Ketegangan Dalam Industri Garmen di Haiti

Haiti, KPonline – Masalah ketidakpatuhan pengusaha yang terus-menerus terhadap pembayaran jaminan sosial di industri baru-baru ini memuncak dengan konsekuensi yang merugikan pekerja atau buruh.

Dua pekerja dari pabrik di Palm Apparel Group meninggal setelah tidak diberikan perawatan medis, karena majikan atau pengusaha mereka dilaporkan tidak membayar iuran jaminan sosial tepat waktu.

Bacaan Lainnya

Sandra René meninggal karena komplikasi selama kehamilannya, sedangkan Lionel Pierre meninggal setelah tidak mendapatkan perawatan dialisis. Sehingga, atas hal yang terjadi tersebut, protes pun akhirnya dilakukan para pekerja.

Celakanya bukannya sadar atas kesalahannya, namun ternyata pengusaha malah menindak para pemimpin serikat GOSTTRA yang berusaha membela kepentingan anggotanya.

Di Pakaian Premium, 43 pemimpin serikat dan anggota diberhentikan setelah memprotes keputusan perusahaan untuk memulangkan mereka pada tengah hari.

Di Horizon, pemimpin serikat pekerja Sandra Emilion dipecat setelah mengajukan keluhan terhadap target yang terlalu tinggi.

Di MBI, pemimpin serikat Sonia Saintvil diberhentikan secara tidak adil setelah menolak tawaran promosi dengan syarat dia keluar dari serikat.

Kira-kira sepertiga dari 57.000 pekerja di industri garmen negara saat ini ditangguhkan atau diberhentikan dan belum menerima kompensasi apa pun dari pemerintah terlepas dari janji sebelumnya. Sisanya bekerja dengan pengurangan jam kerja di pabrik dengan tidak aman yang bahkan tidak memiliki tindakan pencegahan yang paling dasar untuk membantu mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).

Pada saat yang sama, harga bahan makanan pokok meningkat tajam; harga beras dan kacang-kacangan telah melonjak hampir 135 persen, sedangkan gas propone telah meningkat hingga 50 persen. Selain itu, Haiti dilanda badai hebat baru-baru ini dan sekarang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Sekretaris Jenderal IndustriALL Global Union Valter Sanches mengatakan bahwa Haiti adalah salah satu dari dua puluh negara termiskin di dunia.

Seharusnya, meningkatkan industri garmen melalui akses istimewa ke pasar AS dapat membuat ekonomi tidak bertekuk lutut. Ternyata bukan hal itu yang dilakukan, namun sebaliknya, negara tersebut telah melakukan deregulasi dan menekan biaya tenaga kerja agar tetap menarik dalam rantai pasokan global yang menguntungkan. Sambungya.

“Pemerintah, dengan dukungan merek dan pengecer, sekarang perlu mengambil tindakan segera untuk melindungi pekerja yang menghadapi kesulitan mengerikan selama pandemi ini,” imbuh Valter Sanches

Haiti adalah salah satu dari delapan negara prioritas ILO untuk mendukung industri garmen, meskipun sejauh ini hanya sedikit kemajuan yang dicapai.

IndustriALL telah menulis surat kepada pengusaha terkait dan telah meminta Kementerian Tenaga Kerja serta merek dan pengecer, termasuk Gildan, F&T Apparel, Wal-Mart, dan Fruit of the Loom, untuk campur tangan guna membantu menyelesaikan konflik atau masalah.

Selain daripada itu, meningkatnya ketegangan di industri garmen Haiti, dimana GOSTTRA yang berafiliasi dengan Industri ALL melaporkan bahwa para pekerja kini sedang berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis Covid-19 yang semakin sulit.

Pos terkait