Ini Pandangan Presiden ASPEK Indonesia tentang Otomatisasi Gerbang Tol

Memasuki H-6 menjelang Lebaran, kondisi arus mudik tampak lengang di ruas jalur Pantura Subang, Jawa Barat, 11 Juli 2015. Kondisi ini disebabkan terjadinya migrasi arus mudik hingga 70 persen ke ruas jalan tol Cikopo-Palimanan. TEMPO/Nanang Sutisna

Jakarta, KPonline – Jelang hari Buruh Internasional atau May Day esok hari, para buruh telah mempersiapkan beberapa aspirasi yang akan disampaikan kepada Pemerintah. Salah satu tuntutan utama buruh adalah mengenai rencana Pemerintah menerapkan otomatisasi pada gerbang tol.

Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Mirah Sumirat menilai, pemberlakuan aturan tersebut akan memunculkan banyak pengangguran, lantaran posisi tenaga kerja yang digantikan oleh mesin otomatis.

“Dengan adanya peraturan otomatisasi, yang paling terancam adalah buruh yang bekerja di Jasa Marga, karena Pemerintah sebentar lagi akan menerapkan gerbang tol otomatis,” terangnya saat dihubungi Okezone, Minggu (30/4/2017).

Mirah mengatakan bahwa Indonesia tidak dapat disamakan dengan Negara lain yang menerapkan teknologi canggih dalam bentuk otomatisasi. Pasalnya buruh Indonesia masih belum mengantongi keterampilan yang mumpuni.

“Okelah Pak Jokowi tidak bisa menghindari adanya teknologi baru ke Indonesia, tapi bagi tenaga kerja sebelum sistem tersebut datang kami minta supaya para buruh kita ini diberi transfer pengentahuan tentang teknologi,” tambahnya.

Dalam aksi esok hari, Mirah mengatakan sebanyak 200 ribu buruh dari wilayah Jabodetabek dan Banten dijadwalkan akan turut menyemarakkan aksi. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah. Rencananya massa akan berkumpul di kawasan patung kuda lalu akan melangsungkan long march ke Istana Negara.

Sepanjang jalan mereka akan menyampaikan tuntutan dan aspirasinya kepada Pemerintah. Sedangkan masing – masing daerah juga akan mengadakan aksi yang dilangsungkan di depan Kantor Gubernur. Aksi ini rencananya dimulai pukul 09.00 hingga malam hari pukul 19.00.