Dua Tokoh Dibalik Layar

Bogor, KPonline -Tanpa sengaja, Soleman atau yang lebih akrab saya panggil dengan nama Sule, mengirimkan beberapa foto-foto, dimana ada sebuah foto yang cukup menyita perhatian saya. Mata saya lama menatap sebuah foto yang cukup menarik untuk dituliskan. Bahkan saya berharap, foto tersebut dicetak, dan diperbesar. Bukan hanya sebagai sebuah pajangan dinding atau sekenang kedar-kedaran. Bukan hanya sekedar kenang-kenangan.

Terlebih-lebih bukan sebuah dokumentasi semata, akan tetapi lebih dari itu. Ada segumpal harapan yang perlu kita tarik benang merah dari foto tersebut. Terdapat sebuah pengajaran yang perlu kita semua untuk ditiru, bahwa batas usia sebuah perjuangan adalah hanyalah kematian.

Bacaan Lainnya

Ada 2 orang yang memang sudah berumur. Batas usia pensiun sudah mereka lampaui, dan sudah seharusnya mereka berdua menikmati masa-masa tua mereka bersama keluarga atau anak cucu. Tapi apa daya, kami semua yang ada di FSPMI, tak mampu untuk menghalau semangat juang dan kekuatan daya militansi mereka berdua. Jika saja boleh saya banding-bandingkan, kekuatan daya militansi mereka berdua tidak akan kalah dengan 10 orang anggota Garda Metal ataupun 10 orang anggota Media Perdjoeangan.

Meskipun dari daerah yang berbeda, ada kedekatan emosional dan sesuatu hal yang membuat mereka berdua dekat dan hangat. Saudara tak sedarah, saudara seperjuangan, saudara jauh yang hatinya lebih dekat dari apapun.

Ridwan Djauhari dan Dian Murdiansyah memanglah sudah tak lagi muda. Akan tetapi, kehadiran dua orang yang tak lagi muda ini, rasanya seperti menampar kawan-kawan muda FSPMI. Memang pada kemana kaum muda FSPMI? Hingga membiarkan 2 orang yang sudah tak lagi muda itu, masih saja bergerak di setiap agenda dan kegiatan organisasi.

Seperti di agenda Rapat Pimpinan Nasional FSPMI yang dilaksanakan di Padepokan Garuda Yaksa, Bukit Hambalang, Bogor. Kedua orang tersebut, ada di 2 pilar organisasi yang berbeda, bergerak dengan cara yang berbeda, akan tetapi yang mereka perbuat untuk satu tujuan yang sama. Yaitu untuk keberlangsungan organisasi dan juga untuk sebuah kebanggaan.

Abah Ridwan yang belum lama ini telah pensiun, masih terus dan akan terus menjadi bagian dari Media Perdjoeangan Daerah Tangerang Raya. Seperti yang dituturkan dirinya kepada saya, disaat menikmati kopi pagi di sela-sela waktu istirahat pada saat Rapat Pimpinan Nasional FSPMI. “Selama saya masih sehat, terus bergerak pokoknya” ungkap Abah Ridwan.

Lain halnya dengan Dian Murdiansyah, salah seorang anggota Garda Metal Bogor ini telah sekian lama tidak bekerja. Akan tetapi, laki-laki yang akrab disapa dengan panggilan Bang Bewok ini, disetiap agenda dan kegiatan organisasi selalu hadir dan selalu siap membantu anggota FSPMI yang membutuhkan bantuannya.

Akankah 2 orang tokoh dibalik layar ini, terus bergerak untuk organisasi. Ataukah akan muncul kawan-kawan muda FSPMI, sebagai generasi penerus penegak organisasi? (RDW)

Pos terkait