Laba PLN 6,6 Triliun, Kesejahteraan Pekerja OS dan Rakyat Berkurang

Bekasi, KPonline – Di sisi pekerja, PLN selalu bermasalah dengan pekerjanya. Pekerja organik PLN sampai saat ini belum bisa membuat PKB (Perjanjian Kerja Bersama) yang baru. Sementara pekerja Outsourcing (OS)/Alih Daya merasa upahnya dikurangi dengan adanya PerDir 219.

Sebagaimana dilansir Kompas.com – PT PLN (Persero) membukukan laba bersih sebesar Rp 6,6 triliun pada semester I-2021. Realisasi ini tumbuh pesat dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 273 miliar.

Dengan pertumbuhan laba yang berlipat-lipat tersebut tentunya tidak bisa lepas dari peranan pekerja OS PLN sebagai garda terdepan PLN. Jika dikaitkan dengan PerDir 219 seakan menjelaskan bahwa keuntungan PLN bisa tumbuh salah satunya dengan mengurangi kesejahteraan pekerja OS PLN.

Dalam kenyataannya pekerja OS PLN selalu mengalami pemotongan upah oleh perusahaan vendor alih dayanya. Menurut pekerja, pemotongan upah ini dilakukan karena vendor kena penalti tidak mencapai SLA (Service Level Agreement).

Hal yang tidak masuk akal karena SLA adalah kesepakatan antara PLN dengan vendor tapi justru pekerja yang menanggungnya.

“Hampir tiap bulan upah kami kena potong. Mau bagaimana lagi? Kalau melawan kami disuruh cari kerja lain,” ujar IB yang bertugas di PLN Bekasi ini.

Selain itu, jika kedapatan pelanggan memberi rating bintang 1 pada aplikasi PLN Mobile, maka upah mereka terancam dipotong juga.

Lain halnya yang dialami oleh petugas penagihan dan pencatat meter listrik PLN. Mereka dibebani untuk menalangi atau membayar tagihan pelanggan. Tidak jarang mereka harus kehilangan uang jutaan rupiah uang tidak kembali.

Bahkan baru-baru ini di Solo Jawa Tengah, pekerja yang kini disebut Biller ini diharuskan menyetorkan uang sebesar 5 juta rupiah untuk dana menalangi tagihan listrik masyarakat.

Sementara di sisi pelanggan, masyarakat merasa PLN kini tidak memberi toleransi dengan memgancam melakukan pemutusan listrik walaupun telat membayar 1 bulan saja.

Padahal harga listrik kini semakin terasa mahal karena kesulitan ekonomi masyarakat saat pandemi Covid19 dengan pendapat yang jadi berkurang.

Penulis: Chandra
Foto: Usman