioritas dalam pergerakan kaum buruh, khususnya di FSPMI. Begitu juga di Garda Metal, tidak ada Garda Metal senior atau Garda Metal junior. Yang ada Garda Metal Latsar berapa, dan Latsar-nya dimana. Itu saja” ungkap Mulyana yang juga merupakan Ketua Divisi Aksi Garda Metal Bogor.

Pada sesi materi Perjuangan FSPMI, juga diputarkan video dokumenter tentang perjuangan buruh-buruh FSPMI dari masa ke masa, khususnya dokumentasi periode 2011 hingga 2015. Agenda kegiatan organisasi ini digelar 26-27 Oktober 2019, dan diikuti oleh seluruh Pengurus PUK SPL-FSPMI Bogor.

“PUK berikut Pengurus PUK SPA sangat berperan penting dalam memberikan instruksi organisasi, mengarahkan dan juga mengerahkan kekuatan anggotanya. Peran anggota-anggota PUK juga tidak boleh dikesampingkan, karena kekuatan massa aksi itu sebenarnya ada di anggota” tegas Mulyana. (RDW)