Ketika Mang Idoy Hanya Bisa Melongo, Seperti Itu Pula Buruh Pada Nasibnya

Bogor, KPonline – Sepertinya Kaum Buruh harus sering-sering menonton sinetron komedi situasi yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta. Tapi kalau sedang menayangkan Mars Partai sang empunya stasiun TV tersebut, silahkan ganti channel.

Kebetulan, sinetron tersebut mengambil lokasi syuting yang tidak terlalu jauh dari rumah saya. Dan ada salah satu pemeran yang saya yakin banyak orang yang tahu dan paham akan karakter tersebut.

Yups. Mang Idoy. Seseorang yang bersahaja dan seringkali kita dibuat terpingkal-pingkal dengan lakon yang dibuatnya.

Dengan akting bergaya seperti orang yang kurang cerdas dan kurang berpendidikan. Malah saya yakin, kalau sebenarnya pemeran Mang Idoy adalah seseorang yang cerdas, karena beliau adalah salah satu alumnus dari Sekolah Teknologi Menengah dimana saya pun pernah mengenyam pendidikan di sana. Kalau untuk hal yang satu ini saya serius lohh (jangan tertawa donk pliss)

Dengan mimik wajah yang polos dan “hampir tak berdosa”, Mang Idoy mampu membuat kita semakin awet muda. Bagaimana tidak? Setiap kali Kang Aceng menjelaskan “duduk persoalan” dengan ekspresi wajah yang geram dan agak “lumayan banyak kesal” yang tidak dimengerti oleh Mang Idoy, jawaban dari Mang Idoy hanya. Ooo, bilang dong dari tadi.

Fenomena langka ini saya yakin tidak lama lagi akan menghinggapi pergerakan kaum buruh. Apa hubungannya? Fenomena reaksi seperti yang Mang Idoy lakukan maksud saya.

“Ooo, bilang dong dari tadi.”

Kaum buruh seperti “hanya bisa melongo” menonton dahsyatnya hantaman demi hantaman dari para Kapitalis dan Kaum Bani Borjuis.

Kaum buruh hanya bisa melongo ketika Upah Sektor Padat Karya ditandatangani oleh Gubernur Jawa Barat. Kaum buruh hanya bisa melongo ketika akan dibunuh secara perlahan-lahan dengan diberlakukannya Upah Sektor Padat Karya ini. Persis seperti yang dilakukan oleh Mang Idoy hanya bisa melongo ketika Kang Aceng, Kang Dadang, dan Kang Markum sedang membicarakan apapun.

Persis. Dan (amit-amit jabang bayi) jangan sampai ketika kaum buruh dipaksa untuk menerima nasib, dengan telah ditandatanganinya SK Gubernur Jawa Barat tentang Upah Sektor Padat Karya, buruh-buruh hanya bisa melongo dan bilang, “Ooo, bilang dong dari tadi”

Miris nggak sih?

Mudah-mudahan kaum buruh bisa menjelma menjadi gabungan dari seluruh lakon yang ada di Desa Ciraos.

Sifat memimpin sekaligus “ngeselin”, seperti Pak Ustadz RW Kemed Al Kemedi, mampu memecahkan segala masalah laksana Kang Aming sang Agen Intelejen CAI (Ciraos Agency Intelligence). Atau bahkan bijaksana macam Kang Koswara atau Kang Markum.

Mampu mengatur keuangan dan pelit bin kikir alias medit seperti Kang Dadang, dan mungkin agak sedikit nakal seperti Kang Aceng, banyak bicara juga banyak bekerja dan sering berdiplomasi menggoda terhadap Ceu Entin.

Tapi satu hal yang pasti, kaum buruh jangan pernah meniru kelakuan dari akting Mang Idoy. Yang “hanya bisa melongo” dan menjadi penonton, terlebih lagi menjadi penonton terhadap penganiayaan terhadap diberlakukannya Upah Sektor Padat Karya.

Dan jangan sampai menjadi semakin parah, jika Upah Sektor Padat Karya diberlakukan kepada kalian wahai kaum buruh, dan kalian cuma bisa bilang “Ooo, bilang dong dari tadi.”

Salam hangat dari Mang Idoy

Ciraos, Agustus 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *