Kenapa Buruh Harus Memilih Buruh Dalam Pileg 2019?

Bogor, KPonline – Pernahkah terbesit didalam pikiran Anda, suara Anda sebagai rakyat kecil disuarakan oleh anggota legislatif di parlemen? Atau keinginan dan mungkin saja kepentingan rakyat kecil menjadi prioritas bagi anggota legislatif di parlemen?

Kita semua akan menjawab: sering. Dan sudah hampir bisa dipastikan, hal itu adalah mimpi-mimpi kita sebagai kaum buruh.

Bacaan Lainnya

Sebagai buruh, tentu saja hal tersebut adalah seperti mimpi di siang bolong. Karena hingga saat ini, baru segelintir anggota legislatif yang benar-benar menyuarakan suara kaum buruh.

Itu pun anggota legislatif yang mereka memang pada dasarnya adalah para aktivis buruh.

Tapi sayangnya, untuk beberapa kasus perburuhan, sebut saja tentang permasalahan upah bagi kaum buruh, “para mantan” aktivis buruh tersebut tak terdengar suara lantang mereka.

Salahkah mereka? Belum tentu juga. Yang jelas salah dan harus disalahkan adalah kaum buruh itu sendiri.

Kenapa? Kenapa kaum buruh tidak mampu mendudukan wakil-wakil mereka di parlemen?

Kenapa kaum buruh tidak berusaha untuk menempatkan pelantang-pelantang suara kaum buruh di parlemen? Kenapa “para mantan” aktivis buruh tersebut, tiba-tiba diam seribu bahasa, ketika kaum buruh ditindas dan diperlakukan tidak manusiawi?

Karena sudah jelas, ketika mereka sudah duduk sebagai anggota legislatif, peran dan tindak-tanduk mereka adalah sebagai “petugas partai”.

Saya sedang tidak membicarakan “petugas partai” yang nganu itu, petugas partai yang sering blusukan ke gorong-gorong saluran pembuangan air atau pura-pura belanja di pasar di malam hari.

Tentu saja bukan. Akan tetapi, sebagai kaum buruh, kita perlu meniru hal-hal yang seperti itu. Istilah bisa saja kita ubah menjadi “petugas organisasi”, seseorang yang ditugaskan oleh organisasi untuk mengemban amanah dan mandat dari organisasi. Tentu saja, organisasi itu adalah organisasi serikat pekerja atau serikat buruh.

Gagasan besar kaum buruh dalam Buruh Go Politik, sudah seharusnya menjadi momentum besar untuk mewujudkan mimpi-mimpi besar bagi kaum buruh itu sendiri.

Sudah waktunya buat kaum buruh, memiliki dan mempunyai wakil di parlemen. Tidak hanya sebagai corong kaum buruh, akan tetapi lebih luas daripada itu.

Kaum miskin dan rakyat jelata, kaum yang termarjinalkan dan golongan-golongan lainnya, yang hingga saat ini hanya menjadi obyek derita dari suatu kepentingan dan kelompok pemangku kebijakan.

Buruh Go Politik sudah seharusnya dan selayaknya didukung penuh oleh seluruh kaum buruh yang ada di negeri ini. Karena kaum pemodal, kaum kapitalistik, kaum menengah ngehek dan golongan-golongan yang tidak suka dan bahkan membenci kaum buruh, dengan segala kekuatan dan kemampuan yang mereka punya, akan menjegal dan menghalang-halangi buruh untuk terjun langsung kedalam politik praktis.

Gerah, jengah dan segudang alasan lainnya akan mereka kemukakan, dengan cara apapun dan bagaimanapun juga, buruh dilarang berpolitik!

Sebagai buruh, hal ini perlu kita ketahui dan pahami bersama. Bahwa segala sesuatu yang kita makan, segala sesuatu yang kita gunakan, salah satu faktor penentunya adalah karena kebijakan politik.

Pada 2014, buruh menggunakan partai yang ada sebagai kendaraan politiknya, pun begitu pada 2019 yang akan. Sebagian kalangan kaum buruh mencibir dan “nyinyir” atas apa yang dilakukan oleh beberapa orang kader FSPMI, yang maju sebagai anggota legislatif melalui partai-partai borjuasi.

Terpaksa harus lewat partai-partai borjuasi? Mungkin saja. Tapi dalam politik di negeri ini, sistem kepartaian yang digunakan, mengharuskan seperti itu.

Apakah kaum buruh tidak mampu membangun dan membuat partai buruh? Pasca reformasi, partai buruh muncul dan sayangnya, suara yang dihimpun sangat tidak signifikan alias sangat kecil.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya untuk membuat dan membangun sebuah partai politik sangatlah tidak murah alias mahal!

Partai buruh pernah ada, dan seakan-akan disia-siakan oleh kaum buruh itu sendiri. Saat ini, ada banyak kader-kader terbaik organisasi, khususnya FSPMI, yang “dititipkan” ke partai-partai politik yang sudah ada.

Apakah kita sebagai kaum buruh akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan tidak memilih kader-kader terbaik kita untuk duduk di kursi parlemen? Apakah kita masih enggan memilih, kader-kader terbaik organisasi agar bisa menyuarakan suara kita di gedung-gedung parlemen?

Jika saja kaum buruh dengan bersama-sama melihat jauh kedepan, dan menyatukan visi misi bersama untuk tujuan bersama tentunya, sudah hampir dapat dipastikan, kemenangan kaum buruh untuk hidup sejahtera ada didepan mata.

Dukungan penuh dari seluruh kaum buruh dibutuhkan oleh kader-kader terbaik kaum buruh, agar bisa duduk sebagai anggota legislatif di parlemen.

Dengan memberikan mandat kepada wakil-wakil kaum buruh, kita pastikan suara kaum buruh bergema di gedung-gedung parlemen. (RDW)

Pos terkait