Memaknai Isak Tangis Rachmawati Soekarnoputri

Jakarta, KPonline – Menarik untuk menyimak perkataan Rachmawati Sorkarnoputri dalam sambutan Upacara Peringatan HUT RI ke-73 di Universitas Bung Karno, Jalan Kimia, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (17/8/2018).

“Pada peringatan kemerdekaan RI ke-73 ini, saya menyebutnya sebagai tahun Vivere Pericoloso yang pernah dipidatokan oleh Bung Karno pada tanggal 17 Agustus Tahun 1945. Artinya, tahun kita menyerempet berbahaya atau a year of living dangerously,” kata Rachmawati.

Putri kedua Soekarno tersebut mengatakan, bahwa ayahnya pernah mengatakan kemerdekaan dari penjajahan kolonialisme adalah sebagai jembatan emas yang akan mengantar rakyat Indonesia. Namun, jembatan emas tersebut tidaklah cukup, sebab di ujungnya terdapat dua pilihan.

“Di seberang jembatan emas ini ada dua jalan, rakyat Indonesia harus pandai-pandai memilih, jalan pertama adalah jalan sama rasa, sama bahagia. Kedua, masyarakat yang sama ratap dan sama tangis,” tambah Rachmawati Soekarnoputri.

Karenanya, dia berharap pada Pilpres 2019 mendatang, rakyat Indonesia dipimpin oleh orang bisa membawa kesejahteraan bagi Indonesia.

“Rakyat Indonesia harus memilih pemimpin yang tahu persis apa yang disebut amanat penderitaan rakyat,” tandasnya.

Dilansir Kompas.com, Rachmawati menyoroti kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada pihak asing, terutama di bidang ekonomi.

Bahkan, ia menilai pemerintah saat ini berpaham neoliberalisme atau paham yang fokus pada konsep pasar bebas.

Rachmawati menyinggung soal utang negara yang disebut mencapai Rp 8.000 triliun, terdiri dari hutang pemerintah dan hutang BUMN.

Ia juga menyoroti nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp 14.600 per Dollar AS.

Kemudian Rachmawati mengkritik pertumbuham ekonomi yang ia anggap stagnan di angka 5 persen.

“Kemudian jumlah penduduk miskin dan pengangguran semakin bertambah. Banyak BUMN yang rugi dan menanggung beban hutang seperti BUMN di sektor perbankan karena dipaksa untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur,” katanya.

Selain itu, putri dari Presiden Soekarno itu juga menyebut upaya penegakan hukum saat ini yang cenderung tebang pilih, penjualan aset negara dan masuknya tenaga kerja asing.

Seperti diketahui belum lama ini isu masuknya jutaan tenaga kerja asing asal China menjadi polemik yang menyerang pemerintah.

“Saya mencatat apa yang dikatakan oleh Bung Karno bahwa pembangunan di seberang jembatan emas kemerdekaan ini yang utama adalah bagaimana membangun nation and character building,” tutur Rachmawati.

Mengapa pernyataan Rachmawati menjadi menarik? Karena apa yang disampaikannya real. Mewakili suara sebagian rakyat Indonesia.

Kita tidak membutuhkan basa-basi. Yang dibutuhkan adalah kejujuran, bahwa ada permasalahan yang kita hadapi. Untuk kemudian bangkit, singsingkan lengan baju untuk menyelesaikan permasalahan.