Mantan Buruh Pabrik ini Kini Hartanya Setara Rp 212 triliun

China,KPonline – Ia adalah Zhou Qunfei,dilahirkan di Xiangxiang, China, kehidupannya jauh dari kata bergelimang harta. Di rumahnya, ia ikut membantu keluarga melihara hewan ternak, seperti babi dan bebek. Zhou bekerja menjadi buruh pabrik untuk pembuatan lensa jam di kota Shenzhen. Namun, lingkungan kerjanya sangat buruk, ia bekerja sampai larut malam, bahkan pagi buta.

Ketika usianya menginjak 5 tahun, Zhou harus merelakan ibunya pergi tuk selamanya. Sementara sang ayah hanya seorang buruh pabrik. Pengalaman pahit pun menimpa keluarganya. Ayahnya mengalami kecelakan kerja dan membuat matanya buta serta kehilangan jari tangannya.

Bacaan Lainnya

Dengan keadaan yang memilukan, lantas wanita kelahiran Januari 1970 itu tidak menyerah kepada takdir. Ia rajin belajar dan jadi anak cerdas yang memiliki prestasi di sekolahnya. Tapi, dengan keadaan ekonomi keluarga yang bergejolak, ia akhirnya berhenti dari sekolah di usianya 16 tahun.

Selepas itu, Zhou berdedikasi untuk mencari pekerjaan demi membantu keluarga. Ia tinggal dengan keluarga pamannya di selatan provinsi Guangdong untuk mendapatkan pekerjaan.

Hanya sanggup bekerja selama 3 bulan, Zhou memutuskan untuk menulis surat pengunduran diri. Ia mengucapkan terima kasih dan kesan yang dialaminya selama bekerja termasuk jam kerja pabrik yang buruk. Namun, siapa sangka, surat tersebut justru memberikan ia peluang baru. Kepala pabrik memintanya menetap dan memberikan promosi untuk Zhou ke posisi manajerial.

Hasil dari ketekunan dan mengumpulkan uang selama bekerja, Zhou memulai bisnisnya sendiri di usianya 23 tahun. Berbekal ilmu di perusahaan lamanya, ia membuka usaha dalam pembuatan lensa jam. Saat itu, uangnya masih pas-pasan dan belum bisa membuka workshop pribadi sehingga usahanya itu ia mulai di apartemen kecil yang ditinggali bersama saudaranya.

Dengan keterbatasan itu, justru Zhou terus menekuni usahanya dan menemukan secercah harapan. Pada 2003, usahanya semakin berkembang saat diminta Motorola membuat layar telepon selular untuk produk mereka. Motorola menginginkan layar kaca yang menampilkan gambar lebih tajam untuk kebutuhan multimedia dan tahan terhadap goresan.

Melalui terobosan ini, perusahaan ponsel lainnya mulai melirik Zhou, seperti HTC, Nokia, dan Samsung agar perangkat yang dimilikinya bisa memiliki layar yang berkualitas. Pada 2007, Apple pun memilih Lens Technology sebagai pemasok layar ponselnya. Inilah yang mendorong perusahaan Zhou terus meroket.

Di luar kesuksesan perusahaannya, tentunya ia pernah mengalami titik terendah dalam berbisnis. Bahkan, di benaknya sempat terlintas ingin mengakhiri hidupnya ketika tak sanggup lagi merintis perusahaannya. Ia sampai menjual apartemen dan barang berharga lainnya untuk mempertahankan perusahaannya itu. Berkat dari ketabahan dan kegigihannya, ia berhasil keluar dari kesulitan ini.

Kini, perusahaan yang berkantor pusat di Changsha, China ini tercatat di Forbes memiliki 198.990 karyawan. Juga, menjadi pemasok layar ponsel untuk sederet perusahaan ternama, seperti Nokia, LG, Samsung, dan Apple. Kesuksesan perusahaannya berhasil membawa Zhou meraup kekayaan sebesar USD 15,3 miliar atau setara Rp 212 triliun (kurs Rp 13.903), menurut Bloomberg Billionaires Index.

Pos terkait