Mitos Candi Prambanan Itu Nyata Kalau Percaya

Candi Prambanan merupakan warisan budaya dan telah diakui UNESCO sebagai salah satu keajaiban dunia. Meski kemegahannya ini telah diakui, Candi Prambanan menyimpan misteri serta mitos.

Keberadaan Candi Prambanan yang berlokasi di kawasan perbatasan sering membikin warga bingung. Ternyata, Candi Prambanan berlokasi di Dusun Karangasem, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Jogjakarta. Sedangkan pelataran/halaman parkir di kompleks Candi Prambanan masuk wilayah Klaten, Jawa Tengah

Ada beberapa mitos terkait dengan candi Prambanan tersebut, ada yang meyakini ada yang tidak. Mitos pertama dari Candi Prambanan adalah proses pembangunannya, konon katanya Prambanan hanya dibangun 1 malam saja oleh salah seorang pangeran dari kerajaan Pengging yaitu Bandung Bondowoso. Ia terkenal dengan ilmu gaibnya, dan diperkirakan bahwa Prambanan adalah hasil dari ilmu tersebut.

Mitos kedua keberadaan cahaya yang sering muncul di sekitaran Arca Dewi Durga yang berlokasi di salah satu ruangan Candi Utama dan Candi Siwa. Katanya cahaya yang sering muncul dari Arca Dewi Durga ini dapat memutus status lajang seseorang, oleh karena itu biasanya para anak muda yang tidak memiliki pasangan berebut mencari cahaya tersebut.

Sementara mitos ke tiga Konon katanya siapapun pasangan kekasih yang memasuki Candi Prambanan maka mereka akan putus dalam beberapa hari ke depan. Mitos ini berawal dari kisah cinta Bandung Bondowoso dan Roro Jongrang yang kandas karena memang keduanya memiliki banyak perbedaan terutama Roro Jongrang yang enggan menerima cinta sang pangeran.

Terkait mitos ke tiga pernah dibuktikan, hal ini aku sendiri yang membuktikan. Begini awal ceritanya aku menjalani kisah cinta dengan seorang gadis sebut saja Ningsih, gadis manis asli Klaten Jawa Tengah sekitar tahun 2004 silam. Cinta asmara yang kami jalin dengan komitmen dan sepasang restu dari kedua orang tua untuk menuju kejenjang yang lebih serius yaitu membangun mahligai rumah tangga/menikah

Waktu itu kami berdua pergi ke rumah teman di daerah Sragen menghadiri pernikahan, sepulang dari Sragen kami berdua menuju ke Candi Prambanan, sehubungan waktu itu sudah jam lima sore sehingga komplek candi Prambanan sudah tutup untuk di kunjungi

Maka aku memutuskan untuk menginap dirumah Ningsih agar besok pagi bisa kembali berkunjung ke Candi Prambanan. Aku beranikan diri minta ijin ke orang tua Ningsih untuk menginap, singkat cerita aku di ijinkan menginap oleh orang tuanya

Pagi hari usai sarapan pagi kami berdua pamitan untuk ke candi Prambanan. Pada saat pamitan orang tua Ningsih sempat melarang agar kami tidak pergi ke candi Prambanan. “Mas tidak usah ke Candi Prambanan cuma lihat batu saja,” katanya

Lebih lanjut beliau juga mengatakan bapak saja se tua ini belum pernah ke Prambanan. Namun kami terutama aku tetap bersikeras ke Prambanan. Kami pun berangkat dengan berboncengan sepede motor, dalam perjalanan Ningsih juga berharap kami tidak ke Prambanan, “Mas ke Candi Boko saja yuk yang dekat,” Ajak Ningsih

Namun aku tetap nekad bersikeras ke Prambanan Karena memang aku belum pernah, sesampainya di loket masuk, aku beli tiket masuk candi Prambanan aku beli tiket untuk dua orang, waktu itu tiket masuk seharga Rp.25.000/orang.

Aku dan Ningsih masuk ke kompleks candi Prambanan tapi terlihat Ningsih malas, aku yang bersemangat berjalan lebih dulu meninggalkan Ningsih dibelakang

Dari sikap malas Ningsih, aku mulai merasa ada keanehan, akhirnya aku berpikir dalam hati apa benar mitos terkait candi Prambanan bila pasangan kekasih yang masih pacaran bakal putus, hal itu terlintas dalam benakku.

Akhirnya aku ingat beberapa hal diantaranya Keanehan pertama yang aku rasakan adalah orang tua (bapak) Ningsih melarang kami ke Prambanan, kedua dalam perjalanan Ningsih mengajak ke candi Boko saja dan yang ketiga Ningsih terlihat malas saat masuk kompleks Prambanan bahkan kami terkesan tak berdua karena aku jauh di depan meninggalkannya.

Singkat cerita kami foto-foto, ngobrol sana sini dan akhirnya kami makan di sebuah warung di depan kompleks Prambanan, Ningsih pun terlihat tidak ceria seperti biasa. Kamipun akhirnya kembali ke Klaten rumah orang tua Ningsih.

Sorenya aku melanjutkan perjalanan kembali ke Cikarang sedangkan Ningsih masih di Klaten menghabiskan libur lebaran. Sepekan paska dari Prambanan Ningsih SMS bahwa ia sudah di Cikarang dan memintaku ke kontrakan nya. Sore pulang kerja aku ke kontrakan Ningsih seperti biasa Ningsih sudah menyiapkan secangkir kopi untuk ku.

Akhirnya Ningsih beranikan diri ngomong ke aku untuk minta putus karena ia dijodohkan oleh orangtuanya. Dan anehnya aku pun biasa saja tak ada rasa sedih.

Ningsih pun hanya menangis dan mengharapkan kami tetap menjadi sahabat bahkan saudara. Yang anehnya aku juga tak marah atau pun benci, akhirnya aku simpulkan apakah ini akibat dari mitos candi Prambanan…! Alhamdulilla kami hingga saat ini masih bersahabat dengan baik.

Bekasi, 12/2/2023
Yanto