“Mengapa Kamu Tak Seperti Dulu Lagi, Jo…”

Bekasi, KPonline – Dering alarm handphone-ku berbunyi sangat keras. Tak lama kemudian disusul dengan bunyi dering telpon dari handphone temanku berkali-kali. Kubiarkan saja. Aku sudah hapal, itu pasti telpon dari Mei. Perempuan berparas ayu yang kukenal 2 bulan lalu di pasar malam bersama temanku, Paijo.

Lagi-lagi gue kalah saing,” gerutuku dalam hati.

Suara dering handphone Paijo makin terus menerus berbunyi. Namun Paijo tak kunjung bangun. Buset, ini orang tidur apa mati? Aku membatin. Lalu aku bangunkan Paijo.

“Jo. Ada telpon, tuh…”

Dengan nada lesu, Paijo mengangkat telpon Mei. Tak lama, Paijo menutup telpon dan bergegas mandi. Kemudian ngibrit menuju kontrakan Mei yang memang tak jauh dari kontrakan kami.

Semenjak pacaran, Paijo dan Mei selalu berangkat kerja bersama-sama. Kebetulan tempat kerja mereka tetanggaan. Satu kawasan.

Paijo adalah sahabat baiku. Dia teman satu kontrakan denganku. Kami bekerja dalam satu perusahaan, sering jalan bareng. Bahkan ketika mendirikan serikat pekerja yang penuh tantangan, kami selalu bersama. Saat konsolidasi. Saat aksi.

Berkat perjuangan serikat, akhirnya kami diangkat menjadi karyawan tetap.

Aku masih mengingat dengan baik. Saat itu tahun 2012. Perjuangan serikat sedang sangat masif. Saat itu, Paijo termasuk orang yang selalu bersemangat dalam berorganisasi. Militansi Paijo tidak diragukan lagi.

Setelah 2 tahun diangkat menjadi karyawan tetap, aku pun menikah. Selang berapa bulan kemudian, Paijo menyusul. Dia menikahi Mei, pascarnya itu.

Aku ingat, dulu hubungan Paijo dan Mei nyaris kandas. Karena ayah Mei tak setuju jika Mei berpacaran dengan Paijo. Alasannya, Paijo masih karyawan kontrak. Orang tua mana yang rela menyerahkan anaknya kepada orang yang tidak memiliki kepastian kerja?

Setelah Paijo diangkat, barulah ia mendapatkan restu.

Seiring waktu berjalan, kami berdua sudah tinggal di perumahan. Walaupun hanya rumah KPR BTN, tetapi kami bangga. Karena bisa memiliki rumah cicilah dengan modal SK Pengangkatan Karyawan Tetap.

Sejak dulu, sebenarnya kami ingin sekali ambil rumah bersebelahan. Namun karena satu dan lain hal, kami tidak bisa bertetanggaan. Paijo tinggal di blok sebelah. Namun demikian kami masih bersyukur, tempat tinggal kami tidak berjauhan. Saya yakin, sebagai sahabat, kami akan bertambah dekat.

Seiring waktu berjalan keadaan ekonomi kita semakin membaik. Tak dapat dipungkiri, faktor perjuangan serikatlah yang mengkatrol kesejahteraan kami. Sehingga penghasulan kami bisa menjadi lebih besar dari waktu ke waktu.

Namun demikian, belakangan ini Paijo sudah tak seperti dulu. Dia selalu sibuk dengan dirinya sendiri. Hobi burung yang memang dari dulu digandrunginya, kini membuat si Paijo semakin menggila dengan burungnya. Seolah tak ada waktu lagi untuk organisasi.

Setiap aku ajak kegiatan serikat, beribu alasan selalu dia ungkapkan. Sampai pada suatu saat ada konsolidasi akbar tahunan yang dulu dia sangat getol menjadi penggerak, menjadi tukang oprak-oprak teman-teman untuk hadir, sekarang dia pun tak hadir. Dengan alasan klasik, ada urusan keluarga.

Sepulang dari kegiatan itu, terlihat dia keluar dari lapangan kontes burung sambil menggendong kandang burung. Aku sangat kesal waktu itu, karena dia berbohong dan ini bukan sekali dua kali dia berbohong.

Pernah juga di sela istirahat kerja aku mendengar dia sedang bercerita dengan kawannya yang sama sama hobi burung sambil memeperlihatkan video burungnya yang gacor terus sambil berkata, ikut serikat itu yang penting bayar cos saja udah cukup.

Hatiku hancur kala itu. Padahal sudah sering aku nasihatin Paijo.

Bagaimana kalau di pabrik kita tidak ada serikat, Jo?

Mungkin kamu tidak akan pernah bisa menikah dengan Mei, pujaan hatimu, karena kamu sudah habis kotrak. Mungkin kamu tidak bisa ambil rumah karena kamu tidak punya SK Karyawan Tetap. Mungkin kamu tidak bisa bermain burung seperti sekarang karena kamu sudah di tendang perusahaan, hingga kamu tak punya uang. Memilih menggunakan uangmu untuk modal mencari kerja baru. Mungkin kamu tidak bisa hidup mapan seperti sekarang karena masa depanmu tak jelas.

Berbuatlah adil, Jo. Serikat tak akan menghabiskan waktumu. Kamu masih bisa menjalankan kesenanganmu, tetapi dengan tidak meninggalkan serikatmu.

Nono Darsono, penulis adalah aktivis PUK SPEE FSPMI PT Standard Indonesia Industry.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *