Malam Minggu

Serang, KPonline – Malam yang panjang. Demikian kata orang. Saatnya begadang. Di malam minggu itu.

Sebelum Corona menyerang, dulu, ada saatnya kami menikmati waktu. Ada live musik. Juga jajanan. Tak jauh dari rumah.

Ini adalah waktu spesial, setelah sepekan lebih disibukkan dengan kerja. Aktivitas yang selalu layak untuk kita pertanyakan, benarkah untuk kita? Jangan-jangan kita hanya dikerjai.

Tapi saya tidak sedang membahas malam Minggu. Justru, yang hendak saya bicarakan adalah hari Minggu.

Sebagian besar pekerja libur. Meski ada yang tetap masuk kerja. Mungkin lembur. Mungkin juga karena waktu kerja mereka tidak memungkin untuk libur di hari Minggu.

Di serikat, biasanya hari minggu digunakan untuk konsolidasi, rapat, atau bahkan pendidikan. Sesuatu yang sulit dilakukan di jam kerja. Terutama bagi perusahaan yang tidak memberikan dispensasi.

Hal yang wajar jika kemudian akhirnya dipilih hari libur, dengan harapan akan banyak yang bisa hadir.

Inilah tantangan yang harus dihadapi. Saat libur, masih harus mendatangi kegiatan serikat, tentu dibutuhkan niat yang kuat.

Jika kita tak bersedia berkorban untuk meluangkan mengikuti kegiatan serikat di waktu libur, bagaimana mungkin memiliki kesediaan untuk berkoban yang lebih besar?

Soal ini bahkan menjadi perdebatan panjang. Ada yang perpendapat, serikat jangan lebih kejam dari kapitalis. Merampas waktu istirahat untuk aktivitas organisasi. Bahwa aktivitas sosial jangan membawa sial.

Tapi ada juga yang berpendapat tak mengapa. Yoh semua ini demi kepentingan umat. Tidak apa-apa mengorbankan kepentingan pribadi, demi sesuatu yang lebih luas lagi.

Kalau Anda, berdiri di pendapat yang mana?