KSPI Tidak Membabi Buta Menolak Jokowi , Tidak Begitu Saja Mendukung Prabowo

Jakarta, KPonline – Jika kita mau menelisik sepak terjang KSPI di kancah politik, terlebih dahulu mari menelanjangi diri dari syahwat dukung mendukung Capres. Berfikir logis sebagai warga negara yang ingin merasakan hidup sejahtera di negara kaya raya yang meski sudah dikorupsi bertrilyun-trilyun rupiah tapi tetap kokoh berdiri ini.

Jadi jika membaca tulisan ini baiknya hilangkan sikap saling hujat. Mari baca dengan hati. Sebab hingga detik ini KSPI menjadi salah satu organisasi yang istiqomah pada cita-cita kesejahteraan rakyat dan welfare state.

Jika saat ini KSPI mendukung Prabowo, di tahun 2012 KSPI juga pernah mendukung Jokowi. Maka sebenarnya mari memahami apa latar belakang atau visi misi KSPI saat masuk ke ranah politik.

Dalam membuat keputusan politik KSPI selalu mengedepankan kepentingan buruh dan rakyat pada umumnya. Organisasi ini mulai menyadari bahwa melalui besarnya suara buruh yang bisa dimanfaatkan oleh politikus untuk mendulang suara. Seharusnya kaum buruh punya nilai tawar yang besar dalam ikut menentukan kebijakan publik.

KSPI tidak ingin jika buruh hanya dijadikan alat untuk mendapatkan kursi kekuasaan saja.

Maka jika kita mau meletakkan ego kita demi kepentingan rakyat maka akan mudah mencerna tulisan ini.

Di era PilGub DKI Jakarta pada 2012 lalu, hubungan baik antara Presiden KSPI Said Iqbal dan Presiden KSPSI Andi Gani serta beberapa elemen organisasi lain ternyata membuat Jokowi bisa masuk dan berdialog dengan buruh. Singkat kata, KSPI memutuskan untuk mendukung pencalonan Jokowi untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Tentunya dengan memasukkan tuntutan buruh jika saja terpilih jadi Gubernur.

Di tahun pertama menjabat Gubernur DKI Jakarta, Jokowi bisa diajak berkomunikasi oleh buruh. Namun di tahun kedua, KSPI menilai Jokowi sudah mulai meninggalkan buruh dan sulit untuk di ajak berdialog hingga akhirnya membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan aspirasi KSPI.

Akhirnya hal tersebut membuat KSPI berfikir bahwa Jokowi sudah mulai lupa pada janjinya.

Pada masa pilpres 2014 KSPI membuat langkah besar dengan mengadakan sebuah seminar guna membahas Sepultura (sepuluh tuntutan rakyat) yang isinya adalah:

1. Menaikkan upah layak menjadi 84 item kebutuhan hidup layak
2. Menghapus penangguhan upah minimum
3. Menjalankan jaminan pensiun wajib untuk pekerja/buruh tahunan
4. Jaminan kesehatan untuk semua buruh dan rakyat kecil
5. Menghapus outsourcing, termasuk di BUMN
6. Mengesahkan RUU PRT dan Perawat serta merevisi UU Perlindungan TKI
7. Mencabut UU Ormas
8. Mengangkat guru dan tenaga honorer menjadi PNS dan memberikan subsidi bagi guru dan tenaga honorer Rp 1 juta per bulan
9. Melaksanakan wajib belajar 12 tahun
10. Menyediakan alokasi APBN untuk beasiswa anak buruh atau pekerja hingga universitas, perumahan, dan transportasi publik murah untuk rakyat

Dari seminar tersebut para capres yang diundang diajak berdialog dan membahasnya dengan sebuah harapan bahwa jika ingin mendapatkan suara dari buruh maka calon tersebut harus bisa menjalankan tuntutan tuntutan diatas.

Dari para capres yang diundang yang mau hadir dan bisa diajak berdialog diantaranya adalah Mahfud MD, Rizal Ramli, serta Prabowo. Sedangkan Jokowi yang dirasa menjauhkan diri dengan kaum buruh tidak pernah menghadiri undangan tersebut.

Karena beberapa persoalan Mahfud MD dan Rizal Ramli dinyatakan tidak bisa ikut dalam pertarungan Pilpres 2014, sehingga KSPI hanya memandang Prabowo lah yang mau mendengar suara kaum buruh dan rakyat.

Prabowo lah yang akhirnya mau bersepakat untuk mau menjalankan Sepuluh Tuntutan Rakyat diatas sehingga KSPI pun secara tegas menyatakan dukungan nya terhadap Prabowo.

KSPI juga tetap memegang ruh perjuangan meski politikus yang didukungnya menjadi pemenang. KSPI tidak lantas tertidur saat calon yang di dukungnya menang.

Misal saat Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil mendapatkan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur beberapa saat lalu, KSPI tetap melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ketika Anies Sandi membuat keputusan UMK sesuai PP78/2015.

KSPI terus bersikap kritis pada pemerintah baik yang saat pencalonan nya di dukung atau tidak.

Jadi saya yakin bahwa keputusan keputusan politik KSPI tidak berdasarkan politik praktis untuk sekedar mendapatkan kursi menteri atau hal praktis lainnya. Organisasi ini selalu mendahulukan kepentingan rakyat .

Jadi organisasi KSPI tidak membabi buta dalam menolak Jokowi dan juga tidak semudah itu dalam mendukung Prabowo. Jika dalam rapat KSPI memutuskan bahwa Prabowo Subianto layak untuk didukung maka pasti akan didukung dengan sekuat tenaga.

Bahkan bisa dilihat dengan nyata bagaimana untuk mengantarkan Sang Jenderal itu mendaftarkan diri menjadi Capres 2019. KSPI menunjukkan dengan aksi longmarch Surabaya Jakarta sebagai bentuk keseriusan, meskipun sebelumnya sudah diprediksi bakal ada berbagai halangan selama perjalanan.

Saya sebagai anggota KSPI juga ditekankan bahwa jika pun nanti Allah berkehendak menjadikan Prabowo sebagai Presiden R. Saya harus tetap mengepalkan tangan perlawanan untuk mengawasi kinerja nya artinya kita tetap akan melakukan demonstrasi bila Prabowo Jadi.

(Khoirul Anam, buruh pabrik anggota KSPI.)