Longmarch Buruh Surabaya – Jakarta, Menguji Demokrasi

Longmarch Buruh Surabaya – Jakarta, Menguji Demokrasi

Mojokerto, KPonline – FSPMI dan Garda Metal kembali menjadi barisan terdepan perjuangan kaum buruh dalam sejarah pergerakan dan peta politik di Indonesia.

Kaum buruh dibawah FSPMI dan KSPI kembali mematahkan mitos bahwa buruh sekedar jongos, golongan rendahan, tidak terdidik dan riskan memasuki kemewahan perpolitikan.

FSPMI dan KSPI dengan tegas dan mantap, terang benderang tanpa ditutup-tutupi memutuskan pilihan politik pada salah satu calon pemimpin bangsa, Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno.

Keputusan yang menuai pro kontra, cibiran, nyinyiran bahkan hujatan dan tudingan tendensi kepentingan elit organisasi. Tak pelak, semua itu datang bertubi-tubi dan terus menghujami.

Gerakan serikat pekerja pun mengalami kegaduhan dan kemunduran kepercayaan, tidak hanya di internal organisasi tapi meluas pada organisasi-organisasi serupa.

Ada sebagian golongan yang meramalkan, organisasi serikat pekerja akan kehilangan fungsi dan eksistensinya dipanggung pergerakan sosial Indonesia.

Keputusan FSPMI dan KSPI yang terjun dalam politik, menjadikan polemik yang memanjang hingga nun jauh yaitu di gedung PBB Jenewa.

Dalam sidang ILO di PBB, semua mata tertuju pada Said Iqbal, Governing Body ILO, presiden FSPMI dan KSPI. Semua seakan menggugat netralitasnya selaku Governing Body dan meminta penjelasan sedetail-detailnya, soal serikat pekerja/serikat buruh Indonesia yang mengambil keputusan masuk ke ranah politik, sesuatu yang beresiko, tendensius bahkan tabu.

Seminar Kebangsaan Dan Konsolidasi Organisasi FSPMI Bekasi

Dihadapan ratusan perwakilan pengurus organisasi pekerja dari berbagai negara. Iqbal dengan tegas mengatakan dan meyakinkan bahwa keputusan FSPMI KSPI tidak terlepas dari sistem ketatanegaraan dan perundang-undangan di Indonesia.

Tanpa masuk ke sistem dan terlibat aktif didalam kebijakan politik, padahal sekecil apapun kebijakan diambil dari peran politik maka gerakan buruh tidak akan pernah berkembang dan mewujudkan cita-citanya. Menurutnya, tidak etis dan tidaklah adil, perwakilan negara-negara begitu saja menghakimi tanpa melihat kondisi dan situasinya.

Tidak ada yang bisa menjamin, bahwa pemerintah di negara manapun akan berpihak kepada kaum buruh. Tanpa usaha sendiri maka kaum buruh akan selalu terpinggirkan, dianggap klas rendahan. Penjelasannya membuat semua tercerahkan, amanah menjadi Governing Body ILO pun tetap di sandangnya dengan terhormat.

Tak hanya di dunia internasional, dalam negeri sendiri pun FSPMI KSPI seakan menjadi momok bagi pemerintahan. Kawan-kawan seiring sejalan, kadang malah menggunting dalam lipatan.

Setelah sempat sebelumnya kaum buruh dengan MPBI menjadi kekuatan yang menjanjikan, kini semua itu tinggal kenangan. Diskriminasi dan kriminalisasi serikat pekerja terus membayangi kehidupan kaum buruh Indonesia.

Namun tak sedikitpun FSPMI KSPI gentar dan diam tiarap dalam ketidak berdayaan. Bagi mereka, sekali layar terkembang pantang surut kebelakang. Sepak terjang mereka terus menghiasi panggung pergerakan Indonesia.

Dalam sebuah kesempatan saat rapat pemimpin nasional, Iqbal dan kader terbaik FSPMI dengan jelas menganalogikan. FSPMI tumbuh dalam terpaan badai, sudah biasa dalam pergerakan datangnya hinaan, tudingan, cacian, pengkhianatan bahkan penggembosan. Semua itu malah menjadikan FSPMI kuat, militan dan kian teguh memegang prinsip.

Ada Asa Dalam Setiap Langkah

Dengan kesungguhan, keyakinan dan keikhlasan gerakan, waktu yang akan membuka kebenarannya. Gen perlawanan, militansi dan orisinalitas ide gagasan, pasti akan terus mengalir menjadi bukti tujuan perjuangan FSPMI KSPI.

Tidak jauh seperti saat ini, ditengah hebatnya pertentangan dan pertikaian anak negeri dalam menyambut pesta demokrasi. Lagi-lagi FSPMI KSPI, melakukan gerakan yang membuat seluruh mata masyarakat terbelalak atau detak jantung khalayak umum berdetak cepat.

Dalam rangka mendukung pemenangan pasangan calon capres cawapres yang dipilihnya, yaitu Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno serta dalam upaya mensosialisasikan kontrak politik hasil aspirasi buruh dan masyarakat, antara organisasi pekerja dengan calon pemimpin bangsa yang apabila nantinya terpilih, FSPMI KSPI memutuskan melakukan jalan kaki (longmarch) dari Surabaya ke Jakarta.

Dapat diduga, ditengah suhu politik yang terus memanas, kegiatan itu akan menjadi konsumsi politik dan bahan pergunjingan publik, baik di media massa, media sosial bahkan emak-emak di tukang sayur.

Longmarch direncanakan mengambil rute jalur tengah, yaitu Surabaya — Sidoarjo — Mojokerto — Jombang — Nganjuk – Madiun — Ngawi — Sragen — Semarang — Kendal — Batang — Pekalongan — Pemalang — Tegal — Brebes — Cirebon — Indramayu — Subang — Kerawang — Bekasi — Jakarta, yang notabene adalah kawasan padat penduduk dan jalur nasional paling ramai.

Sepanjang rute, peserta longmarch juga akan membagikan leaflet berisi point kontrak politik dan dukungannya pada pasangan Prabowo – Sandi. Mereka melakukan semua itu door to door dan face to face langsung dengan masyarakat.

Mungkin hanya militansi dan konsistensi kaum buruhlah yang sanggup menjalankan hal itu. Mengabarkan dukungan dan mensosialisasikan gerakan dengan jalan kaki. Sedikitnya dibutuhkan waktu tempuh selama 20 hari dengan total jarak lebih dari 800 kilometer.

Kerawanan dan resiko akan terus membayangi selama perjalanan. Intimidasi, kriminalisasi bahkan persekusi, gesekan masyarakat, penolakan hebat, tindakan sepihak maupun kecelakaan bisa saja terjadi kapanpun dan di manapun.

Garda metal sayap organisasi FSPMI, yang mengemban tugas pelaksanaan longmarch kembali akan menjadi martir dan motor pergerakan.

Pesta demokrasi sebuah perayaan kegembiraan dan pembelajaran politik, sudah melenceng dari arah dan tujuan. FSPMI KSPI dengan longmarch nya, akan menguji demokrasi, bagaimana perbedaan pilihan itu tidak menjadi jurang pertentangan, pertikaian. Bagaimana kebebasan menyuarakan pendapat itu dihargai, bagaimana netralitas pengayom masyarakat diimplementasi serta bagaimana gerakan buruh tidak dalam bayangan intimidasi.

Perjalanan longmarch Surabaya Jakarta akan menjadi bukti dan saksi, bagaimana sebuah prinsip dipegang, bagaimana kedewasaan politik ditunjukkan dan bagaimana konsistensi gerakan dikendalikan sesuai tujuan.

20 hari kedepan kita akan menyaksikan, sebuah fragmen politik yang dilakukan oleh kaum buruh. Orisinalitas gerakan dan militansi perjuangan untuk mewujudkan impian, tanpa harus menjatuhkan lawan.

Jika ada penolakan, penghadangan maupun pengekangan, FSPMI KSPI mempersilahkan masyarakat, partai atau golongan, untuk melakukan kegiatan serupa. Tidak hanya dari Surabaya Jakarta, kalau perlu dari ujung timur ke ujung barat Indonesia.

Sepultura adalah sebagian cita-cita buruh dan masyarakat, cermin kondisi dan masalah bangsa. Disana ada tujuan luhur dan perjuangan mulia demi kesejahteraan anak bangsa. Karena bagi FSPMI KSPI, siapapun pemimpin yang tidak bisa bersikap adil dan memberikan kesejahteraan masyarakat, satu kata yang mereka suarakan, lawan!!.

Mojokerto, 26 Maret 2019
Mas Ip