Gelar Bipartit, PUK FSPMI PT. SCG Masih Berusaha Mencari Jalan Tengah

Jakarta, KPonline – PT. SCG Readymix Indonesia sebuah perusahaan nasional yang bergerak di bidang kontruksi pengecoran jalan dan gedung yang terdiri dari 24 plant yang tersebar di seluruh kota yang ada di Indonesia. Namun pada kenyataannya masih banyak pelanggaran hubungan industrial yang terjadi di dalam.

Menanggapi hal ini, perwakilan dari masing masing plant PUK SPL FSPMI PT. Readymix Indonesia menghadiri rapat bipartit yang di selenggarakan bersama pihak manajemen perusahan pada rabu siang (16/10) di kantor pusat PT. Readymix Indonesia jln Buncit Raya no. 139 Warung Buncit, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bipartit ini di gelar dalam rangka PUK PT. SCG mempertanyakan terkait permasalahan permasalahan hubungan kerja yang ada di seluruh plant SCG PT. Readymix Indonesia.

Adapun pembahasan ini sebenarnya sudah berkali kali oleh PUK dan manejemen, bahkan melalui roadshow atau dengan kata lain berpindah pindah dari plant yang satu ke plant yang lain dan sudah dibicarakan namun belum juga menemui titik temu. Semua masih kaku dan belum ada win win solution apalagi ada tanda tanda kesepakatan. Permasalahan outsourcing, penutupan plant, mutasi karyawan dan pemotongan upah lembur di jam istirahat ini sangat meresahkan seluruh karyawan PT. SCG secara keseluruhan.
Sedangkan PT. SCG tersebar di 24 tempat plant yang berbeda.

Ketua PUK SPL FSPMI PT. SCG Readymix Indonesia, Yanto Yudiansyah berharap dengan adanya bipartit ini semua bisa diputuskan tentang tuntutan yang di ajukan PUK melalui konsep dan loby loby sebelumnya .

Meskipun sudah berkali kali, Yanto Yudiansyah kembali mengingatkan kepada segenap jajaran manejemen dan manager PT. SCG Readymix yang hadir di meja perundingan Dny Adhistya (legal corporate), Haris Maulana, Sony david Simorangkir (HRD), Eka (acconting) bahwa serikat pekerja akan terus melakukan perundingan perundingan dan terus akan melawan jika usulan usulan tidak didengarkan dan diindahkan serta hanya sekedar ditampung oleh manejemen.

“Terutama masalah masalah mutasi, penutupan plant dan pemotongan upah lembur di jam istirahat.” ujar Yanto.

“Dan mengenai outsourcing dan PKWTT ini juga belum ada tanda tanda untuk dibahas lebih lanjut, hanya di tampung oleh manejemen. Seharusnya langsung disampaikan ke pihak manejemen Top dan komite perusahaan yang terdiri perwakilan manejemen lokal dan ekspat yang notabene perusahaan Thailand yang telah memiliki 24 jenis usaha di Indonesia ini.” tambahnya.

“Ini sinyal terakhir, kalau sampai lobi lobi dalam bipartit ini tidak didengarkan oleh pihak manejemen maka kami akan terus melakukan perlawanan dan apa bila tidak di dengar dan diakomodir maka jangan salahkan kami PUK PT. SCG Readymix Indonesia akan melakukan unjuk rasa.” ungkapnya lagi.

“Namun demikian sementara ini kami PUK masih membuka ruang untuk diskusi dan lobi menentukan arah dan win win solution untuk yang lebih baik dan kondusif.” pungkas Yanto. (Omp/jim).