Fuad BM : Ingin Jadi Pemimpin ? Contohlah Nabi Daud

Bogor, KPonline, – Seorang lelaki paruh baya berjalan ketengah-tengah kerumunan Pekerja Muda FSPMI yang sedang berkumpul di Aula Villa Semak Daun, Megamendung, Bogor. Rambutnya yang mulai memutih, menandakan kebijaksanaan dan usia yang sudah cukup matang. Suaranya lantang, gaya bicaranya menantang, dan dengan logat dan dialek Melayu-Bangka yang khas, beliau berkisah.

 

Bacaan Lainnya

Kisah yang beliau ceritakan kepada kawula muda-mudi pekerja muda yang sedang melaksanakan Jambore Pekerja Muda FSPMI untuk kali pertama ini adalah kisah kepemimpinan Nabi Daud. Sebuah kisah klasik yang akan terus bergema sepanjang masa, melintasi ruang dan waktu, menginspirasi kaum muda yang haus akan kepahlawanan, kepemimpinan, kebersahajaan dan juga tentang arti sebuah keikhlasan dalam berjuang melawan ketidakadilan.

Fuad Bin Maskudilhak selaku Vice President FSPMI Bidang K3, diberikan waktu dan kesempatan untuk menyampaikan sekaligus memberikan inspirasi bagi para Pekerja Muda FSPMI.

 

“Ada banyak hal yang dapat kita petik dari kisah keteladanan Nabi Daud. Apa saja itu? tanya Fuad seraya menggali dan menggugah daya kritis kawula muda FSPMI yang hadir dalam agenda organisasi ini.

“Ciri-ciri pemimpin yang baik itu antara lain, harus berani, mau belajar, menguasai tehnik dan cara bernegosiasi, bertanggung jawab, mampu merubah keadaan ke arah yang lebih baik, fokus terhadap tujuan, mampu menjaga persatuan dan kesatuan, berani mengambil resiko, mempunyai ide dan gagasan yang luas, dan juga bersedia dikritik dan mengevaluasi setiap hal. Dan itu ada didalam diri Nabi Daud” ucap Fuad yang juga merupakan Ketua Konsulat Cabang FSPMI Purwakarta.

 

Menanggapi tentang Revolusi Industri 4.0, Fuad dengan diplomatis bertanya balik kepada seluruh peserta Jambore Pekerja Muda FSPMI. “Apa yang akan saudara-saudara lakukan? Harus dilawan dari hati kita masing-masing. Bisa dimulai dari diri kita, lalu keluarga kita, diikuti oleh kawan-kawan buruh yang lain. Karena bagaimana pun juga, gara-gara kita juga, kapitalis-kapitalis itu menjadi kaya raya. Maka mulai saat ini, jangan menabung di bank, berhemat dan hanya membeli kebutuhan yang memang benar-benar kita butuhkan. Kalau perlu, semua kebutuhan sehari-hari, mampu kita penuhi tanpa tergantung oleh para kapitalis itu. Dengan sendirinya, Revolusi Industri 4.0 akan gagal” tutur Fuad.

 

Diakhir sesi materi, ada sepenggal kalimat yang sungguh menyentuh, dan patut untuk kita renungkan. “Buruh itu seringkali merasakan kesusahan. Karena akhir dari kehidupan adalah kesedihan, maka berbahagialah dan bergembiralah” tutup Fuad. (RDW)

Pos terkait