Mengenal Ghireza Yoga Riflisya: Si Pebalap Liar, Ketua Serikat, Hingga Calon Anggota Legislatif

Bogor, KPonline – Jalan hidup manusia kadang-kadang lurus-lurus saja, tapi juga kadang-kadang bisa berliku-liku penuh cobaan, diselingi drama romantika. Bahkan kadang-kadang isak tangis tanpa derai air mata.

Takdir hidup memang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Tapi mengisi alur hidup dengan hal-hal yang positif, hingga nasib yang terpuruk pun bisa berubah 180 derajat.

Bacaan Lainnya

Semenjak di bangku SMP kelas 1 hingga lulus di salah satu SMP di Karawang, hidup seorang diri sudah dijalani Ghireza Yoga Riflisya. Laki-laki kelahiran Malang 5 Juli 1988 ini pun dengan ‘bebas” mengekspresikan dirinya.

Menjadi bagian ‘gerombolan anak punk” jalanan di Karawang, hingga pada akhirnya ia jatuh cinta pada dunia otomotif atas dorongan kawan-kawannya. Menjadi joki balap liar lebih tepatnya.

Dunia malam dan dunia balap liar yang akhirnya menghidupi dirinya, memenuhi segala impian yang belum tercapai. Kesupelan, kedekatan dengan kawan-kawan sesama pegiat balap liar, menyebabkan rumah yang ditinggalinya seorang diri, menjadi markas buat tim balap liarnya.

“Pernah juga golok melayang. Jam 2 pagi kami setting mesin buat balap besoknya,” sambil tertawa lebar Ghireza Yoga mengingat masa remajanya.

Hobby di bidang otomotif yang ditekuninya masih terus terbawa hingga duduk dibangku SMA. Bahkan, semenjak bersekolah tingkat SMA di Bogor, Ghireza Yoga Riflisya merambah dunia freestyle motor.

Sebuah aksi unjuk gigi memainkan sepeda motor yang cukup mengagumkam sekaligus membahayakan.

Ghireza Yoga Riflisya bersama istri tercinta.

“Patah tulang, sendi yang geser, otot robek. Badan udah ringsek pokoknya, Bang…”, ujarnya sambil memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya yang terluka akibat aktivitas olahraga freestyle motor yang ditekuninya di masa SMA lalu.

Pecinta mobil klasik ini pun berkisah tentang kisah cintanya, saat berjumpa pertama kalinya dengan Chaerunnisa. Wanita kelahiran Bogor 8 Agustus 1989 inilah yang pada akhirnya menjadi pendamping hidup Ghireza Yoga Riflisya.

Saat berbincang-bincang dengan awak Media Perdjoeangan Bogor dan Tim Pemenangan Ghireza Yoga Riflisya, ibu dari 2 anak perempuan ini pun tidak sungkan-sungkan mencurahkan isi hatinya.

“Menjadi istri seorang Ketua Serikat, terlebih-lebih FSPMI, seringkali membuat saya khawatir. Sering banget ditinggal pergi, kegiatan inilah, kegiatan itulah” kenang Chaerunnisa sambil menawarkan minuman dingin, cemilan dan kue-kue.

Resiko menjadi pendamping hidup bagi seorang aktivis buruh, janganlah dipandang sebelah mata. Ada pengorbanan yang tak terlihat, dan memang tak kasat mata.

Akan tetapi, pengorbanan seorang istri dan anak-anak dari aktivis buruh, perlu kita hormati dan junjung tinggi.

Bagaimana sikap Chaerunnisa sebagai seorang istri dari aktivis buruh sekaligus calon anggota legislatif?

“Asalkan baik buat semua orang. Asalkan bermanfaat buat orang banyak. Saya ikhlas.”

Jawaban Chaerunnisa cukup dalam untuk dimaknai secara personal. Bagaimana rasanya seorang istri dan 2 orang anak perempuan, sering ditinggal pergi untuk menunaikan tugas organisasi.

Apa saja yang mereka rasakan selama ini, hingga harus berjiwa besar merelakan pasangan hidupnya, menghabiskan lebih banyak waktu bersama orang lain dibandingkan bersama keluarga.

“Peran orang tua ternyata besar bagi pribadi. Terlebih-lebih peran Ayah, yang ternyata memperhatikan dan sangat mendukung, meskipun saya tidak mengetahuinya. Saya pun tidak menyangka, kalau nasib bisa berubah drastis dalam sekejap,” ungkap Ghireza Yoga yang juga Ketua PUK SPAMK-FSPMI PT. Astra Komponen Indonesia kepada awak Media Perdjoeangan Bogor.

Siapa yang menyangka, pebalap liar itu menjadi calon anggota legislatif? Takdir Tuhan memang sudah digariskan, akan tetapi, nasib kita yang tentukan.

Pos terkait