GERAM Peringati Sumpah Pemuda dengan Aksi di Depan Kantor Gubernur Jawa Tengah

Semarang, KPonline – Peringatan Sumpah Pemuda yang jatuh tiap tanggal 28 Oktober diperingati oleh sekitar 150 orang yang terdiri dari masyarakat sipil, mahasiswa, buruh dan berbagai elemen lain yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) dengan melakukan aksi di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah pada hari Kamis (28/10/2021). Aksi tersebut sebagai refleksi lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 silam sekaligus kembali untuk melakukan kritik serta evaluasi selama 2 tahun kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin.

Sebagai simbol kemunduran Indonesia dalam masa pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin, massa aksi melakukan longmarch dengan berjalan mundur dari Pleburan menuju Kantor Gubernur JawaTengah. Berbagai elemen yang mengikuti aksi tersebut secara bergantian berorasi didepan Kantor Gubernur untuk menyuarakan permasalahan- permasalahan yang ada di Jawa Tengah termasuk para buruh.

Kebijakan pengupahan murah, kemudian system kerja outsourcing di Jawa Tengah yang semakin marak disinyalir menjadi perbudakan gaya baru. Bahkan melalui Undang-Undang Cipta Kerja beserta dengan peraturan-peraturan turunannya, telah secara nyata bahwa pemerintah bersama dengan DPR membuat jurang kesengsaraan hidup rakyat semakin bertambah.

Aksi refleksi hari Sumpah Pemuda ini menjadi momentum yang tepat untuk kembali mengingatkan darah muda tentang gerakan rakyat yang harus kembali bangkit dan bersatu. Dengan dibawanya tema “Sumpah Pemuda Melawan Oligarki” yang merupakan bentuk dari respon masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang tidak pro rakyat dan tidak memberikan dampak yang baik untuk masa depan rakyat.

“Selama dua tahun kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin, oligarki semakin menguat dan jurang penghisapan rakyat semakin dalam. Sehingga rakyat perlu membuat persatuan dan rebut kedaulatan yang sejati,” ucap Qiju yang merupakan Koordinator Aksi kali ini.

Menurutnya pula kepemimpinan Jokowi-Ma’ruf Amin  telah menunjukan kegagalannya dalam mensejahterakan dan mengangkat derajat hidup rakyat.

“Telah kita ketahui bersama pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin telah memasuki 2 periode kepemimpinan, akan tetapi mereka telah menunjukan kegagalannya dalam mensejahterakan dan mengangkat derajat hidup rakyat. Kegagalan ini dapat dilihat melalui pembuatan kebijakan-kebijakan yang anti rakyat dan watak anti demokrasi yang menghantarkan rakyat selama dua tahun ini semakin masuk dalam jurang penindasan dan membuat menguatnya oligarki untuk memonopoli tanah, menghisap kelas pekerja, merusak lingkungan dan kesenjangan ekonomi semakin lebar,” tandasnya.

“Menguatnya Oligarki yang kian hari kian membuat hukum tajam ke atas tumpul kebawah, dirasa sudah saatnya pemerintah menghentikan permainan tersebut. Rakyat membutuhkan kepastian dan jaminan keamanan, keselamatan dan pemenuhan atas hidup yang sejahtera. Untuk itu dengan adanya gerakan rakyat ini menuntut pemerintah untuk segera menyelesaikan segala permasalahan buruh, mengapus segala tindakan anti demokrasi dan anti kritik,” lanjutnya kemudian.

Dirinya juga berharap pemerintah dapat kembali menjaga dan melestarikan lingkungan serta menyelesaikan perampasan ruang hidup yang merusak kelestarian alam yang mengancam ruang hidup. Pengentasan peremasalahan kesehatan, segera memulihkan ekonomi, kembali fokus dalam tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan dasar dan menengah, serta menjamin kesejahteraan rakyat Jawa Tengah.

Aksi refleksi Sumpah Pemuda diakhiri dengan peletakkan kajian permasalahan-permasalahan Jawa Tengah di depan pintu Kantor Gubernur Jawa Tengah.

(sup)